15 Contoh Cerita Fabel Singkat Beserta Pesan Moralnya | Bahasa Indonesia Kelas 7



Contoh cerita fabel.





Meski termasuk cerita fiksi, ternyata fabel atau cerita dengan tokoh hewan punya segudang pesan moral yang penuh nilai kehidupan, lho! Yuk, simak beberapa

contoh cerita fabel singkat

, lengkap dengan pesan moralnya di artikel

Bahasa Indonesia kelas 7

berikut ini!









Sejak kecil, kamu pasti sering
dibacakan cerita
atau membaca sendiri cerita anak-anak dengan tokoh hewan. Misalnya, cerita tentang si Kancil, Kura-kura, Monyet yang rakus, atau kisah Tiga Babi Kecil. Nah, tahukah kamu kalau cerita hewan yang kamu tahu itu disebut dengan

cerita fabel

?



Fabel secara etimologis berasal dari bahasa latin

fabulat

.

Cerita fabel adalah cerita tentang kehidupan hewan yang berperilaku selayaknya manusia pada umumnya

, seperti dapat berbicara, berpikir, hingga berpakaian. Oleh karena itu, fabel termasuk dalam cerita fiksi.



Meski demikian, fabel tidak sepenuhnya dikategorikan sebagai cerita rekaan belaka, loh! Hmm… kenapa, ya? Alasannya, karena karya sastra merupakan bentuk representasi kehidupan manusia. Jadi, sudah pasti kisahannya pun merupakan implementasi dari kehidupan manusia sehari-hari, baik itu aktivitasnya maupun pola pikir manusia, sehingga tidak jarang beberapa karakter manusia sering tampak dalam kisah-kisah fabel.



Baca Juga:
Memahami Pengertian dan Unsur-Unsur Teks Cerita Fantasi



Selain itu, cerita fabel menceritakan tentang kehidupan yang dekat dengan keseharian kita, sehingga penuh pesan moral yang bisa diambil. Misalnya, tokoh hewan dalam cerita fabel memiliki karakter positif, identik digambarkan suka menolong, rajin, sopan, dan jujur, sedangkan tokoh hewan berkarakter negatif suka mencuri, culas, hingga sombong. Dengan demikian, dapat disimpulkan kalau cerita fabel adalah karya fiksi yang menggambarkan kehidupan manusia, tetapi tokohnya hewan.



Dengan membaca cerita fabel, kamu dapat belajar memahami sifat dan karakter orang-orang di sekitarmu. Cerita fabel bisa dijadikan sarana yang potensial untuk menggali nilai-nilai moral dan dipraktikkan dalam kehidupan karena memiliki segudang pesan moral yang dapat diambil sisi positifnya oleh pembaca.



Oleh sebab itu, tak heran kalau fabel pun kerap disebut sebagai cerita moral karena pesan-pesan di dalam ceritanya. Kamu sendiri bisa

loh

, belajar dan mencontoh karakter yang baik dari tokoh-tokoh binatang yang tergambar dalam cerita fabel ini, teman-teman.



Ciri-ciri fabel



Baca Juga:
Mengenal Cerita Fabel: Pengertian, Struktur, Ciri, dan Contoh Teksnya




Contoh Cerita Fabel Singkat




Nah,

setelah mengetahui

apa itu fabel

dan ciri-cirinya, saatnya kamu tahu beberapa

contoh cerita fabel

lengkap dengan pesan moral yang dapat diambil.

Yuk,

simak contoh-contoh fabel berikut!



1. Contoh cerita fabel tentang Belalang Sembah




Belalang Sembah



Suatu hari di sebuah kebun anggur, tinggalah keluarga Semut yang jumlah anggotanya sangat banyak. Semut ini membangun sarangnya dari daun-daun yang direkatkan menggunakan cairan, seperti lem yang mereka keluarkan dari mulut. Para Semut melihat bahwa musim gugur akan segera berlalu dan musim dingin yang cukup panjang akan segera datang. Ketika musim dingin makanan akan sangat sulit didapatkan maka para Semut itu segera mencari berbagai makanan untuk mereka kumpulkan sebagai bahan persediaan ketika musim dingin tiba.



Berbeda halnya dengan seekor Belalang Sembah, Belalang Sembah memiliki mata yang besar dan tangan yang panjang. Mereka sering hidup di pohon-pohon seperti halnya para Semut. Ketika musim dingin akan tiba, Belalang Sembah hanya berlatih menari setiap hari.



Sang Belalang lupa bahwa dia harus mengumpulkan makanan untuk persiapannya menghadapi musim dingin.



Suatu hari sang Belalang Sembah menari di dekat sarang Semut. Dia menari dengan sangat anggun. Gerakan tangan dan badannya yang pelan dan lembut membuat tariannya terlihat sangat mengagumkan. Para Semut melihat sang Belalang Sembah menari, tetapi mereka tidak menghiraukan tarian indahnya itu karena mereka memiliki tugas yang sangat penting.



Sang Belalang yang sedang menari melihat para Semut berjalan dengan membawa makanan untuk dibawa ke sarangnya. Sang Belalang Sembah heran dengan apa yang dilakukan Semut lalu dia bertanya kepada salah satu Semut tentara yang sedang berjaga di dekat para Semut pekerja.



“Kenapa kalian membawa makanan yang sangat banyak itu masuk ke sarang kalian?” sang Semut menjawab, “Kami melakukannya agar kami tidak kelaparan saat musim dingin tiba.” Lalu sang Belalang kaget, “Musim dingin?” kata sang Belalang Sembah dengan kagetnya, “tenang aja masih lama, lebih baik kita bersenang-senang saja dulu,” kata sang Belalang. Semut tak menghiraukan Belalang. Semut tetap tekun mengumpulkan makanan.



Musim dingin tiba. Belalang belum sempat mengumpulkan makanan karena sibuk menari. Belalang kelaparan dan lari ke rumah Semut. Ia meminta makanan kepada Semut. Semut awalnya tidak mau memberikan makanannya karena takut kehabisan. Akan tetapi, melihat belalang lemas kelaparan, Semut tidak tega dan memberikan makanannya kepada Belalang. Belalang pun kembali bugar dan dia berjanji untuk dapat mengelola waktu dengan baik sehingga tidak berakibat buruk. Masa depan adalah milik setiap orang. Maka setiap orang perlu menyiapkan masa depannya dengan berusaha. Bukan hanya menikmati kesenangan di masa sekarang tanpa memikirkan masa depan.




Pesan Moral

: Kelola waktu dengan baik untuk mempersiapkan masa depan. Tidak ada yang menjamin kesulitan tidak akan datang, jangan menyia-nyiakan waktu hanya untuk bersenang-senang.



