Puti baru tahu kalau ternyata budaya itu bisa dicampur, lho! Yuk, kita baca cerita Puti, Cika, dan Koko Cika membahas akulturasi dan asimilasi!
—
Siang itu, Puti berjalan menuju rumah Cika untuk mengajaknya bermain. Namun, ia bertemu Cika dan Kokonya dalam perjalanan.
“Cik!” sapa Puti.
“Puti, kamu mau kemana?” tanya Cika.
“Tadinya aku mau
ajak
kamu bermain, tapi sepertinya kamu mau pergi bersama Kokomu. Hai, Koko!” jawab Puti yang juga menyapa Koko Cika.
“Iya nih, Put. Aku dan Koko ada acara keagamaan.”
“Oh, begitu. Ngomong-ngomong, baju Koko mirip
deh
sama baju Abi,” kata Puti saat melihat ke arah Koko Cika.
“Oh, ya? Pasti Abi kamu menggunakan baju koko,
deh
. Itu berasal dari percampuran budaya,
loh
,” jawab Koko Cika.
“Percampuran budaya
gimana
, Ko?” Puti mengernyitkan dahinya.
“Jadi, percampuran budaya itu ada dua jenis, yaitu akulturasi dan asimilasi,” jelas Koko. “Kebudayaan itu kan artinya
segala sesuatu yang dihasilkan dari manusia
. Salah satu bentuknya berupa kebudayaan fisik atau yang bisa dilihat, misalnya bangunan dan pakaian.”
Puti menganggukkan kepalanya.
“Nah
,
setiap kelompok masyarakat memiliki kebudayaan masing-masing. Namun, saat ada kebudayaan baru masuk ke suatu kelompok, terjadi percampuran kebudayaan. Inilah yang disebut sebagai
asimilasi dan akulturasi
,” lanjutnya.
“Terus, bedanya apa?” tanya Puti.
“Akulturasi adalah
gabungan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dan saling memengaruhi tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing,
contohnya Candi Borobudur. Ternyata, candi tersebut adalah
hasil akulturasi antara kebudayaan Buddha dan kebudayaan asli Indonesia
,” Koko menjelaskan.
“Bagian akulturasinya di mana?” Puti semakin penasaran.
Baca juga:
Simak, Macam-Macam Keberagaman Budaya yang Ada di Indonesia!
“Koko pernah bilang ke aku, kalau kamu lihat, pada Candi Borobudur terdapat patung dan stupa yang merupakan kebudayaan asli Buddha. Selain itu, ada juga punden berundak, yaitu arsitektur bangunan khas Nusantara yang bentuknya bertingkat-tingkat. Sehingga, dua kebudayaan ini kemudian menyatu tanpa menghilangkan ciri khasnya masing-masing,” kata Cika sambil mengingat-ingat.
“Sementara itu, asimilasi adalah
penggabungan dua
kebudayaan
yang kemudian
membentuk budaya baru
. Baju koko adalah salah satu hasil asimilasi antara kebudayaan Cina dan Indonesia,” jelas Koko.
“Memangnya, baju koko itu berasal dari mana?” tanya Puti.
Baca juga:
Apa Penyebab Keberagaman Budaya di Indonesia?
“Setelah ditelusuri, asal-usul baju koko adalah baju
tui-khim
dari Cina, yang biasanya digunakan oleh laki-laki keturunan Cina atau disebut
engkoh
.
Saat masuk ke Indonesia
, masyarakat Indonesia mulai menggunakan baju ini dan
menciptakan kebudayaan baru yakni baju koko.
Bahkan, baju koko terus mengalami modifikasi.”
“Keren
banget
, ya! Aku jadi
tau
deh tentang akulturasi dan asimilasi beserta contohnya. Terima kasih, Koko dan Cika,” ujar Puti kagum.
“Sama-sama, Puti,” balas Koko dan Cika bersamaan.
“Sepertinya, aku sudah terlalu lama berbincang sama kalian,
deh
. Padahal, kalian kan mau pergi. Maaf, ya.”
“Maaf juga ya, Puti. Hari ini aku belum bisa bermain bersama kamu,” ucap Cika.
“
Gak
apa-apa, Cik! Kita masih bisa main lain kali. Kalau gitu, aku mau ke tempat Made dulu, ya. Sampai jumpa!” salam Puti.
Mereka pun pergi ke tujuannya masing-masing.
Kira-kira, apa contoh hasil akulturasi atau asimilasi yang pernah kamu lihat? Yuk, tulis jawabanmu di kolom komentar.
Download
juga aplikasi Ruangguru untuk tahu keseruan lainnya bersama
Dafa Lulu
dan teman-teman, ya!
Materi oleh:
Bagja Riyanto
Disunting oleh:
Agung Aksara Putra