Yuk, belajar membentuk kebiasaan baik dengan metode Identity Based Habit dari buku Atomic Habits karya James Clear!
—
Ya, kamu nggak salah baca judulnya.
Tenang, ini bukan artikel berat untuk mereka yang udah kerja beberapa tahun, suka nongkrong di
coffee shop
sambil bahas pertumbuhan bisnisnya. Artikel ini juga penting buat kamu yang lagi pengin membentuk sebuah
habit
. Apapun itu.
Kenapa kamu yang masih sekolah dikasih artikel kayak gini? Karena penting untuk sadar bahwa
habit
yang kita lakukan itu bisa sangat berdampak di jangka panjang. Nah, kalau kamu udah punya
habit
yang oke dari masa sekolah, udah pasti akan ngebantu buat masa depanmu.
Supaya gampang dipahamin, artikel ini akan dibuat jadi beberapa babak. Mulai dari memahami apa itu
habit,
mengapa
habit
kecil itu bisa berdampak besar, sampai salah satu metode efektif untuk membentuk
habit,
yaitu
identity-based habit.
Semua bakal dibahas pakai bahasa yang santai aja kok.
Apa Itu
Habit
?
James Clear, dalam bukunya Atomic Habit bilang kalau
“
habit
” adalah rutinitas atau kebiasaan yang dilakukan secara reguler (dan biasanya otomatis).
Misalnya,
habit
untuk melakukan
push up
sebanyak 10 kali setiap hari. Atau
habit
untuk menggambar. Atau
habit
untuk membaca. Atau
habit
main gitar, misalnya. Meskipun terasa remeh dan sederhana, tapi karena
habit
ini dilakukan terus menerus, dalam satu tahun, orang yang
push up
itu sudah melakukan
push up
sebanyak 3650 kali. Otot tangannya telah berbeda dibanding sebelum melakukan
habit,
staminanya menjadi lebih baik, dan fisik semakin bugar. Bahkan, bukan nggak mungkin si orang ini malah merasa kalau
push up
10 kali jadi terlalu enteng.
Biasanya, orang-orang yang udah ngejalanin
habit
akan merasa “ada yang kurang” kalau nggak ngelakuin itu. Karena hal itu sudah tertanam dan jadi semacam
muscle memory.
Badan dan pikiran kamu udah secara otomatis aja ngelakuin si
habit
ini.
Perlu diketahui juga, habit ini bisa berarti kebiasaan yang sifatnya baik atau buruk. Ini kita ngomongin produktivitas ya. Ada yang punya habit mengisi jurnal sebelum tidur, ada yang olahraga sebelum tidur, ada juga yang sebelum tidur akan buka media sosial. Ketiganya udah jadi sebuah rutinitas yang mereka lakuin tanpa sadar.
Tapi, apa yang beda?
Jelas. Hasilnya.
Dampak dari
Habit
atau Kebiasaan Kecil
Menariknya, ternyata perubahan kecil tadi
beneran punya dampak yang besar.
Kita coba itung secara matematis aja ya. Kalau kamu jadi orang yang lebih baik 1% aja setiap harinya, di akhir tahun kamu akan jadi orang yang 37 kali lebih baik dibanding awal tahun. Dan kalau kamu dalam sehari makin jelek 1%, di akhir tahun, penurunanmu cuma mendekati nol. Alias gak ngaruh2 amat.
Jadi, punya
habit
ngebikin kamu
always win.
Karena, kalaupun ternyata
habit
kamu nggak berpengaruh, kamu gak bakalan jadi orang yang buruh.
Sumber Grafik: Buku Atomic Habits karya James Clear
Meski begitu, jangan pakai ini jadi alasan buat kamu males-malesan ya. Soalnya, ya, dampak dari ngelakuin
habit
itu bertingkat. Misalnya, nih. Kamu terbiasa jadi orang yang menunda-nunda sesuatu. Kalau itu cuma dilakuin satu kali, mungkin kamu masih punya sisa hari buat ngerjainnya sampai sebelum
deadline.
Dan ini nggak terlalu pengaruh ke lingkungan kamu.
Baca juga:
Memahami Konsep Ikigai: Biar Bahagia Menjalani Hidup
Tapi, kalau itu jadi sebuah kebiasaan, hidup kamu bakalan
toxic.
Ini bisa kebawa ke pekerjaan profesional, dan bisa jadi nanti temen kantor kamu/klien/atasan kamu mikir kalau kamu orangnya nggak becus sebagai pekerja. Gawat kan?
Impact-
nya ya bisa ke penilaian kantor terhadap kinerja kamu deh.
Metode
Identity-Based Habit
Kalau udah paham tentang apa itu
habit
dan seberapa bergunanya, sekarang kita masuk ke poin ini. Di awal, kan, kita udah tahu berbagai contoh
habit:
push up sebelum tidur, main gitar, baca buku setiap hari.