2. Contoh cerita fabel tentang Persaudaraan




Sesama Saudara Harus Berbagi



Suatu pagi indah dengan matahari yang cerah, Pak Tua Rusa mengunjungi kediaman keluarga Pip si Tupai di sebuah desa.



“Pagi, Ibu Tupai,” salam Pak Tua Rusa kepada Ibu Pip. “Kemarin, keponakanku mengunjungiku. Dia membawakan oleh-oleh yang cukup banyak. Aku ingin membaginya untuk para sahabatku. Ini kacang kenari spesial untuk keluargamu.”



“Terima kasih, Pak Tua Rusa,” ucap Ibu Pip.



Sepeninggal Pak Tua Rusa, Ibu Pip masuk ke dalam rumah dan memanggil anak-anaknya. “Anak-anak, lihat kita punya apa? Kalian harus membaginya sama rata, ya.”



“Asyiiik,” girang Pip dan adik-adiknya.



“Ibu taruh sini, ya.”



Setelah itu, Ibu Tupai mengurus rumah kediamannya. Sementara itu, adik-adik Pip ingin mencicipi kacang itu.



“Ini aku bagi,” kata Pip.



Dari sepuluh butir kacang, dia memberi adiknya masing-masing dua butir.



“Ini sisanya untukku, aku ‘kan paling besar.”



“Tapiii … Ibu ‘kan pesan untuk membagi rata,” kata Titu, salah satu adik kembar Pip (diiringi tangisan Puti) kembar satunya.



Mendengar tangisan Puti, Ibu Pip keluar dan bertanya. Sambil terisak, Puti menceritakan keserakahan kakaknya. “Tak boleh begitu, Pip. Ibu tadi sudah bilang apa,” tegur ibu Pip.



“Kamu tidak boleh serakah.”



“Tapi Buuu, aku ‘kan lebih besar. Perutku juga lebih besar,” sanggah Pip.



Ibu Pip berpikir sejenak, “Baiklah, Pip. Kamu memang lebih besar. Kebutuhan makanmu juga lebih banyak. Tapi, kalau cuma menurutkan keinginan dan perut, kita akan selalu merasa tidak cukup.”



“Kalau begitu, Ibu saja yang membagi, ya? Memang tidak akan memuaskan semuanya. Ini, Ibu beri empat untukmu, Pip, karena kau lebih besar dan si Kembar kalian masing-masing mendapat tiga.”



“Kalian harus mau berbagi ya, anak-anak walaupun menurut kalian kurang, ini adalah rezeki yang harus disyukuri,” lanjut Ibu Pip.



“Berarti enak dong, Bu, jadi anak yang lebih besar. Selalu mendapat lebih banyak,” iri Puti.



“Ya, tapi perbedaannya ‘tak terlalu banyak, kan? Lagipula kakakmu memiliki tugas yang lebih banyak darimu. Dia harus mengurus rumah dan mencari makan. Apa kau mau bertukar tugas dengan Kak Pip?” tanya Ibunya.



Puti dan Titu membayangkan tugas-tugas Pip. Lalu mereka kompak menggeleng.



“Nah, begitu. Sesama saudara harus akur ya, harus berbagi. Jangan bertengkar hanya karena masalah sepele,” kata Ibu Pip. “Iya, Bu,” angguk Pip.



“Yuk, kita makan kacangnya bersama,” ajak Pip pada kedua adiknya. Ibu Pip tersenyum melihat anak-anaknya kembali rukun.




Pesan Moral

: Jangan serakah dan harus mengingat orang lain. Selain itu, dengan saudara juga harus akur dan saling berbagi.



Baca Juga:
Perbedaan Cerita Fabel & Legenda: Pengertian, Ciri, dan Contohnya



3. Contoh cerita fabel tentang Saling Menghargai Perbedaan




Semua Istimewa



Ulu, seekor Katak Hijau, sedang berdiri di pinggir kolam. Hari itu langit sangat gelap dan hari seperti itulah yang Ulu sukai. Tidak lama kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa.



“Hujan telah tiba!” Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenandung sambil melompat-lompat mengitari kolam. Ia melihat Semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.



“Wahai Semut, hujan telah tiba jangan bersembunyi!” seru Ulu kepada Semut yang sedang berusaha keras menghindari tetesan air hujan.



Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam, “Ulu, aku tidak suka dengan hujan. Kamu lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh,” sahut Semut.



“Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak masih berudu sudah bisa berenang, masa kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “dan tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.”



Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan Semut.



Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan. Ulu kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan, bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan yang sedang berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berbicara kepada Ulu.



“Aku tidak dapat merasakan hujan, Ulu. Lihatlah, aku tinggal bersama air. Bagaimana caranya aku dapat menikmati hujan seperti kamu, Ulu?” Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam.



“Hah! Sedih sekali hidupmu Ikan! Seandainya kamu seperti aku, dapat hidup di dalam dua dunia, darat dan air, mungkin kamu akan dapat merasakan kebahagiaan ini. Nikmati saja air kolammu, sebab kamu tidak akan dapat pernah merasakan rintikan hujan di badanmu!”



Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang bersisik, lalu menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang bersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisi kolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar kolam dan kembali bersenandung.



Saat Ulu tiba di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama seperti Semut dan Ikan yang tidak dapat menikmati hujan.



“Hai Burung, kenapa kau tidak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kamu takut bulumu basah? Atau apakah kamu takut tenggelam ke dalam kolam seperti Semut? Ataukah memang kamu tidak bisa menikmati indahnya hujan seperti Ikan?” Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.



Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa,” Hai Ulu, apakah kau bisa naik kemari?” Ulu kebingungan.



“Apa maksudmu Burung?”



“Apakah kau bisa memanjat naik kemari, Ulu?”



“Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja aku tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap ke arah dua kakinya. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehingga tidak bisa terbang.



“Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan keunikan yang berbeda-beda? Aku tidak bisa berenang sepertimu dan Ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa.



Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing memiliki kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan tidak dapat melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!”



Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.



“Maafkan aku, Burung.” ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut dan Ikan yang sejak tadi memperhatikan pembicaraan mereka.



“Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku telah menyinggung perasaanmu.”



Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.




Pesan Moral

: Tuhan telah menciptakan makhluk dengan kelebihan dan kekurangannya. Jangan melukai hati dengan perkataan yang menyakitkan, pada akhirnya orang-orang tidak akan mau berteman.



4. Contoh cerita fabel tentang Gajah yang Baik Hati




Gajah yang Baik Hati



Siang hari itu suasana di hutan sangat terik. Tempat tinggal si Kancil, Gajah, dan hewan lainnya seakan terbakar. Kancil kehausan sambil terus berjalan mencari air.



