Resensi Buku Her Name Is … Karya Cho Nam Joo



Resensi Buku Her Name Is … Karya Cho Nam Joo





Buku Her Name Is … berisi kumpulan kisah perjuangan para perempuan hebat di tengah isu kekerasan dan kesetaraan gender. Tertarik untuk membaca? Simak review-nya berikut ini dulu, yuk!









“Tidak mudah menjadi perempuan, katanya…”



Cho Nam Joo merupakan seorang penulis asal Seoul, Korea Selatan yang memiliki ketertaikan terhadap isu perempuan. Kali ini, ia menerbitkan sebuah buku non fiksi berjudul “Her Name Is…” yang merupakan kumpulan cerita pendek menyentuh hati dari para perempuan di Korea Selatan. Dalam pembuatannya, penulis bertemu lebih dari 60 perempuan berrusia mulai dari 9 hingga 69 tahun untuk mendengarkan kisah mereka.



Buku “Her Name Is…” dibagi menjadi 4 bagian yang secara keseluruhan menceritakan kesulitan−kesulitan di dalam hidup yang mungkin hanya bisa dirasakan oleh perempuan, juga semangat juangnya untuk tetap bangkit demi hidup yang lebih baik. Kisah korban pelecehan seksual yang malah mendapat ancaman, perjuangan seorang ibu, anak yang sedang mencari jati diri dan bertahan ditengah gempuran sulitnya ekonomi, hingga nenek yang berjuang demi keluarganya, semua kisah tersebut dituangkan secara apik dalam buku ini. Tak sedikit pula kisah yang menampilkan bagaimana budaya patriarki masih terus ada hingga kini dan perempuan dituntut harus menjadi sempurna.



Melalui buku ini, Cho Nam Joo berhasil menyuarakan isi hati perempuan yang mungkin tak sempat terucap pada dunia. Membuktikan bahwa menjadi perempuan tidaklah mudah. Juga menjadi inspirasi untuk perempuan lainnya agar terus berjuang dan tetap menjadi diri sendiri.



Identitas Buku - Resensi Buku Her Name Is … Karya Cho Nam Joo



Masih Terus Berdebar.



Bagian pertama berisi kisah−kisah di masa lalu yang masih mendebarkan hati hingga saat ini. Salah satu kisah nya adalah ketika seorang karyawan perempuan mendapat tindakan pelecehan seksual dari salah satu atasan di timnya. Bukannya ditangani dengan baik, perusahaannya malah menganggap hal tersebut bukanlah hal yang serius hingga membuatnya harus melapor sendiri pada Kementerian Tenaga Kerja. Kala itu, ia juga mendapat saran dari seniornya yang mengalami hal serupa untuk mengusut kasus tersebut ke internet agar bisa mendapat dukungan dari masyarakat sehingga perusahaan pun akan turut membantunya.



Lagi−lagi, bukan bantuan yang ia dapat melainkan teguran dari perusahaan karena dianggap telah mencoreng nama baik perusahaan. Hal tersebut tentunya sangat menggetarkan hati melihat korban kesulitan hingga depresi, namun pelaku masih tetap melanjutkan hidupnya dengan tenang bahkan hanya mendapat teguran ringan dari perusahaan.



Tak berhenti di kisah pertama, perilaku tak menyenangkan di dunia kerja masih terus berlanjut. Kali ini kisah datang dari seorang penulis naskah siaran. Kinerja dan ketanggapannya dalam bekerja tidak perlu diragukan lagi, semua kejadian diluar perkiraan pun bisa ditanganinya dengan baik. Namun, hal tersebut tak membuat staff lain menjadi segan ataupun sekedar menghormatinya.



Posisinya yang terbilang junior seringkali dimanfaatkan oleh para senior untuk bisa semena−mena. Mulai dari menyuruhnya membuatkan kopi, membeli makanan, hingga keperluan pribadi lainnya yang secara jelas dilarang dalam peraturan perusahaan. Ia tidak membantah maupun menerimanya, namun tak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti perintah para seniornya itu. Ia hanya tidak punya kuasa untuk membela diri.



Baca Juga:
Resensi Buku Keep The Aspidistra Flying Karya George Orwell



Juga kisah lainnya tentang hubungan ibu dan anak yang kurang baik, debaran untuk sang idola, hingga tuntutan untuk segera menikah yang tak henti−hentinya dilontarkan kepada perempuan.



Aku Masih Muda dan Belum Selesai Berjuang.



