Artikel ini membahas tentang hasil peradaban Mesir Kuno, yaitu mumifikasi dan Kitab Kematian (Book of the Dead) yang dianggap sebagai jalan menuju kehidupan setelah kematian (The Afterlife) bagi masyarakat Mesir Kuno
—
Dari judulnya, kok kayanya serem ya? Dikenalin sama mumi, trus Kitab Kematian pula. Kaya
ngga
ada lagi gitu yang bisa dikenalin. Tapi serius
deh
mumi dan Kitab Kematian itu merupakan suatu hasil peradaban yang keren banget
lho
. Kenapa keren? Coba disimak
deh
.
Kehidupan setelah kematian yang dipercayai orang-orang Mesir Kuno (Sumber: ancient.eu)
Sebelumnya kamu pernah liat mumi ngga
sih?
Kalau di film atau internet mungkin pernah ya,
nah
kalau liat langsung pernah ngga? Mumi merupakan salah satu hasil peradaban Mesir Kuno, yaitu suatu peradaban yang berkembang di bagian timur laut Afrika. Peradaban yang berkembang sekitar 3100-27 SM ini terpusat di sepanjang hilir sungai Nil yang panjangnya 6.400 km. Kenapa sih bisa ada mumi di Mesir Kuno?
Nah,
hal ini tidak terlepas dari keyakinan mereka yang meyakini adanya kehidupan setelah kematian
(
bahasa Inggris:
The Afterlife).
Jadi
Squad,
orang-orang Mesir Kuno mempercayai bahwa kematian dipandang sebagai hal yang sementara, karena masih ada kehidupan setelah kematian. Kehidupan setelah kematian dipercayai akan abadi dan dapat berlangsung selama jasad manusia tidak rusak. Makanya mereka ngembangin metode mumifikasi. Mumifikasi adalah proses pengawetan mayat dengan cara dibalsem (tapi bukan balsem kaya biasa itu). Bagi mereka, kalau mayat ngga dimumifikasi, mayat bakal cepat rusak, sehingga keabadian tidak bisa terwujud.
Proses dan kualitas mumifikasi beragam, tergantung status dan kekayaan orang yang meninggal. Semakin tinggi status atau stratifikasi sosialnya, maka semakin tinggi kualitas pengawetannya.
Mumifikasi itu membutuhkan biaya yang cukup besar karena memakan waktu lama, memerlukan berbagai macam bahan, serta harus dilakukan oleh ahlinya yaitu imam. Makanya, jasad yang dimumifikasi biasanya berasal dari golongan Firaun atau bangsawan saja. Namun sejak 2300 SM mumifikasi dapat dilakukan siapapun.
Btw
Firaun itu siapa sih? Firaun merupakan sebutan untuk pemimpin kerajaan di Mesir Kuno yang dipercayai sebagai putra Dewa Osiris.
Lebih lengkapnya
nih,
proses mumifikasi dimulai dengan membasuh tubuh mayat dengan larutan air dan garam. Sebelum mengeluarkan organ hati, paru-paru, usus, dan perut dengan menggunakan pengait, otak adalah organ yang pertama dikeluarkan. Karena otak menjadi organ yang pertama kali membusuk saat seseorang meninggal.
Lalu, semua organ dalam dikeluarkan kecuali jantung, karena orang Mesir Kuno percaya bahwa jantung yang akan menuntun seseorang menuju kehidupan setelah kematian. Selain itu, jantung dianggap sebagai tempat emosi, ingatan, dan intelegensi berada.
Nah,
berbagai organ tadi kemudian dimasukkan ke dalam 4 wadah berbeda yang bentuknya menyerupai anak laki-laki dari Horus, si Dewa Langit. Siapa aja
sih
anak-anaknya? Ada Hapi penjaga paru-paru, Duamutef penjaga perut, Imsety penjaga hati, dan Qebehsenuef penjaga usus. Di dalam wadah-wadah dimasukan garam khusus bernama natron. Natron mengandung dua campuran garam alkalin, yaitu soda abu dan
baking soda
yang membuat struktur mayat tetap terjaga.
Tubuh mayat yang sebelumnya dibuka untuk mengeluarkan organ dalamnya, kemudian diisi dengan berbagai rempah-rempah, natron, dan
cassia
(tumbuhan berbunga), lalu dijahit agar tubuh tertutup kembali. Ngga sampai disini, tahap selanjutnya seluruh tubuh mayat ditutupi dengan gundukan natron selama 70 hari. Tujuannya apa
tuh
? Untuk mencegah tubuh membusuk,
guys.
Setelah itu mayat menjadi kecoklatan, mengeras, dan mengeluarkan bau, sehingga harus diolesi getah untuk menutupi baunya dan mencegah pelapukan. Kemudian tubuh mayat dipasangi wig dan mata palsu untuk membuatnya terlihat hidup. Lalu mayat dililit dengan kain linen.
Selesai dililit, wajah mayat ditutupi dengan topeng yang mirip dengan wajahnya. Saat inilah mayat disebut mumi. Kemudian tubuh mumi dimasukkan ke dalam peti kayu atau sarkofagus yang terbuat dari batu jika ia orang yang berada. Kemudian, mumi biasanya dimakamkan di pemakaman khusus, lembah-lembah, atau jika ia seorang Firaun atau bangsawan maka dimakamkan di piramida.