Di tengah perjalanan dia melihat kolam air yang sangat jernih. Tanpa pikir panjang dia langsung terjun ke dalam kolam. Tindakan Kancil sangat ceroboh, dia tidak berpikir bagaimana cara ke atas. Beberapa kali Kancil mencoba untuk memanjat, tetapi ia tidak bisa sampai ke atas. Si Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak meminta tolong.



Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh si Gajah yang kebetulan melewati tempat itu. ‘’Hai, siapa yang ada di kolam itu?’’



‘’Aku … Si Kancil, sahabatmu.’’



Kancil terdiam sesaat, mencari akal agar Gajah mau menolongnya, “Tolong aku mengangkat ikan ini.’’



“Yang benar kau mendapat ikan?’’



“Bener … benar! Aku mendapatkan ikan yang sangat besar.’’



Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah tetapi bagaimana jika naiknya nanti.



“Kau mau memanfaatkanku ya, Cil? Kau akan menipuku untuk kepentingan dan keselamatanmu?’’ tanya Gajah.



Kancil hanya terdiam, “Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran,’’ kata Gajah sambil meninggalkan tempat itu. Gajah tidak mendengarkan teriakan Kancil. Ia mulai putus asa.



Semakin lama berada di tempat itu, Kancil mulai merasa kedinginan. Hingga menjelang sore tidak ada seekor binatang yang mendengar teriakannya.



“Aduh gawat! Aku benar-benar akan kaku di tempat ini,” dia berpikir apakah ini karma karena dia sering menjaili teman-temannya.



Tidak lama kemudian, tiba-tiba Gajah muncul kembali.. Kancil meminta tolong kembali.



“Tolong aku, aku berjanji tidak akan jail lagi.”



“Janji?” Gajah menekankan.



“Sekarang apakah kamu sudah sadar? Dan akan berjanji tidak akan menipu, jahil, iseng dan merugikan binatang lain?’’



“Benar Pak Gajah, saya benar-benar berjanji.’’ Gajah menjulurkan belalainya yang panjang untuk menangkap Kancil dan mengangkatnya ke atas.



“Terima kasih, Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini” ujar kancil saat sudah sampai di atas.



Sejak itu, Kancil menjadi binatang yang sangat baik. Ia tidak lagi berbuat iseng seperti yang pernah ia lakukan pada binatang lain. Memang kita harus berhati-hati kalau bertindak. Jika tidak hati-hati akan celaka. Jika kita hati-hati kita akan selamat. Bahkan bisa menyelamatkan orang lain.




Pesan Moral

: Kita harus berhati-hati saat berperilaku agar selamat, dan bisa menyelamatkan orang lain.




5. Contoh cerita fabel tentang Kejujuran




Kuda Berkulit Harimau



Seekor Kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan yang lebat. Kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu. Dia tampak gembira karena tidak ada petani gandum yang menjaga ladangnya.



Ketika dia menuju hutan lebat, di tengah jalan Kuda itu melihat sesuatu, “Itu seperti kulit Harimau,” gumam Kuda itu. Kuda itu lalu mendekatinya dan ternyata memang benar apa yang dilihatnya adalah kulit Harimau yang tak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu Harimau. Kuda itu mencoba memakai kulit Harimau itu, “Wah, kebetulan sekali, kulit Harimau ini sangat pas di tubuhku. Apa yang akan kulakukan dengannya, ya?”



Terlintaslah di benak Kuda itu untuk menakuti binatang-binatang hutan yang melewati dirinya. “Aku harus segera bersembunyi. Tempat itu harus gelap dan sering dilalui oleh binatang hutan. Di mana ya?” tanya Kuda dalam hati sambil mencari tempat yang cocok. Akhirnya, dia menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk bersembunyi, lalu masuk ke dalamnya dengan menggunakan kulit Harimau. Tak lama kemudian, beberapa Domba gunung berjalan ke arahnya. Kuda itu menggumam bahwa Domba-domba itu cocok dijadikan sasaran empuk kejahilannya.



Ketika Domba-domba itu melewatinya, Kuda itu meloncat ke arah mereka sehingga sontak Domba-domba itu kalang-kabut melarikan diri. Mereka takut dengan kulit Harimau yang dikenakan Kuda itu. “Tolong, ada Harimau! Lari, cepat lari!” teriak salah satu Domba. Kuda itu tertawa terbahak-bahak melihat Domba-domba itu pontang-panting berlari.



Setelah itu, Kuda segera kembali bersembunyi di dalam semak-semak. Dia menunggu hewan lain datang melewati semak-semak itu. “Ah, ada Tapir menuju kemari, tapi lambat betul geraknya. Biarlah, aku jadi bisa lebih lama bersiap-siap melompat!” kata Kuda itu dalam hati. Tibalah saat Kuda itu meloncat ke arah Tapir itu, ia terkejut dan lari tunggang-langgang menjauhi Kuda yang memakai kulit Harimau itu. Kuda itu kembali ke semak-semak sambil bersorak penuh kemenangan di dalam hatinya.



Kali ini, Kuda itu menunggu lebih lama dari biasanya, tetapi hal itu tidak membuatnya bosan. Tiba-tiba, seekor Kucing Hutan berlari sambil membawa seekor Tikus di mulutnya. Kucing itu tidak melewati semak-semak, Kucing Hutan itu duduk menyantap Tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar.



“Ah, ternyata Kucing itu tidak melewati semak-semak ini. Biarlah aku membuatnya kaget di sana,” kata Kuda itu dalam hati. Kuda itu pun keluar dari semak-semak dan berjalan hati-hati mendekati Kucing Hutan. Saat jaraknya sudah sangat dekat dengan Kucing Hutan, Kuda itu mengaum seperti halnya seekor Harimau, tetapi dia tidak sadar bahwa bukannya mengaum, dia malah meringkik. Mendengar suara itu, Kucing Hutan menoleh ke belakang dan melihat seekor Kuda berkulit Harimau. Sesaat, Kucing Hutan itu siap-siap mengambil langkah seribu, tetapi ia malah tertawa terbahak-bahak sembari berkata, “Saat aku melihatmu memakai kulit Harimau itu, aku pasti akan lari ketakutan, tapi rupanya suaramu itu ringkikan Kuda, jadi aku tidak takut, hahaha!” Kucing Hutan itu juga berkata kepada Kuda bahwa sampai kapan pun, suara ringkiknya tidak akan bisa berubah jadi auman.



“Kuda Berkulit Harimau” itu melambangkan bahwa sepandai-pandainya orang berpura-pura, suatu saat akan terbongkar juga kepura-puraannya itu. Kejujuran merupakan sikap yang paling indah di dunia ini.




Pesan Moral

: Sepandai-pandainya orang berpura-pura, maka akan terbongkar juga. Kejujuran merupakan sikap yang utama.



