Di markas utama, Lulu menonton video tentang sekelompok jerapah yang membuatnya penasaran. Ia pun jadi belajar tentang jenis bunyi berdasarkan frekuensinya, loh! Kok bisa? Yuk, lanjut membaca!
—
Mata Lulu membulat penasaran melihat betapa tenangnya si jerapah berkomunikasi. Lulu bertanya kepada Robo. “Robo, jerapah-jerapah itu kelihatan sedang berkomunikasi, tapi dari tadi aku
nggak
mendengar mereka bersuara sama sekali.
Nggak
berkokok seperti ayam, nggak berkicau seperti burung, dan nggak menggonggong seperti anjing.
Gimana,
ya, cara jerapah berkomunikasi?”
“Jerapah berkomunikasi dengan mengeluarkan serta mendengar bunyi yang frekuensinya tidak bisa kita dengar, Lulu.” jawab Robo.
“
Eh
?
Emang
ada ya bunyi yang
nggak
bisa kita dengar?”
“Ada, Lulu. Bunyi ada beberapa jenis. Saya jelaskan, ya!” jawab Robo. Lulu menyimak dengan seksama.
“Apakah kamu masih ingat, kalau salah satu syarat terjadinya bunyi adalah adanya
sumber bunyi
?” tanya Robo
Lulu menjawab dengan bersemangat, “Ingat, Robo! Sumber bunyi itu asalnya dari
benda yang bergetar
, kan?”
“Benar, Lulu.
Nah
, setiap getaran memiliki frekuensi tertentu.”
“Frekuensi? Itu apa,
sih
?” tanya Lulu.
“
Frekuensi
adalah
banyaknya getaran
dalam satu detik. Frekuensi memiliki satuan yang disebut dengan
Hertz (Hz)
.”
“Oh, berarti jenis-jenis bunyi dibedakan berdasarkan frekuensinya, ya?” Lulu semakin penasaran.
“Benar, Lulu.
Berdasarkan frekuensinya,
bunyi dibedakan menjadi beberapa jenis. Ada
bunyi infrasonik, audiosonik, dan ultrasonik.
” jawab Robo.
“
Wih
!
Jelasin
satu-satu
dong
, Robo!” ujar Lulu.
Baca juga:
Membuktikan Syarat Terjadinya Bunyi dengan Telepon Kaleng
“Baik, Lulu. Pertama, ada bunyi
infrasonik,
yaitu bunyi yang memiliki
frekuensi kurang dari 20 Hz
. Bunyi tersebut hanya bisa didengar oleh hewan seperti jangkrik, gajah, dan jerapah.”
Lulu langsung menyambung penjelasan Robo. “Oh! Aku
ngerti
sekarang. Berarti, jerapah menggunakan bunyi infrasonik untuk berkomunikasi dengan sesamanya,
kan
?”
“Benar, Lulu. Lalu, ada juga bunyi
audiosonik,
yang merupakan bunyi dengan
frekuensi antara 20-20.000 Hz.
Audiosonik adalah bunyi yang dapat didengar oleh manusia.” jelas Robo lagi.
“
Wah
, contoh bunyi yang bisa didengar manusia banyak sekali,
dong
! Misalnya, suara orang yang sedang berbicara, suara anjing menggonggong, suara kucing yang mengeong, dan banyak lagi!”
“Betul. Terakhir, ada bunyi
ultrasonik
yang memiliki
frekuensi lebih dari 20.000 Hz.
Bunyi jenis ini dapat didengar oleh hewan seperti kelelawar, paus, dan lumba-lumba.”
“Oh, iya! Aku jadi ingat. Puti pernah cerita kalau kelelawar, paus, dan lumba-lumba menggunakan kemampuan mendeteksi bunyi ultrasonik yang disebut
ekolokasi
.” ujar Lulu antusias.
“Ya, Lulu. Mereka menggunakan kemampuan ekolokasi untuk mendeteksi musuh, menentukan arah, menghindari bahaya, mencari makanan, dan berkomunikasi.”