Sebagai
optional
, mumi juga bisa dimakamkan bersama barang-barang yang mungkin mereka butuhkan di kehidupan setelah kematian, seperti pehiasan, pakaian, atau perkakas rumah tangga. Bahkan bisa juga dengan hewan peliharaannya yang juga dimumifikasi untuk menemaninya. Bahkan pada golongan tertentu, mereka menyertai Kitab Kematian dan boneka Shabti di peti mati atau ruang pemakamannya.
Apa sih Kitab Kematian? Kitab Kematian (bahasa Inggris:
Book of The Dead)
adalah koleksi teks-teks lepas pemakaman Mesir Kuno dengan tulisan Hieroglif yang disertai ilustrasi. Kitab ini digunakan pada awal Kerajaan Baru, yaitu sekitar 1550–50 SM. Orang-orang Mesir Kuno meyakini Kitab Kematian akan menjadi penuntun keselamatan mereka di kehidupan setelah kematian, yaitu
Duat
atau dunia bawah, dan ke alam baka untuk mencapai keabadian. Awalnya, Kitab Kematian hanya ditulis untuk Firaun, namun seiring berjalannya waktu, orang-orang Mesir Kuno percaya bahwa rakyat biasa pun bisa mencapai kehidupan setelah kematian.
Nah,
sekitar 1250 SM di Thebes dibuat sebuah Kitab Kematian yang disebut Papirus Ani
(bahasa Inggris: Papyrus of Ani).
Ani adalah seorang juru tulis istana dari dinasti ke-19. Di dalamnya diceritakan perjalanan Ani menuju keabadian yang tentunya berawal dari kematiannya.
Papyrus Ani
(Sumber: britishmuseum.org)
Dalam Kitab Kematiannya, Ani menggambarkan tubuhnya dimumifikasi oleh sekelompok imam yang memberinya mantr
a-mantra agar terlindungi sehingga bisa menuju keabadian. Tapi sebelumnya, jiwanya harus melalui
Duat
, tempat yang mengerikan.
Di dunia bawah terdapat gua-gua besar yang gelap, danau api, gerbang gaib, yang semuanya dijaga oleh banyak hewan dan monster yang mengerikan. Di sana juga ada Apep, ular Dewa Kehancuran yang mengintai dari kegelapan bersiap untuk menelan jiwa Ani. Untungnya, Ani telah melengkapi Kitab Kematiannya dengan berbagai mantra khusus, doa, dan kode yang membuatnya selamat di dunia bawah untuk menuju tempat Ma’at, Dewi Kejujuran dan Keadilan.
Setelah itu Ani harus menghadapi 42 Dewa Penilai yang harus diyakinkan bahwa ia hidup di jalan yang benar. Tapi itu belum cukup, Ani harus melalui penimbangan jiwa dulu untuk mengetahui kebenarannya. Jika jantung Ani lebih berat daripada sehelai bulu, artinya perilaku buruknya lebih besar daripada perilaku baiknya. Maka jantungnya akan dilahap raksasa Ammit, kombinasi buaya, macan tutul, dan kudanil, sehingga Ani tidak bisa hidup abadi.
Ternyata jantung Ani dinilai murni, yaitu lebih ringan daripada sehelai bulu. Sehingga ia dibawa oleh Ra, Dewa Matahari menuju Osiris, Dewa Dunia Bawah yang memberikan keputusan final untuk menuju kehidupan setelah kematian.
Akhirnya Ani diputuskan bisa hidup abadi di tempat yang digambarkan sebagai padang rumput yang tidak berujung saking luasnya. Ia kemudian bertemu orang tuanya yang sudah meninggal. Di tempat ini tidak ada kesedihan, kesakitan, atau kemarahan. Di sana ia harus mengolah lahan yang dengan bantuan boneka Shabti yang ditempatkan di dalam makamnya.
Sejak 1888, Papirus Ani diletakkan di British Museum, London. Meski ada Kitab Kematiannya, hanya Tuhan dan Ani, atau orang yang meninggal itu sendiri yang tahu apa yang benar-benar terjadi di kehidupan setelah kematiannya.
Baca Juga:
Bagaimana Manusia tanpa Peradaban Mesopotamia?
Nah,
gimana? Keren kan hasil Peradaban Mesir Kuno? Ga cuma peradaban ini
lho,
peradaban lainnya juga ngga kalah keren. Mau tau soal peradaban lainnya? Kamu bisa mulai berlangganan
ruangbelajar
sekarang juga!
Sumber Referensi
Hendrayana. 2009. Sejarah 1: Sekolah Menengah Atas dan madrasah Aliyah Jilid 1. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Egyptian Afterlife – The Field of Reeds. Joshua J. Mark. ancient.eu (daring) Tautan https://www.ancient.eu/article/877/egyptian-afterlife—the-field-of-reeds/ (diakses 17 Desember 2018)
How to Make a Mummy. Len Blonch. ed.ted.com (daring). Tautan: https://ed.ted.com/lessons/how-to-make-a-mummy-len-bloch (diakses 17 Desember 2018)
Sumber Foto
Kehidupan setelah kematian.
Tautan: https://www.ancient.eu/article/877/egyptian-afterlife—the-field-of-reeds/
Mumi.
Tautan: https://www.discovermagazine.com/planet-earth/mummy-threads
Papyrus Ani.
Tautan: https://www.britishmuseum.org/collection/object/Y_EA10470-3
Artikel diperbarui 18 Agustus 2022