6. Contoh cerita fabel tentang Cici dan Serigala




Cici dan Serigala



Sore itu tiga kelinci kecil, Cici, Pusi, dan Upi bermain bersama di hutan. Tiba-tiba Cici melihat sesuatu tergeletak dalam bungkus plastik.



“Hai Teman-teman … lihatlah! Cici berteriak sambil menunjuk ke arah bungkusan plastik. “Wah … makanan teman-teman.” teriak Upi. “Asyik! sore ini kita makan enak.” Pusi bersorak kegirangan. Cici mengambil kue itu, membuka bungkusnya dan tercium aroma harum dari kue itu. Tiba-tiba muncul niat liciknya.



“Ah … kue ini pasti nikmat sekali apalagi jika ku makan sendiri tanpa berbagi dengan mereka,” gumamnya dalam hati.



“Teman-teman sepertinya kue ini bekal Pak Tukang Kayu yang sering ke hutan ini, mungkin dia baru saja ke sini  dan belum pergi terlalu jauh. bagaimana jika kususulkan  kue ini, bukankah menolong orang juga perbuatan mulia?” Cici meyakinkan temannya.



Raut kecewa tergambar di wajah Upi dan Pusi, mereka gagal makan kue yang beraroma lezat itu. Cici berlari menjauhi temannya dan memakan kue itu sendiri. Tiba-tiba … buukk!! “Aaahhgg … tolooong …” Cici menjerit keras.



Seekor Serigala muncul dari balik semak dan langsung menerkam tubuh mungil Cici. Cici pun menangis dan terus berteriak minta tolong. Cici pun memutar otak mencari cara, bagaimana agar ia bisa bebas dari cengkeraman Serigala itu. Akhirnya, ia mendapatkan ide.



“Pak serigala, aku punya dua teman di sana. Bagaimana jika mereka kujemput ke sini, supaya kamu dapat makan lebih banyak lagi?” Cici berusaha mengelabui Serigala itu.



“Baiklah, segera panggil mereka, tapi aku harus ikut di belakangmu,” jawab Serigala. “Pelan-pelan saja ya, jalanmu, supaya mereka tidak mendengar langkah kakimu. Aku khawatir mereka akan lari ketakutan.”



Cici pun berlari ke arah teman-temannya yang ditinggalkan tadi. Sementara Serigala mengikutinya dengan langkah pelan. Menyadari hal itu, Cici berlari sekuat tenaga sambil sesekali memanggil temannya.



“Ups …!” kaki Cici tiba-tiba terasa ada yang menarik. Ia pun menjerit dan bahkan tidak berani membuka mata.



“Jangan Pak Serigala … jangan makan aku, ampuni aku..”



“Sst … ini aku Ci, bukalah matamu, ini Upi dan Pusi.”



“Ayo cepat Ci!” dengan rasa kebersamaan mereka pun akhirnya selamat. Napas mereka tersengal-sengal, keringat mereka bercucuran. Cici menangis tersedu-sedu.



“Hik … hik … maafkan aku teman-teman, aku bersalah pada kalian. Aku telah berbohong.” Cici akhirnya menceritakan kejadian yang sebenarnya.



Temannya tidak marah apalagi membencinya. Cici pun berjanji tidak akan mengulanginya lagi.



“Sudahlah Cici,  kami memaafkanmu,” kata Pusi dengan bijak. “Terima kasih kawan, aku janji tidak akan mengulanginya lagi,” jawab Cici dengan tulus.



Menurutmu, apa pesan moral yang kamu bisa ambil dari cerita fabel “Cici dan Serigala” tersebut? Coba tulis di kolom komentar,

ya!



7. Contoh cerita fabel tentang Semut dan Merpati




Persahabatan Semut dan Merpati



Suatu hari, seekor merpati melihat ada seekor semut yang terjatuh ke sungai. Semut itu berjuang sangat keras untuk berenang supaya tidak tenggelam. Melihat hal itu, Merpati tak hanya diam saja. Ia segera memetik sehelai daun di atas pohon dan dijatuhkannya ke atas sungai dekat dengan posisi semut yang hampir tenggelam.



“Semut, cepat berenang dan naiklah ke atas daun ini!” teriak Merpati.



Semut lantas berenang menuju daun dan naik di atasnya. Semut akhirnya selamat dan tidak tenggelam di sungai.



“Terima kasih, Merpati! Kau telah menyelamatkan nyawaku!” ujar Semut.



“Sama-sama, Semut!” ujar Merpati.



Sejak saat itu, Semut dan Merpati pun menjadi sahabat.



Beberapa hari berikutnya, Semut yang sedang berjalan melihat sahabatnya, Si Merpati, sedang terbang dan hinggap di atas ranting pohon. Tiba-tiba, datang seorang pemburu yang langsung mengarahkan senapannya kepada Merpati. Semut yang ingin menyelamatkan Merpati, langsung menggigit kaki Si Pemburu. Pemburu tersebut kesakitan dan senapannya pun menembak melesat jauh dari Merpati. Merpati yang terkejut langsung terbang dan melihat sahabatnya Semut yang sedang menggigit kaki Pemburu. Merpati pun selamat dari bidikan pemburu.



Kemudian, Merpati berucap, “Terima kasih ya, Semut! Kau telah menyelamatkan nyawaku!”



Semut pun menjawab, “Terima kasih kembali, Merpati!”




Pesan Moral

: Berbuat baiklah kepada sesama dan biasakan sikap tolong-menolong antar sesama. Perbuatan yang baik pasti akan mendapat balasan yang baik pula.



8. Contoh cerita fabel tentang Rubah dan Gagak




Rubah dan Gagak



Suatu hari, di dalam hutan, ada seekor rubah yang melihat seekor gagak sedang terbang dengan sepotong daging di paruhnya. Sang Gagak lantas bertengger di dahan pohon. Rubah yang sejak pagi belum makan, ingin sekali mendapatkan daging tersebut. Ia pun berjalan hingga ke bawah pohon yang dihinggapi Gagak tadi.



“Selamat siang, Nyonya Gagak yang cantik,” serunya. “Betapa mempesonanya penampilanmu hari ini. Matamu tampak cerah, paruhmu bersih dan bulumu berkilau.”



Mendengar pujian itu, Gagak menoleh ke bawah. Senang sekali ia mendapati Rubah sedang mengaguminya di sana. Melihat reaksi Gagak, Rubah melanjutkan rencananya. Ia memuji Gagak lebih jauh lagi.



“Melihat penampilanmu yang luar biasa, aku yakin suaramu pasti melebihi suara burung lain di hutan ini. Biarkanlah aku mendengar satu lagu darimu, Nyonya Gagak. Tentu akan terdengar sangat merdu!” ujar Rubah.



