Le Petit Prince, buku dengan cover menggemaskan ini ternyata memiliki makna idealis dan filosofis mengenai kehidupan manusia. Yuk, simak review berikut ini apabila kamu tertarik untuk membacanya!
—
Tidak banyak orang yang tertarik pada buku anak-anak. Mulanya, banyak yang berpikir demikian tentang buku ini. Dari sampulnya saja, sudah tergambar sosok seorang anak berambut kuning. Mayoritas akan berpikir bahwa buku ini berkisah tentang dongeng anak. Namun, begitu membuka halaman awal, sesuatu menggelitik.
Biasanya, halaman pengantar tidak terlalu menarik untuk dibaca. Akan tetapi, buku ini-
Le Petit Prince (Pangeran Cilik)
– memiliki keunikannya bahkan sejak halaman pertama.
Kepada anak-anak aku mohon maaf, karena mempersembahkan buku ini kepada seorang dewasa.
Di luar harapan, kejutan akan menyapa begitu kita membalik halaman berikutnya. Salah satu hal yang paling unik dari buku ini adalah sebuah kutipan “semua orang dewasa pernah menjadi anak-anak”. Maka, pada akhirnya buku ini tidak mengenal usia. Siapapun berhak membaca. Siapa saja perlu dihibur.
Le Petit Prince (Pangeran Cilik)
termasuk salah satu buku yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Sang pengarang, Antoine de Saint-Exupéry begitu apik menyajikan cerita dari sudut pandang seorang anak yang naif dan lugu. Si penulis, begitu lihai menyentuh nilai-nilai dasar kehidupan yang patut untuk menjadi renungan. Tak heran, jika buku ini sudah mencapai cetakan kedua puluh enam di tahun 2022 ini.
Terakhir, kepada H. Chambert-Loir apresiasi amat tulus dipersembahkan. Karena setiap kata, setiap kalimat yang tertuang dalam buku ini menjadi karya sastra yang halus dan amat tinggi. Sebagaimana halnya sebuah kisah,
Le Petit Prince (Pangeran Cilik)
mengandung pengalaman berharga dan nuansa penuh amanat serta pengalaman samaran bagi orang dewasa.
Orang dewasa tidak pernah mengerti apa-apa sendiri, maka sungguh menjemukan bagi anak-anak perlu memberi penjelasan terus menerus.
Kutipan ini agaknya cukup mengusik. Ia memberi kesan bahwa orang dewasa memiliki kecenderungan banyak bertanya karena nihil pengetahuan. Namun, lewat cerita dari buku
Le Petit Prince (Pangeran Kecil)
ini kita diajak untuk merepresentasikan pengalaman masa kecil kita dalam sudut pandang yang berbeda. Dari bab pertama saja, pencerita sudah berkisah tentang mimpi masa kecilnya. Namun, pemikirannya yang lugu harus patah karena orang-orang dewasa dianggapnya mematahkan angannya. Orang dewasa yang digambarkan memberi nasihat itu, mengantarkan pencerita pada impian baru hingga membawanya memilih jalan hidup sebagai pilot.
Baca Juga:
Resensi Buku Berapa Harga Nyawa Hari Ini Karya Eko Triono
Dalam perjalanannya sebagai seorang pilot, si pencerita kemudian bertemu dengan Pangeran Kecil berambut kuning. Pertemuan itu memberikan suatu pelajaran, bahwa betapapun tidak masuk akal, apabila sebuah keajaiban yang memukau terjadi, kita tidak berani membantah. Pun dengan perjumpaan keduanya, kemudian melahirkan cerita dan petualangan.
Sang Pangeran Cilik yang nampaknya banyak bertanya ini membawa pembaca kembali merenungi nilai-nilai dan pengalaman manusia yang paling dasar; tanggung jawab, cinta, ketergantungan, kekuasaan, dan ketulusan. Berbagai kisah luar biasa namun dengan metafora yang indah ini memberikan banyak pengalaman kehidupan. Misalnya saja, pengalaman Pangeran Cilik dengan sekuntum bunga yang pada akhirnya memberikan pembelajaran untuk tidak menilai seseorang atas dasar kata-kata semata, namun perlu memperhatikan perbuatannya.
Demikianlah, Pangeran Cilik kemudian berbagi kisah. Termasuk dari mana ia berasal, sebuah planet yang tidak lebih besar dari sebuah rumah. Bahkan, dari penamaan planet asal Sang Pangeran Cilik-Asteroid B612- ini, kita tersadar tentang fakta bahwa orang dewasa menyukai angka-angka. Selama bersama, Si Pencerita mengetahui sesuatu yang baru tentang Sang Pangeran Cilik.
Termasuk di antaranya adalah keberangkatannya maupun perjalanannya. Rentetan pengalaman membawa Pangeran Cilik bertemu dengan banyak orang, satu diantaranya adalah kisahnya dengan seorang raja yang mengesankan pada kita bahwa
mengadili diri sendiri lebih sulit daripada mengadili orang lain.
Jika berhasil akan itu, maka kamu adalah orang yang bijaksana.
Pada akhirnya, Pangeran Cilik mengajari kita bahwa setiap orang memiliki satu hal berharga yang berbeda-beda. Orang sekali-kali lalai terhadap hal berharga itu. Namun, lagi-lagi kita harus ingat dan bertanggung jawab atas hal berharga tersebut. Pun saat akan menilai sesuatu, dalam sebuah perjalanan Pangeran Cilik mengingatkan kita akan sesuatu yang berharga, begini kalimatnya “Hanya lewat hati kita melihat dengan baik. Yang terpenting tidak tampak di mata.”
Ada lebih banyak kisah dan petualangan yang menarik dari buku ini. Meski terlihat sederhana, sejujurnya buku ini melahirkan banyak wawasan dan pengetahuan baru tak terduga. Salah satu alasan mengapa buku ini penting untuk dibaca: orang dewasa dapat memahami segalanya, bahkan buku untuk anak-anak. Maka, selamat menyelami petualangan unik dan berharga Bersama Pangeran Kecil!
Baca Juga:
Resensi Buku Sihir Mantra Karya Maman S. Mahayana
Tentang Peresensi:
Nonika Farahdila adalah seorang guru di SMP Negeri 2 Bodeh, Kab. Pemalang, Jawa Tengah. Sedang terus berkreasi dan berupaya mengembangkan kemampuan menulis. Beberapa karya pernah diterbitkan di media online Hipwee dengan tag nfarahdila2. Adapun, dalam media offline pernah terbit sebuah resensi dalam Majalah Derap Guru Tahun 2017. Kepada murid-muridku, teruslah berlatih dan berkarya karena sebuah karya akan tetap abadi dan tidak pernah mati. Dapat dihubungi melalui Instagram @nnfarahdila.
—
Ruangguru membuka kesempatan untuk kamu yang suka menulis cerpen dan resensi buku untuk diterbitkan di ruangbaca, lho!
Setiap minggunya, akan ada karya cerpen dan resensi buku
yang dipublikasikan. Kamu bisa
baca karya resensi buku menarik lainnya di sini
, ya. Yuk, kirimkan karyamu juga! Simak syarat dan ketentuannya
di artikel ini
. Kami tunggu ya~