Apa hal yang paling menyedihkan yang pernah kamu rasakan? Bagian yang ketika kamu mengingatnya, akan membuatmu masuk ke dalam pikiran lebih jauh. Ke dalam kemurungan. Rasanya seperti ingin menyendiri. Menangis di pojokan sekencang-kencangnya. Sampai habis suara. Sampai tersebar berlembar-lembar tisu. Sampai kamu merasa, bahwa hidup ini tidak adil dan kamu mulai menyalahi semuanya. Ketika kamu berada di puncak kesedihan seperti itu, ketika kamu merasa sepedih itu, semuanya bisa berujung kepada satu hal: psikotropika. Dan saat dalam keadaan sedih, kita bisa lupa
apa saja bahaya psikotropika itu.
Lebih jauh lagi, banyak pengguna psikotropika yang berakhir pada kematian. Mulai dari berita yang mengatakan kalau si A tidak sanggup hidup dengan kehidupan sosialnya selama ini. Sampai alasan remeh seperti ditinggal nikah dan akhirnya stres sehingga memilih untuk overdosis saja. Berita terakhir biasanya kita temukan di Koran Lampu itu.
Tapi,
benarkah mencari pelarian seperti mengonsumsi psikotropika adalah jawabannya?
Apakah hidup kita menjadi bahagia setelahnya? Bagaimana kalau setelah mengonsumsi psiktropika, overdosis, mati, lalu di alam selanjutnya malah menyesal, stres, dan akhirnya pengin
make
psikotropika lagi? Bukannya
happy ending,
malah derita tiada
ending.
Ada berbagai alasan ketika seseorang memutuskan untuk mengonsumsi psikotropika (bukan narkoba, ya). Hal paling klasik adalah
karena obat-obatan membuat dia tenang.
Ada sesuatu yang mengubahnya jadi lebih senang. Ada sesuatu yang menjadikannya seolah terbang.