Merasa tersanjung, Gagak mengangkat kepalanya dan bersiap membuka suara. Ia lupa, ada daging di paruhnya. Potongan daging yang jatuh ke tanah segera diambil oleh rubah, sementara Gagak terus saja bernyanyi.



Ketika ia selesai bernyanyi dan Rubah sudah jauh pergi, Gagak baru menyadari apa yang telah terjadi. Ia menyesal, sudah lengah hanya karena dipuji.




Pesan Moral

: Kita perlu untuk bersikap waspada dan tidak lengah, karena bisa saja ada pihak yang ingin mengambil keuntungan atau mencelakai diri kita.



9. Contoh cerita fabel tentang Kelinci dan Kura-Kura




Lomba Lari Kelinci dan Kura-Kura



Dahulu kala, hidup lah seekor kelinci. Kelinci bisa berlari dengan sangat cepat. Ia bangga dengan keahliannya itu. Suatu hari, Kelinci melihat Kura-Kura yang berjalan sangat lambat. Melihat betapa lambatnya Kura-Kura berjalan, Kelinci pun menertawakan Kura-Kura dan berkata, “Kamu berjalan sangat lambat ya, Kura-Kura! Hahaha..”



Mendengar hal itu, Kura-Kura pun menimpali, “Rupanya kamu sangat bangga dengan kecepatanmu, ya, Kelinci. Bagaimana kalau kita berlomba dan kita lihat siapa yang sebenarnya bisa lari lebih cepat?”



“Lomba lari? Denganmu? Tentu saja aku yang akan menang!” ujar Kelinci dengan sombongnya.



Keesokan harinya, Kelinci dan Kura-Kura pun berlomba. Seluruh hewan di hutan turut berkumpul untuk menonton perlombaan itu.



Perlombaan pun dimulai. Seperti dugaan, Kelinci langsung berlari sangat cepat, meninggalkan Kura-Kura yang berjalan lambat di belakang. Meskipun tertinggal jauh, Kura-Kura tetap berusaha untuk berlari.



Setelah beberapa saat, Kelinci berbalik untuk melihat di mana Kura-Kura berada. Ternyata, Kura-Kura berjalan sangat lambat dan berada jauh di belakangnya.



“Kura-Kura akan butuh waktu sangat lama untuk mendekatiku,” pikir Kelinci. Kelinci pun memutuskan untuk istirahat sejenak di bawah pohon. Teduhnya pohon yang rindang membuat Kelinci jadi mengantuk. Akhirnya, Kelinci pun tertidur di bawah pohon tersebut.



Beberapa saat kemudian, Kura-Kura berhasil sampai di titik di mana Kelinci tertidur pulas di bawah pohon. Melihat Kelinci yang tertidur pulas, Kura-Kura berusaha berlari tanpa menimbulkan suara agar Kelinci tidak terbangun. Perlahan tapi pasti, Kura-Kura pun berhasil melewati Kelinci yang tetap tertidur pulas.



Saat Kelinci akhirnya terbangun, ia kaget melihat Kura-Kura sudah sangat dekat dengan garis

finish

. Kelinci pun segera bangkit dan berlari dengan kencang.



Namun, usaha Kelinci ternyata sia-sia. Kura-Kura yang sudah lebih dekat dengan garis

finish

akhirnya berhasil memenangkan perlombaan. Kelinci sangat kecewa. Seluruh hewan di hutan pun mengakui bahwa pemenang lomba lari tersebut adalah Kura-Kura yang tetap berusaha dengan gigih sampai garis akhir.




Pesan Moral

: Kita tidak boleh sombong dan meremehkan orang lain hanya karena kita memiliki kemampuan yang lebih baik dari mereka karena pada akhirnya, usaha keras dan kegigihan lah yang mampu membawa kita menuju kesuksesan.



10. Contoh cerita fabel tentang Gagak yang Cerdik




Gagak yang Cerdik



Di suatu siang yang terik, seekor burung gagak merasa sangat kehausan. Tiba-tiba, saat ia terbang, ia melihat ada sebuah teko yang berisi sedikit air di sebuah kebun. Ia pun segera turun untuk meminum air di dalam teko tersebut.



Setelah melihat ke dalam teko, ternyata paruh Gagak tidak bisa menjangkau air di dalamnya. Ia pun berpikir dan berusaha mencari cara agar bisa meminum air di dalam teko tersebut.



Setelah berpikir, Gagak pun mendapat ide untuk memasukkan beberapa kerikil ke dalam teko satu demi satu. Usahanya pun berbuah manis. Air di dalam teko perlahan naik ke permukaan dan Gagak pun dapat dengan mudah untuk meminum air tersebut. Gagak pun sudah tidak kehausan lagi setelah berhasil meminum air di teko tersebut.




Pesan Moral

: Kita harus bisa berpikir kreatif untuk mencari solusi saat menghadapi kesulitan.



11. Contoh cerita fabel tentang Ular dan Tikus



Ular dan Tikus



Di sebuah gurun pasir tandus, hidup seekor ular yang sedang kelaparan. Hanya saja ketika ia sedang kelaparan, sayangnya ia tidak memiliki makanan sedikitpun.



Sementara di sisi yang lain, hidup seekor tikus. Keberadaan tikus tersebut tidak jauh dari ular. Akan tetapi berbeda dengan ular yang kelaparan, si tikus terlihat sedang sangat asyik menyantap makanannya.
Karena merasa sangat lapar sementara ular melihat tikus yang sangat asyik dengan makanannya, saat itu juga ia sebenarnya ingin memangsa tikus. Sementara tikus berusaha mencari akal supaya ular tidak lagi berniat memangsanya.



Menurut ular apa yang dilakukan tikus sangat angkuh. Ular tidak senang dengan hal itu. Apalagi tikus terkesan seperti menari – nari di atas penderitaan ular yang tidak menemukan makanan sementara tikus dengan asyiknya makan sambil berlenggak – lenggok.



Ular pun mendekati tikus yang sedang makan dan mengucapkan sesuatu, “Dengarkan ucapanku wahai tikus yang angkuh! Aku pasti akan mendapatkan tubuhmu yang lezat dan mungil itu. Camkan saja!”
Tikus pun dengan tidak takut bersuara, “Hai ular, kalau begitu berusaha dan kejarlah aku! Jangan kau hanya beraninya mengancam saja. Kalau kau hanya bisa mengancam, seekor semut pun bisa melakukannya bahkan lebih baik.”