Itu contoh-contoh
habit
yang sering banget kita dapetin kalau nanya ke orang lain. Ketika awal tahun, misalnya. Mereka juga banyak membuat resolusi kayak “Gue pengin jadi kurus” atau “Gue mau tambah kuat”.
Nah, kebiasaan-kebiasaan ini adalah contoh
habit
yang
berfokus pada hasil, bukan identitas.
Supaya paham, coba perhatiin gambar di bawah:
Dalam ngebuat suatu kebiasaan, ada tiga lapisan yang bisa kita pakai. Pada umumnya, kita hanya menggunakan dua lapisan pertama:
1.
Outcome-based
:
Apa hasil yang ingin dicapai? Contohnya, mau jadi kurus. Atau pengin jadi kuat.
2.
Process-based:
Bagaimana cara mencapainya? Contoh, makan sayur dan buah sebagai pengganti sarapan, olahraga di
gym
seminggu 2 kali.
Dua pendekatan ini biasanya gak bertahan lama, karena cuma menyelesaikan masalah di lapisan luar aja. Sementara
identity-based
justru menyorot ke lapisan paling dalam soal identitas diri kita:
“Kamu mau dikenal sebagai orang seperti apa?”
Kalau
outcome
adalah soal hasil dan proses adalah apa yang kamu lakukan, identitas adalah soal apa yang kamu percaya.
Contoh paling gampangnya adalah gini: kalau kamu meyakini diri sebagai anak
artsy
, maka kemungkinan besar kamu akan suka gambar, atau
crafting,
atau melakukan hal-hal yang menurutmu anak
artsy
lakuin. Semakin sering kamu ngelakuin kegiatan yang “dilakukan anak
artsy
” semakin kamu ngerasa “anjir gue
artsy
banget”. Semakin pula juga kamu menganggap kamu makin
artsy,
dan semakin mendorong kamu ngelakuin hal-hal yang
artsy
tadi.
Kamu Mau Jadi Orang yang Seperti Apa?
Tips supaya kebiasaan ini bisa bertahan lama adalah bagaimana kita fokus pada identitas diri yang mau kita bangun. Gimana caranya? Ada dua Langkah:
1) Nentuin kita mau jadi orang kayak apa (identitas)
2) Buktikan dengan kemenangan kecil (habit)
Udah. Simpel banget kan? Kuncinya cuma di keyakinan diri kamu aja.
Contoh 1: Mau jadi rajin?
Identitas: Jadi orang yang selalu disamperin ketika teman butuh catatan pelajaran.
Kemenangan kecil: Evaluasi dan buat ringkasan pelajaran hari itu setiap malam.
Contoh 2: Mau lolos UTBK?
Identitas: Jadilah seorang pembelajar andal.
Kemenangan kecil: Kerjain 3 soal latihan UTBK setiap hari, lalu bahas bersama temanmu besok harinya.
Contoh 3: Mau pintar?
Identitas: Jadi orang yang paham konsep pelajaran dan bisa ngaitin antara satu topik dengan topik lain.
Kemenangan kecil: Tonton dua video ruangbelajar setiap hari.
Kenapa kita butuh kemenangan kecil? Karena itu mudah dilakukan oleh kita. Dan kemenangan-kemenangan kecil ini menjadi bukti buat kita, supaya kita selalu percaya diri kalau kita akan lolos UTBK. Semakin percaya diri kita akan lolos UTBK, semakin giat juga kita melakukan kemenangan kecil berupa ngerjain latihan soal tadi.
Seiring berjalannya waktu, bukan gak mungkin kemenangan kecil kita jadi bergeser atau meningkat (karena udah jadi terlalu gampang buat dilakukan), dan itu gakpapa. Misalnya, dari yang tadinya setiap hari ngerjain 3 soal, jadi 5 soal. Dengan melakukan ini, pada akhirnya kita membentuk siklus yang semakin lama, akan menjadi
habit
dari kita.
Gimana, sekarang udah tahu, kan, gimana caranya membentuk kebiasaan baik dengan menggunakan
identity-Based Habit?
Materi ini sebetulnya bagian penting dari buku Atomic Habits yang seru banget. Nah, kalau kamu udah pengin ngebentuk kebiasaan pendidikanmu, yuk tonton video-video di
ruangbelajar
!
Di sana, segala konsep pelajaran dijabarin secara asik supaya kamu ngerti konsepnya sama tutor yang berpengalaman, lho!
Referensi:
Clear, James. (2018).
Atomic Habits
. New York: Penguin Random House.
‘Your Habits Determine Your Chances of Success’,
Entrepreneur.
[Daring]. Tautan: https://www.entrepreneur.com/article/328407 (Diakses 8 Oktober 2020)
Sumber Foto:
Clear, James.
Atomic Habits
[Daring]. Tautan: https://jamesclear.com/atomic-habits (Diakses: 9 Oktober 2020)
Artikel ini telah diperbarui pada 25 Mei 2022.