Artikel ini membahas awal mula tercetusnya program transmigrasi di Indonesia, serta bagaimana hubungannya dengan mobilitas penduduk.
—
Hari ini kan tanggal 12 Desember nih, kamu tahu nggak hari ini bertepatan dengan momen apa? Bukan, bukan, selain harbolnas kamu tahu nggak ada apa lagi? Hmm mungkin sebagian dari kamu masih banyak yang belum tahu ya, selain Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional), hari ini adalah Hari Transmigrasi Nasional.
Yap transmigrasi. Suatu program yang dibuat oleh pemerintah kita dengan tujuan mengurangi kepadatan penduduk di suatu daerah, misalnya di kota, dengan cara memindahkan penduduk tersebut ke daerah lain di wilayah Indonesia. Nah orang-orang yang melakukan transmigrasi disebut transmigran.
Seberapa pentingnya sih transmigrasi buat negara ini, khususnya buat kita? Oh ya sangat penting, mulai dari peningkatan kesejahteraan, menaikkan kualitas hidup, sampai memajukan suatu daerah. Supaya lebih jelas, kita bahas yuk sejarah lahirnya Hari Transmigrasi Nasional.
Transmigrasi pertama kali dicetuskan oleh Bapak Presiden Pertama kita, Ir. Soekarno pada tahun 1927. Kemudian pada 3 Februari tahun 1946, Wakil Presiden Mohammad Hatta mengatakan pentingnya transmigarsi dalam Konferensi Ekonomi di Kaliurang, Yogyakarta. Menurut Bung Hatta, transmigrasi penting karena sangat berperan dalam mendukung pembangunan industrialisasi di luar Pulau Jawa.
Selain untuk mengurangi kepadatan penduduk, transmigrasi juga bertujuan untuk mengurangi kemiskinan, juga memenuhi kebutuhan sumber daya manusia dalam mengolah sumber daya di pulau-pulau lain, seperti perkebunan dan juga pertanian. Dengan catatan, sumber daya manusianya memiliki potensi dan tidak akan merusak wilayah tersebut, melainkan mengolahnya untuk dapat digunakan sebaik-baiknya.
Baca juga:
Mengenal Dampak Ledakan Penduduk
Terus, kenapa hari transmigrasi ditetapkan pada 12 Desember? Karena, pada 12 Desember tahun 1950, pemerintah Indonesia pertama kalinya secara resmi, memulai penyelenggaraan transmigrasi. Maka dari itu, 12 Desember diperingati sebagai Hari Transmigrasi Nasional.
Program transmigrasi ini juga berhubungan
lho
dengan materi pelajaran geografi yang kamu pelajari di sekolah, yaitu mobilitas penduduk dan tenaga kerja.
Dalam KBBI, mobilitas diartikan sebagai gerakan berpindah-pindah. Nah mobilitas penduduk dapat diartikan bergerak atau berpindahnya penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya. Mobilitas penduduk itu dibedakan menjadi 2 jenis.
Terjadinya mobilitas secara vertikal dan horizontal juga dipegaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor non ekonomi (sosial politik, pendidikan, keamanan), faktor ekonomi, faktor kelancaran transportasi, juga faktor kesempatan kerja yang minim.
Nah karena berbagai faktor tersebut, pemerintah melakukan upaya pengendalian mobilitas penduduk, dan itu tertuang dalam Pasal 34 Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah ini seperti mengupayakan pembangunan antar wilayah, membangun sarana prasarana transportasi di seluruh wilayah Indonesia, mengupayakan persebaran penduduk ke daerah-daerah perbatasan antar negara dan daerah tertinggal, pemerataan persebaran penduduk melalui kerjasama antar daerah. Nah, beberapa upaya ini seperti tujuan utama diselenggarakannya transmigrasi Squad.
Hal yang pertama menjadi pertanyaan pasti, apa sih untungnya jadi transmigran? Memangnya pemerintah menjamin apa?
Banyak, salah satunya diberikan tanah pekarangan dan tanah pertanian. Untuk luas tanah yang diberikan, disesuaikan dengan
Undang-Undang Pokok Agraria
tentang batas minimum untuk tanah pertanian yang dimiliki perorangan.
Per orang rata-rata diberikan tanah seluas lebih dari 2 hektar (Ha), tentunya tanah yang diberikan itu berdasarkan kondisi tanah setempat, juga macam produksi pertanian sesuai dengan kemampuan individu dalam mengolahnya.
Para transmigran juga diberikan pelatihan-pelatihan sebelum melakukan transmigrasi. Seperti pelatihan usaha ekonomi dan sosial kemasyarakatan, peningkatan produktivitas, juga soal kemampuan mengolah lahan pertanian. Kemudian mereka juga diberikan pelayanan dalam melakukan pemindahan.
Dengan melakukan transmigrasi ke suatu daerah yang masih terpencil dan terpelosok namun subur tanahnya, kamu bisa mengolah lahan tersebut untuk bertani. Bisa bertani cabai, tomat, kopi, teh, sayuran, dan buah-buahan. Siapa bilang dengan bertani kamu nggak bisa sukses?
Siapa coba yang nggak suka kopi? Kedai kopi tumbuh begitu pesat, begitupun penikmatnya. Terus, semakin hari semakin banyak kebutuhan cabai. Kamu bisa liat kan, banyak bermunculan kuliner yang menjual makanan-makanan pedas. Mulai dari ayam geprek,
seafood
bumbu pedas, sampai mie goreng dan rebus yang disajikan dengan tingkat kepedasan yang berlevel.
Campuran cabai di mie goreng. Sumber: Youtube.com, channel Ken & Grat
Kebayang kan kalau kamu jadi transmigran, terus punya perkebunan kopi atau cabai? Setiap musimnya kamu bisa panen dan mengirimnya ke berbagai wilayah di Indonesia bahkan luar negeri. Selain untuk kesejahteraan diri sendiri dengan kemampuan yang kamu punya, kamu juga bisa meningkatkan kualitas hidup penduduk di daerah tersebut dengan pengetahuan dan potensi yang kamu miliki. Bahagia ya.
Koperasi Kopi. Sumber: majalah.ottencoffee.co.id
Tapi, untuk menjadi transmigran, mulanya kamu harus melakukan pendekatan dengan masyarakat tersebut. Seperti mengenal budayanya, karakter masyarakat, norma dan peraturan yang berlaku, serta mempelajari budayanya.
Nah kalau kamu tertarik, mulai dari sekarang kamu bisa mempelajarinya melalui materi-materi Sosiologi dan Geografi yang ada di
Ruangbelajar
. Bukan cuma untuk transmigran sih, buat kamu yang suka traveling juga penting memahami karakter dan budaya masyarakat, supaya kamu bisa berbaur dan tidak menyinggung perasaan penduduk di daerah tersebut.
Gimana? Kamu tertarik untuk jadi transmigran? Oh iya, yang bisa melakukan transmigrasi itu hanya penduduk yang sudah berkeluarga lho yaa. Oke deh Selamat Hari Transmigrasi Nasional, semoga transmigrasi ini benar-benar bisa mengurangi kepadatan penduduk di suatu daerah, serta meningkatkan kesejahteraan penduduk di berbagai daerah.
Artikel ini terakhir diperbarui tanggal 7 Desember 2020.
Referensi:
Utoyo, Bambang. 2009.
Geografi Membuka Cakrawala Dunia
. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Mengenal 12 Desember Sebagai Hari Bhakti Transmigrasi [Daring]. Tautan:
https://tirto.id/eni8