Mendengar apa yang dikatakan tikus, ular pun menjadi sangat marah. Namun ia memilih kembali ke sarangnya dengan perut lapar sementara tikus masih dengan asyik menyantap makanannya.
Waktu pun terus berjalan namun ular tidak juga menemukan makanannya. Ia juga enggan untuk keluar dari sarangnya. Sementara itu, tikus sudah terlelap di dalam sarangnya karena kekenyangan. Akhirnya ular memutuskan untuk mendekati tikus yang tertidur pulas.



“Tikus, aku sudah ada di sampingmu dan siap untuk menyantapmu!” ular berseru untuk mengancam.
Namun bukannya merasa panik, tikus yang baru saja bangun dari tidurnya tersebut malah berpura – pura menguap. Namun dibalik ketenangan yang ia tunjukkan itu, tikus mulai memutar otaknya agar bisa lolos dari cengkraman dan hasrat ular yang ingin menyantapnya.



“Hah? Tunggu dulu sahabatku! Kalau kau memang ingin memakanku, kau harus berpikir dulu. Kamu pasti tahu kalau kita hanya berdua di sini dan tak ada hewan lain. Kalau kamu memakanku, itu artinya kau akan tinggal sendiri di sini dan kesepian tak punya teman. Tak ada yang dapat kau ajak untuk mencari makan dan setelah kau kenyang karena aku maka kau akan kelaparan dalam jangka waktu yang panjang dan akhirnya mati juga. Kau mau itu?”



Sejenak ular berpikir dan terdiam. Ia mencoba untuk merenungkan nasihat tikus.



“Jadi kita tidak bisa hidup sendiri?” kata ular kepada tikus.



Tikus pun menjawab “Iya, benar. Makhluk hidup itu tak dapat hidup sendiri.”



Ular pun melanjutkan, “Bagaimana kalau kita berteman dan kita mencari makan bersama. Bukankah itu akan lebih menyenangkan daripada nantinya kau malah mati karena kesepian setelah memakanku karena tak ada yang kau makan dan kau ajak cari makan”



Ular pun setuju dengan pendapat Tikus. Tikus memaafkan ular dan mereka bersahabat dengan Bahagia. Mereka pun selalu kesana kemari bersama untuk mencari makan bersama – sama.



Pesan Moral:
Kita harus bisa tetap tenang dan berpikir jernih dalam menghadapi masalah.



12. Contoh cerita fabel tentang Bangau yang Angkuh



Bangau yang Angkuh



Pada suatu pagi yang indah, terdapat seekor burung bangau yang berdiri di pinggiran sungai. Ia melihat ke arah sungai tersebut, terdapat ikan yang berenang di pinggiran sungainya. Hanya saja, menurut Bangau ikan tersebut tidaklah indah, kurus, kecil dan seperti tidak ada nutrisinya.



Bangau pun berkata, “Aku tak akan memakan ikan–ikan kecil di pinggiran sungai itu. Mana mungkin bangau yang anggun dan indah sepertiku akan memakan ikan–ikan sekecil dan sekurus itu”



Karena sudah bertekad demikian, ketika ikan–ikan kecil lewat di depannya Bangau pun memilih mengabaikannya. Ia tak mengambilnya satu pun. Bangau hanya menunggu sampai ikan–ikan yang lebih besar berenang di pinggiran sungai dan menurutnya cocok untuk dirinya yang anggun.



Tak berselang lama, terdapat seekor ikan besar lewat. Namun alih–alih mengambilnya, bangau pun bilang “Aku tidak mau ikan besar itu. Ia terlalu besar untukku”



Sampai pada akhirnya, Bangau menunggu lagi dan lagi. Matahari pun mulai naik dan hari sudah mulai panas. Air menyurut dan ikan–ikan pun berenang ke tengah sungai.



Saat itu terjadi, Bangau berusaha mengejar mereka. Tapi Bangau tidak bisa berenang seperti ikan. Ia tak bisa menjangkau ke tengah sungai.



Akhirnya, ia pun hanya bisa memakan siput–siput yang tertinggal di pinggiran sungai dan akhirnya sampai sore tiba, sama sekali ia tak bisa mendapatkan ikan.




Pesan Moral:

Terkadang, menjadi terlalu pemilih justru akan membuat kita tidak akan mendapatkan apa-apa sama sekali. Kita tidak akan pernah tahu mana yang terbaik jika tidak mencoba pilihan-pilihan yang datang.



13. Contoh cerita fabel tentang Kancil, Semut, dan Cicak



Kancil, Semut, dan Cicak Badung



Di sebuah hutan tinggallah seekor kancil bersama dengan sekelompok semut. Mereka berteman sangat baik. Suatu hari ketika kancil dan sekelompok semut sedang bermain di tepian sungai, mereka melihat ada sebuah pohon apel yang buahnya terlihat matang.



Dengan segera kancil menghampiri pohon apel dan menyundul buah apelnya agar berjatuhan. Kemudian buah apel yang berhasil disundul diletakkan di tepian sungai. Para semut pun bergotong royong membawa buah apel tersebut ke tempat yang nyaman untuk beristirahat.



Setelah semua buah apel terangkut, mereka pun makan buah bersama–sama. Hanya saja ketika mereka sedang asyik menikmati buah apel hasil buruan, datang seekor cicak yang tiba–tiba saja mengambil beberapa buah apel yang masih belum dimakan. Cicak kemudian kabur dengan cepat.



Ternyata aksi tersebut terlihat oleh beberapa semut hingga semut yang melihat pun langsung berteriak, “Pencuri! Pencuri! Ada pencuri!”



Mendengar teriakan semut yang keras, Kancil terkejut bukan main. Ia pun mencari tahu siapa pencuri yang dimaksud dan ternyata pencuri yang dimaksud semut adalah cicak badung yang selalu membuat ulah.



Salah satu kawanan semut mulai berbicara, “Kancil bagaimana ini? Ia pasti besok akan datang lagi untuk mencuri hasil buruan kita”



Kancil pun menjawab lantang, “Sudah, kalian tak perlu bersedih lagi. Aku punya cara untuk membuat Cicak badung jerah dengan apa yang sudah diperbuatnya kepada kita”.



Kancil pun mengungkapkan ide rencananya kepada semut yaitu kancil punya ide untuk mengganti buah apel dengan makanan lain yang berwarna merah yaitu cabai. Jadi yang akan dicuri oleh cicak badung nantinya bukan apel melainkan cabai.



Semut pun setuju dengan rencana Kancil dan keesokan harinya mereka mencari pohon cabai berwarna merah di sekitar hutan dan kemudian memetiknya. Kemudian cabai hasil buruannya itu dibawa ke tempat mereka istirahat.



Ternyata, rencana tersebut berhasil. Cicak badung datang menghampiri tempat tinggal kawanan semut dan diam – diam berusaha mengambil benda berwarna merah yang terletak di pinggir. Cicak belum tahu kalau benda berwarna merah tersebut bukan apel melainkan cabai merah.



