Artikel geografi kelas X ini menjelaskan dari mana asalnya bau hujan, proses terjadinya petrichor, dan manfaatnya bagi makhluk hidup dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Dengan Ruangguru, #30MenitBisa
—
Kamu duduk di teras rumah sore-sore. Mau keluar, tapi tahu bahwa saat pandemi ini, keluyuran bukanlah hal yang bijak. Awan di atas gelap. Kamu mencium bau hujan dan memutuskan untuk ke dapur, membuat teh hangat dan membawanya kembali keluar.
Hayo, siapa di antara kamu yang pernah mencium bau hujan? Kalau dipikir-pikir, aneh rasanya kalau hujan punya bau. Lagipula, kita udah bisa mencium “bau hujan” sebelum hujan turun. Terlebih jarak kita ke awan kan jauh banget.
Tapi, kok, bisa kecium ya? Berasal dari mana sebenarnya bau yang kita cium itu?
Sebenarnya, yang selama ini orang sebut sebagai “bau hujan” itu bukan benar-benar bau dari air hujan. Aroma tersebut dikeluarkan oleh tiga sumber utama:
ozon, tumbuhan, dan bakteri.
Sebelum hujan turun, kita pasti sudah bisa mencium
aroma-aroma
hujan. Jadi, bisa dipastikan sumber “bau” tersebut bukan dari air, tapi ozon. Iya, kita mencium ozon. Mungkin kamu langsung bingung. Ozon? Ozon bukannya tempat main games di mall-mall gitu?
ITU TIMEZONE!
Tolong fokus heeey.
Sebelum mikirin gimana kita bisa “mencium ozon”, kita mulai dari yang gampang dulu deh: asal kata ozon. Ozon itu berasal dari bahasa Yunani
“Ozein”
yang berarti
“untuk dihirup”
. Jadi, ya, jangan heran kalo bisa kita hirup.
Proses pembentukan ozon (Sumber: Scishow via Youtube)
Ozon terbentuk saat
muatan listrik dari petir
memisahkan atom oksigen (O
2
) menjadi dua atom O. Nah, atom-atom O yang terlepas ini berikatan dengan oksigen sehingga membentuk ozon (O
3
). Ozon itu kemudian terbawa oleh tiupan angin dan petir lalu masuk ke dalam
indera penciuman
kita.
Setelah awan gelap datang, turun rintik demi rintik hujan. Perlahan-lahan, aroma menyegarkan itu masuk ke hidung. Menyejukkan rongga dada. Aroma “tanah” ini dalam ilmu pengetahuan disebut dengan
petrichor.
Petrichor berasal dari bahasa Yunani,
“petra”
yang berarti
“batu”
dan
“ichor”
yang berarti
“darah yang mengalir di urat nadi dewa”
.
Lalu, dari mana bau petrichor ini berasal?
Kalau ditelisik lebih jauh, sebenarnya bau ini udah mulai “mengendap” di dalam tanah jauh sebelum hujan itu turun. Selama musim kemarau, tumbuhan akan mengeluarkan minyak yang banyak mengandung asam lemak:
palmitic acid dan stearic acid.
Asam-asam ini berfungsi untuk “menahan” benih di dalam tanah supaya tidak berkecambah/tumbuh. Soalnya, kan, musim lagi kering. Kalau semua benih di dalam tanah tumbuh, nanti bakal banyak tumbuhan yang hidup. Artinya, mereka harus bersaing untuk ngedapetin air dengan lebih berat.
Seiring berjalannya waktu, minyak dan material organik ini terbang dari tanah kering ke lumpur atau bebatuan. Kumpulan senyawa ini lalu mengendap di sana, dan, ketika hujan turun, senyawa-senyawa ini “terbang” ke udara. Dari sini lah aroma itu bisa akhirnya kita cium dan kenali.
Baca juga:
Bagaimana Proses Terbentuknya Aurora di Lapisan Atmosfer Bumi?
Makanya, kalau kamu perhatiin, bau hujan ini akan terasa lebih menyengat ketika sebelumnya jarang hujan.
Faktor lain yang menyebarkan bau hujan berasal dari bakteri yang mengeluarkan senyawa bernama
geosmin.
Geosmin ini adalah senyawa yang sama yang bikin buah bit punya rasa yang “agak agak ketanahan”. Adapun bakteri yang mengeluarkan ini adalah
streptomyces
dari golongan
bakteri gram positif.
Actinobacteria, geosmin, dan buah bit (Sumber: It’s Okay to be Smart via Youtube)
Nah, turunnya hujan ini mengganggu senyawa yang tersimpan di dalam tanah. Akhirnya, tercium deh aroma petrichor.
Para ilmuwan dari
Massachusetts Institute of Technology
(MIT) bahkan pernah mengungkap rahasia di balik aroma petrichor ini. Mereka meneliti air hujan yang menetes dengan kamera dengan kecepatan tinggi.
Saat tetesan air hujan menyentuh permukaan tanah berpori, tetesan itu akan memipih karena berkurangnya
energi kinetik
. Alhasil, terbentuk gelembung udara.
Selanjutnya, penyerapan air oleh tanah terus berlangsung, dan, membuat si gelembung terjebak dan membesar. Gelembung udara ini akan pecah ketika menyentuh permukaan teratas dari tetesan air.
Nah, sewaktu gelembung ini pecah, zat “berbau” dan senyawa kimia itu terlepas sehingga bisa kita hirup.
Sumber:
Massachusetts Institute of Technology
(MIT) via Youtube
Oke, oke. Sekarang udah tahu, kan, dari mana bau hujan itu berasal. Kalau udah sekarang kita lanjut ke pertanyaan:
“Apa sih gunanya bau hujan ini?”
Kamu jangan berpikir kalau petrichor ini cuman berguna untuk memberitahu kita akan turunnya hujan… dan sebentar lagi kita nangis di samping jendela gara-gara kangen mendadak. Perichor ini juga punya manfaat buat hewan.
Unta, misalnya. Bau petrichor lah yang menuntun unta supaya bisa menemukan oasis di padang gurun. Si unta minum air, lalu akhirnya membawa bakteri tanah ini ke sepanjang gurun. Selain unta, petrichor yang terbawa ke sungai dan danau juga berguna untuk memberikan
sinyal bagi ikan untuk berkembang biak.
Jadi, intinya, bau hujan yang kita cium adalah senyawa yang dihasilkan makhluk hidup selama melewati “masa-masa kemarau”. Makanya, aroma ini lebih kuat kalau sebelumnya lama nggak hujan. Kalo sering-sering aja pasti gak sebegitu dashyat.
Wah, ternyata itu dia sumber bau hujan yang selama ini kita hirup
.
Nggak disangka, ya, kalau aroma menyegarkan itu berasal dari tiga sumber yang berbeda. Mulai dari ozon, tumbuhan, dan bakteri yang ada di dalam tanah. Kalau kamu ingin mencari tahu soal hujan dan petrichor ini dalam bentuk video, yuk tonton lewat
ruangbelajar!
Referensi:
Wardiyatmoko. 2006. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Sindhu P. Yasinto. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Artikel terakhir diperbarui pada 3 Desember 2020.