Apa saja kerajaan-kerajaan maritim Islam di Indonesia? Bagaimana sejarah masuknya kerajaan-kerajaan tersebut, serta pengaruhnya pada masa penyebaran agama Islam di Indonesia? Mari simak penjelasan lengkapnya di
artikel Sejarah kelas 11
ini, yuk!
—
Setelah masuknya agama Islam ke Nusantara, kerajaan-kerajaan maritim Islam akhirnya menggantikan
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha
yang pernah jaya. Diperkirakan, masa kerajaan Islam di Nusantara berlangsung sejak abad ke-12 Masehi. Kehidupan maritim yang merajai masa itu, tentunya menarik untuk kita pelajari, ya. Apakah kamu ingin tahu, apa saja
kerajaan Islam di Indonesia
, serta bagaimana sejarah dan pengaruhnya hingga saat ini? Kita simak yuk penjelasan lengkapnya di bawah ini!
1. Kerajaan Samudera Pasai
Kamu tahu apa pulau paling barat di Indonesia? Yap, Sabang. Pulau Sabang ada di Aceh, yang juga merupakan lokasi kerajaan Islam pertama di Nusantara. Nama kerajaannya Samudera Pasai. Kerajaan Samudera Pasai
berdiri sejak tahun 1128 dan terletak di pantai timur Sumatra
, atau kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara.
Samudera Pasai berkembang sebagai kerajaan maritim yang paling berpengaruh karena terletak di dekat Selat Malaka yang strategis. Oleh karena itu, nggak heran hal ini membuat Kerajaan Samudera Pasai banyak dijadikan tempat singgah dan menetap oleh banyak pedagang.
Wilayah kerajaan Samudra Pasai. (Sumber: skul-id.com)
Raja pertama Kesultanan Samudera Pasai adalah
Sultan Malik as-Saleh
. Kerajaan Samudera Pasai mencapai
puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud Malik Az-Zahir
. Pada masa itu, kerajaan ini menjalin hubungan erat dalam bidang ekonomi dan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India dan Semenanjung Arab.
Nah ternyata, bukan hanya
Kerajaan Sriwijaya
saja yang menjadi pusat belajar agama Buddha. Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi
pusat studi Islam di Asia Tenggara
ada awal abad ke-14. Para elite kerajaan menjadikan lingkungan kerajaan sebagai tempat diskusi ulama dengan para elite lainnya atau antarulama.
Perdagangan merupakan bagian dari kehidupan ekonomi Kerajaan Samudera Pasai yang cemerlang. Untuk mendukung perekonomian, masyarakat Samudera Pasai menggunakan alat tukar berupa koin dinar emas dan keueh dari timah. Nilai 1 dinar sama dengan 1.600 keueh.
Meski berjaya, peran Kerajaan Samudera Pasai sebagai pusat dagang di Selat Malaka mulai digantikan oleh pelabuhan-pelabuhan baru di Semenanjung Malaya. Hal ini menyebabkan kemunduran ekonomi Kerajaan Samudera Pasai, ditambah kedatangan Portugis yang menguasai dan memonopoli Malaka.
Foto naskah surat Sultan Zainal ‘Abidin yang saat ini terdapat di Museum Negeri Aceh, Banda Aceh. (Sumber: mapesaaceh.com)