Setelah Cicak mengambilnya, terdengar suara beberapa semut yang tertawa. Cicak sebenarnya menyadari keanehan tersebut. Ia berpikir, “Kemarin ketika aku mengambil makanan mereka, mereka sedih. Kenapa sekarang mereka tertawa ya?”



Cicak tak ingin ambil pusing, di tempatnya ia langsung menyantap cabai merah itu dengan puas lalu ketiduran karena kekenyangan. Esoknya, cicak yang penasaran berusaha mencari tahu mengapa semut tertawa ketika makanannya diambil.



Cicak pun mencari tempat yang aman untuk menguping. Di pertengahan hari, semut membuka pembicaraan kepada Kancil, “Cil, sepertinya rencana kita berhasil. Cicak pasti sekarang kepedasan setelah memakan cabai merah yang dicuri kemarin”.



Mereka pun tertawa terbahak – bahak. Mendengar hal tersebut, cicak merasa tertipu. Namun sebelum cicak pergi dari tempatnya menguping, kancil memberi tahu bahwa kemarin dirinya menukar cabai dengan buah strawberry.



Mendengar itu keluar dari mulut Kancil sendiri, semut pun kecewa. Namun Kancil menjelaskan alasannya. “Aku sengaja menggantinya karena aku rasa kalau cicak akan mencuri lagi jika ia sadar yang diambilnya adalah cabai merah. Karena itu aku menukar dengan strawberry agar cicak tidak datang ke sini lagi.”



Kancil melanjutkan, “Besok aku akan menemui cicak dan membawakannya satu keranjang buah strawberry dan sekaligus memintanya untuk tidak mencuri makanan kita lagi”.



Mendengar hal tersebut, semut pun mengangguk tanda setuju dan paham maksud Kancil. Cicak yang menguping pun menangis mendengar pembicaraan kancil dan para semut. Ia akhirnya meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.



Setelah saat itu, akhirnya mereka menjadi teman akrab dan memutuskan untuk mencari makanan bersama – sama.




Pesan Moral:

Perbuatan jahat tidak harus dibalas dengan perbuatan jahat pula. Kita bisa memilih bersikap bijaksana untuk membuat orang lain sadar akan kesalahannya. Selain itu, cerita fabel hewan ini mengajarkan kita untuk tidak mengambil barang yang bukan milik kita.



14. Contoh cerita fabel tentang Dongeng Raja Parkit



Dongeng Raja Parkit



Dahulu kala, ada sekelompok burung parkit di hutan. Kelompok parkit dipimpin oleh seorang raja. Suatu hari, kehidupan damai mereka terancam oleh seorang pemburu yang berencana untuk menangkap dan menjualnya di pasar.



Pemburu menempelkan lem di sekitar sarang parkit untuk menjebaknya. Beberapa burung parkit dan raja parkit terjebak pada lem yang telah dipasang pemburu sebelumnya.



Mereka telah mencoba melepaskan diri dari jebakan tersebut, tetapi usaha mereka tidak membuahkan hasil. Semuanya menangis minta tolong, kecuali raja mereka.



“Jangan panik teman-teman! Lem ini dipasang oleh pemburu. Dia ingin menangkap kita hidup-hidup. Jika kita mati, dia tidak akan membawa kita bersamanya. Saya menyarankan kita semua berpura-pura mati ketika dia datang untuk mengambil kita besok. Saat pemburu melepaskan kita dari perangkap ini, dia akan memeriksa apakah kita masih hidup atau tidak. Jika dia mengira kita sudah mati, dia akan meninggalkan kita di sini. Mohon tunggu hitungan saya sampai seratus, lalu kita akan terbang bersama, ” kata raja parkit dengan tenang.



Semua parkit setuju dengan ide dari Raja Parkit, “Ide bagus. Besok kita akan berpura-pura mati untuk membebaskan diri dari pemburu. “



Pemburu datang keesokan paginya, dan melepaskan parkit itu satu per satu dari perangkap. Menemukan mereka semua tidak bernafas, pemburu itu sangat kesal.



Semua Parkit dibiarkan tanpa pengawasan di tanah, dan pemburu hendak berjalan pulang. Tapi tiba-tiba, pemburu itu terpeleset dan jatuh. Terkejut dengan kecelakaan itu, burung parkit yang berpura-pura mati, serentak terbang ke segala arah tanpa menunggu penghitungan raja mereka.



Pemburu menyadari bahwa para parkit telah menipunya. Namun kemudian dia melihat seekor burung masih di tanah. Itu adalah raja parkit yang masih berpura-pura mati.



“Kena kau!” dia menangkap raja parkit.



“Aku akan membunuhmu,” kata pemburu dengan amarahnya.



“Maafkan saya, Pak! Tolong jangan bunuh saya! Tolong lepaskan aku, ” raja parkit meminta belas kasihan.



Tetapi pemburu itu menjawab dengan marah, “Saya tidak akan membebaskanmu. Teman-temanmu dan kamu telah membodohiku. Tapi aku tidak akan membunuhmu jika kamu berjanji untuk menghiburku, ” kata pemburu itu.



“Baik, Tuan. Aku akan berkicau untukmu setiap hari, ” kata raja parkit setuju.



Pemburu kemudian membawa raja parkit tersebut ke rumahnya. Dia menempatkan parkit di dalam sangkar. Raja parkit berkicau merdu setiap hari untuk menyenangkan pemburu.



“Suara yang bagus, untungnya saya tidak membunuhnya,” kata si pemburu.



Kabar tentang indahnya suara raja parkit itu pun didengar oleh raja Aceh. Raja memutuskan untuk mengundang pemburu untuk datang ke istananya.



Raja bermaksud untuk membeli parkit tersebut. Awalnya, pemburu tersebut menolak untuk menjual parkit tersebut.



“Ya Yang Mulia, saya tidak bermaksud melawan keinginan Anda untuk memiliki burung ini, tetapi sulit bagi saya untuk menyerahkannya kepada Anda,” kata si pemburu.



“Saya ingin membelinya dengan harga tinggi,” jawab raja.



Setelah memikirkan harga yang ditawarkan raja untuk beberapa saat, pemburu itu akhirnya berkata, “Ya Yang Mulia, jika Anda benar-benar berniat memiliki burung itu, saya akan dengan senang hati menjualnya kepada Anda.”



Raja senang mendengar jawaban pemburu itu, dan segera membayarnya sejumlah uang yang dijanjikan.