Berisi tentang kisah sebuah perjuangan di dalam hidup. Mulai dari perjuangan menghadapi perceraian ketika sang adik mendapat lamaran pernikahan, dan sebaliknya mendapat lamaran pernikahan yang ia harapkan ketika sang kakak memutuskan untuk bercerai. Lalu kisah tahun pertama menjadi seorang ibu yang kesulitan mendapatkan cuti melahirkan, kisah beratnya tanggung jawab seorang ibu ketika harus mengurus keluarga, anak, dan pekerjaan, juga kisah para pekerja yang harus mogok kerja agar hak nya bisa didengar, dan perjuangan lain yang masih harus dilanjutkan.



Nenek Sehat−sehat, ya.



Pada bagian ini sebagian besar berisi kisah perempuan lanjut usia yang memiliki semangat membara. Bukan tanpa alasan, hal tersebut dilakukan untuk bisa melanjutkan hidup dengan lebih baik. Seorang ibu yang menjadi supir bus untuk menghidupi keluarganya tak jarang mendapat penumpang pembuat onar hingga ia harus berurusan terlebih dahulu dengan polisi. Juga kisah haru seorang petugas kebersihan yang diangkat menjadi pegawai tetap oleh DPR sehingga ia bisa terlepas dari ketidak adilan yang terjadi di perusahaan lama nya.



Selain itu, tindakan sewenang−wenang pemerintah dalam menggusur tanah ladang milik sang nenek hingga membuatnya harus pergi ke ibu kota untuk mempertahankan ladangnya. Hal tersebut tentunya memiliki alasan yang kuat, ia tidak mau tempat kelahirannya dan tempatnya bertumbuh bersama keluarga dihilangkan begitu saja.



Aku Mengikuti Cahaya Remang Dalam Jalan yang Penuh Ketidakpastian.



Bagian terakhir berisi kisah haru sekaligus menginspirasi. Kisah yang paling mengharukan datang dari seorang guru, ia menceritakan muridnya yang hidup dilantai basement dengan ayah dan kedua adiknya. Hidupnya sangat sulit dan ditambah sang ayah tidak mempedulikannya. Ketika menstruasi adalah hal yang lumrah bagi kebanyakan perempuan, namun bagi Jinsook, hal tersebut sangat menyulitkan. Ketika perempuan lain bisa dengan mudah membeli pembalut dan obat untuk menahan nyeri yang datang, Jinsook harus tetap menghemat pemakaian dan jika salah perhitungan tanggal ia terpaksa harus memakai kain bekas atau diam didekat saluran air dan tidak pergi kesekolah.



Selain itu terdapat pula kisah menginspirasi dari mahasiswi yang berjuang mendapatkan haknya di kampus, hingga murid Sekolah Dasar yang sudah peduli terhadap kasus pelecehan seksual dan menjadi pelopor dalam mengajak teman−temannya mencegah peristiwa tersebut.




Keunggulan Buku



Cho Nam Joo mengangkat kisah asli dari berbagai kalangan dan usia sehingga membuat para pembaca merasa dapat terhubung dengan kisah yang terjadi. Penataan bahasa yang digunakannya juga sangat rapi dan mudah dipahami. Buku ini banyak sekali memberikan pelajaran dan inspirasi bagi perempuan, salah satunya adalah untuk tetap menjadi diri sendiri dan terus berjuang demi yang terbaik. Selain itu, melalui buku ini, kita juga diajarkan untuk selalu bersyukur atas apa yang dimiliki, karena sering kali hal yang kita anggap sepele ternyata sangat dibutuhkan atau diinginkan oleh banyak perempuan diluar sana. Kisah yang disampaikan juga sederhana namun memiliki arti yang mendalam.




Kekurangan Buku



Terdapat beberapa cerita yang tidak memiliki atau kurang menampilkan klimaks nya dengan baik sehingga kisah yang diceritakan terasa datar.



Baca Juga:
Resensi Buku Jodoh Karya Fahd Pahdepie



Buku ini sangat cocok bagi pembaca yang tertarik pada isu perempuan. Kisah di dalamnya mampu menggetarkan emosi pembaca dengan baik. Banyak yang beranggapan bahwa menjadi perempuan tidaklah sulit, namun setelah membaca buku ini pemikiran−pemikiran tersebut akan berganti dengan rasa empati yang mendalam.



Tentang Peresensi:



Fathiyyah Nurfazria






Ruangguru membuka kesempatan untuk kamu yang suka menulis cerpen dan resensi buku untuk diterbitkan di ruangbaca, lho!
Setiap minggunya, akan ada karya cerpen dan resensi buku
yang dipublikasikan. Kamu bisa
baca karya resensi buku menarik lainnya di sini
, ya. Yuk, kirimkan karyamu juga! Simak syarat dan ketentuannya
di artikel ini
. Kami tunggu ya~



LihatTutupKomentar