Di istana, raja parkit dimasukkan ke dalam sangkar emas. Dia diberi banyak makanan enak, tapi dia tetap merasa terkurung. Dia berharap bisa pulang ke hutan dan bisa terbang bebas dengan sesama parkitnya. Kesedihannya membuatnya sakit. Dia berhenti bernyanyi sama sekali.



“Mengapa burung kesayangan saya berhenti berkicau? Apakah dia sakit?” raja bertanya pada penjaga.



“Yang Mulia, saya tidak tahu persis penyebabnya. Saya sudah memberinya banyak makanan enak dan merawatnya dengan hati-hati, tapi dia tetap diam, ” jawab penjaga.



Raja sangat sedih mendengar penjelasan penjaga itu. Sementara itu, di kandang emasnya, raja parkit mulai memikirkan cara untuk melarikan diri. Dia mendapat ide.



“Saya akan berpura-pura mati seperti yang pernah saya lakukan sebelumnya,” katanya dalam hati.



Keesokan paginya dia mulai melakukan rencananya dan membayangkan bisa terbang dengan bebas. Penjaga istana yang melihat kondisi raja parkit mendatangi raja untuk menyampaikan kabar buruk tersebut.



Raja sangat sedih mendengar kabar tersebut, karena suara burung parkit yang indah sudah tidak terdengar lagi. Untuk mengungkapkan rasa cintanya pada raja parkit, raja menyuruh pengawalnya menggali kuburan untuk parkit yang mati.



Upacara penguburan akan dilaksanakan dengan tradisi kerajaan pada keesokan paginya. Parkit kemudian dikeluarkan dari kandang emas. Semua orang mengira dia telah mati. Tiba-tiba, raja parkit terbang dengan cepat dan tinggi di langit.



Semua orang heran melihatnya, karena mereka mengira dia sudah mati. Raja parkitpun mendapatkan kebebasannya kembali, dan terbang langsung ke hutan.




Pesan Moral:

Jangan mudah panik saat dihadapkan dengan suatu masalah. Gunakan akal yang jernih untuk menemukan solusi.



15. Contoh cerita fabel tentang Singa Bodoh dan Kelinci Pintar



Singa Bodoh dan Kelinci Pintar



Pada zaman dahulu kala, di hutan rimba yang lebat, hiduplah seekor singa yang rakus, semua binatang takut padanya, karena dia berburu setiap hari dan membunuh hewan-hewan itu dalam jumlah besar bahkan ketika dia tidak lapar.



Para hewan sadar bahwa tidak lama lagi maka tidak ada satu pun dari mereka akan dibiarkan hidup. Hewan-hewan bertemu dan memutuskan bahwa mereka akan menawarkan satu hewan kepada singa setiap hari.



Mereka pergi ke singa dan berkata, “Yang Mulia, tolong dengarkan kami. Kami memiliki permintaan yang rendah hati. di mana Anda tidak perlu memburu kami, Kami meminta Anda untuk selalu tinggal di tempat Anda. Setiap hari, kami akan mengirimi Anda satu hewan sebagai hidangan. Dengan cara ini Anda tidak perlu berburu makanan Anda dan kami juga dapat bertahan hidup. ”



Singa setuju dan sejak hari itu dan seterusnya, satu hewan memilih untuk dikirim ke singa, untuk menjadi makanannya.



Pada satu hari giliran kelinci muda. Kelinci ini sangat pintar, dia tidak ingin dimakan oleh singa, dia juga ingin menyingkirkan singa selamanya, dia berpikir keras dan datang dengan rencana untuk membunuh singa.



Pada hari dia seharusnya pergi ke singa, untuk menjadi makanan singa, dia bangun sangat terlambat, dia mulai berjalan perlahan menuju ruang singa, dia bahkan tidur di jalan, dan sampai sarang singa saat matahari terbenam.



Sementara itu, singa itu menjadi marah dan tidak sabar. Ketika dia melihat kelinci kecil datang ke arahnya, dia meraung, “Saya telah menunggu sepanjang hari, dan hewan-hewan mengirimi saya kelinci kecil yang lemah ini! Kamu terlalu kecil untuk makan. Saya akan memberi pelajaran kepada para hewan. Saya akan membunuh mereka semua!”



Kelinci tetap tenang dan berkata, “Oh, singa yang perkasa, bolehkah saya mengatakan sesuatu. Hewan-hewan telah mengirim sebanyak enam kelinci untuk makan Anda. Tetapi di tengah jalan, seekor singa lain menghentikan kami. Ia mengatakan bahwa ia adalah raja baru di hutan ini. Kami mengatakan kepadanya bahwa kami telah memiliki singa pemberani sebagai raja kami. Dia memangsa kelima kelinci yang lain dan meminta saya untuk memberi tahu Anda, bahwa Anda harus segera meninggalkan hutan atau dia akan membunuh Anda.”



Singa menjadi sangat marah, setelah mendengar penjelasan si Kelinci. Dia meminta kelinci untuk membawanya ke sarang singa baru sehingga dia bisa membunuh singa lain dan menyelesaikan masalah. Kelinci setuju dan membaa singa ke sumur yang dalam.



“Dia tinggal di benteng itu, Tuanku,” kata kelinci kepada singa. Singa pergi ke sumur dan melihat ke dalam. Dia melihat bayangannya sendiri di dalam air dan mengira itu adalah singa yang lain. Dia mengaum dengan marah. Dia mendengar gema suaranya dan mengira itu adalah singa yang lain, dia melompat ke dalam sumur untuk membunuh singa musuh, tetapi kepalanya menabrak batu, dia jatuh ke dalam air dan tenggelam.



Kelinci kecil itu bergegas kembali untuk memberi tahu hewan-hewan lain bagaimana ia menyelamatkan hutan.




Pesan Moral:

Jangan malas belajar agar bisa menjadi anak yang cerdas. Jika kita bodoh, maka akan mudah tertipu oleh orang lain.






Seru kan

contoh-contoh cerita fabel singkat

yang sudah kamu baca tadi? Kisah para hewan tersebut memberikan banyak pesan moral yang bisa diambil untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kisah-kisah fabel yang telah kamu baca menginspirasi kamu jadi lebih giat belajar lagi,

ya!


Yuk

belajar bareng
ruangbelajar
untuk belajar materi-materi baru!




Referensi:



Titik, Harsiati dkk. 2017. Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. Diakses 15 Februari 2022.



Kumpulan Dongeng Cerita Fabel Anak Terbaik Dunia Dengan Pesan Moral [Daring]. Tautan: Kumpulan Cerita Dongeng Fabel Anak Terbaik Dunia Dengan Pesan Moral (dongengceritarakyat.com) Diakses pada 15 Februari 2022.




Sumber foto:



“Si Kancil dan Buaya” – Free stories online. Create books for kids | StoryJumper



LihatTutupKomentar