Faktor-Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial | Sosiologi Kelas 12



Faktor-faktor Penyebab Ketimpangan Sosial





Artikel


ini membahas tentang faktor-faktor penyebab ketimpangan sosial di era globalisasi.




– –








Pernah gak sih teman-teman mendengar istilah

“yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin”.

Pasti kalimat itu udah gak asing lagi ya di telinga kita. Seiring berkembangnya globalisasi, banyak banget nih kita temui gedung pencakar langit yang menjulang. Sedangkan di sebelahnya, masih banyak juga gubuk kumuh yang berusaha bertahan.



Kita gak bisa menutup mata bahwa masih banyak

ketimpangan sosial (kesenjangan sosial)

yang ada di sekitar kita akibat pengaruh perkembangan zaman (era globalisasi).




Pengertian Ketimpangan Sosial



Kira-kira, apa aja ya faktor penyebabnya? Nah, ada beberapa faktor penyebab ketimpangan sosial terutama di era globalisasi saat ini. Di antaranya ketidaksiapan menerima perubahan, kebijakan pembangunan yang kurang tepat, tingkat pertumbuhan pembangunan yang tidak merata, institusi politik dan ekonomi yang cenderung eksklusif, dan terakhir adanya bias akibat globalisasi. Wah banyak juga ya faktornya, untuk lebih jelasnya, simak artikel ini sampai habis ya!



Baca Juga:
Pendekatan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Komunitas





1. Ketidaksiapan Menerima Perubahan



Sadar gak, sih, kalau penemuan media elektronik dan internet ngasih banyak banget dampak bagi kehidupan kita? Gak hanya dampak positif yang kita rasain setiap hari, melainkan ngasih dampak negatif untuk mereka yang belum siap menerimanya. Ketidaksiapan itu dapat terjadi karena dua faktor, yaitu:





Faktor Kultural



Ketidaksiapan masyarakat menghadapi persaingan di era industri digital, ternyata bisa membuat mereka sulit bersaing dan semakin tertinggal

loh

teman-teman. Contohnya nih yang sering banget kita lihat sekarang. Banyak toko kecil ataupun toko besar yang jual barangnya gak hanya di etalase toko mereka, tapi juga udah mulai buka toko

online

di beberapa situs resmi atau

website

.



Penjual gak perlu ke pasar, dan pembeli bisa nyantai di rumah deh sambil nunggu belanjaannya datang. Kemudahan jual beli

online

ini nih yang bikin penjual dan pembeli gak perlu membuang banyak waktu dan bisa manfaatin waktunya ke hal lain.



Di samping itu, masih banyak juga

loh

pedagang yang gak mampu beradaptasi dan memilih untuk tetap jualan secara konvensional. Entah karena gagap teknologi atau tidak mau memanfaatkannya. Tapi, sikap itu yang mengakibatkan barang dagangan mereka semakin hari semakin sepi pembeli.



Tidak jarang juga toko mereka jadi gulung tikar karena gak mampu beradaptasi dengan zaman. Faktor kultural ini ada kaitannya juga nih sama pola pikir kita, seperti
fixed mindset dan growth mindset
. Untuk jelasnya bisa baca artikel itu ya.





Faktor Struktural



Ketika masyarakat udah mulai terbuka dan siap menerima perubahan, ternyata ada faktor lain yang masih membuat mereka sulit berkembang,  yaitu faktor struktural.



Kalau kita lihat hasil survei penetrasi pengguna internet di Indonesia dari 2019 sampai 2020 (Q2) berdasarkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet   Indonesia (APJII 1),  total pengguna internet Indonesia saat ini mencapai 196,7 juta dengan penetrasi 73,3 persen dari total populasi Indonesia sekitar 266,9 juta. Artinya, masih ada 70,2 juta penduduk yang belum merasakan manfaat dari internet.



Wah cukup banyak ya, padahal kita sendiri sering ngeluh nih kalau koneksi internet kita lemot. Itu sebabnya, saat tempat lain sudah berkembang menuju kemajuan, seperti memanfaatkan internet dengan jual beli

online

, bersosialisasi dengan siapa saja di mana aja dan kapan saja, di daerah lain untuk akses internet saja susah karena faktor struktural tersebut.



Faktor Kultural dan Faktor Struktural Ketimpangan Sosial





2. Kebijakan Pembangunan yang Kurang Tepat



Kita tahu bahwa kehidupan terus berjalan dan perlu berkembang supaya gak tergerus zaman, salah satunya dengan melakukan pembangunan. Di samping pembangunan untuk ngasih kemajuan dan perubahan yang lebih baik untuk masyarakat, ternyata masih ada

loh

kebijakan pembangunan yang kurang tepat. Nah faktor ini nih yang bisa mengakibatkan kerugian bagi sebagian masyarakat.



Contohnya, dalam pembangunan infrastruktur yang harus mengorbankan beberapa aspek. Perlu kita ketahui nih teman-teman, pembangunan infrastruktur memiliki peran penting untuk memajukan perekonomian. Seperti meningkatkan pendapatan, kemudahan akses ke beberapa tempat, lapangan kerja saat konstruksinya berjalan, mengurangi biaya transportasi, hemat biaya dan waktu, dan meningkatkan produktivitas industri.



Wah banyak ya manfaatnya. Pembangunan infrastruktur memang perlu untuk kegiatan ekonomi. Tapi di beberapa wilayah, ternyata pembangunan infrastruktur justru mendorong penyempitan lahan hijau yang menyebabkan ekosistem terganggu, bahkan juga harus mengorbankan rumah penduduk sendiri.



Baca Juga:
Teori Ketimpangan Sosial Klasik & Modern



Kebijakan Pembangunan yang Kurang Tepat



Oleh sebab itu, kebijakan pembangunan perlu memperhatikan berbagai aspek seperti tempat dan kondisi penduduk setempat, agar manfaat dari pembangunan dapat merata dan semua rakyatnya sejahtera.





3. Tingkat Pertumbuhan Pembangunan yang Tidak Merata



Pertumbuhan pembangunan yang gak merata bisa kita lihat dari kondisi demografis antara perkotaan dan pedesaan. Kondisi demografis ini
nunjukin

segala aspek yang berkaitan dengan


jumlah penduduk, komposisi penduduk, dan persebaran penduduk.



Tidak hanya perbedaan demografis, perbedaan kondisi sosial dan ekonomi antara perkotaan dan pedesaan juga bisa mengakibatkan pembangunan tidak merata. Seperti yang tertera di gambar berikut:



Kondisi Sosial Ekonomi



Dari perbedaan demografi antara perkotaan dan pedesaan ini nih yang bisa mengakibatkan pertumbuhan pembangunan di perkotaan jauh lebih maju daripada di pedesaan, akibatnya terjadilah ketimpangan sosial.





4. Institusi Politik dan Ekonomi yang Cenderung Eksklusif



Pemegang kekuasaan punya hak untuk mengubah bangsa ini menjadi lebih baik demi kepentingan bersama. Tapi banyak segelintir orang yang memiliki sikap eksklusif, yaitu cenderung tidak transparan, ingin diutamakan dalam segala hal, dan keserakahan. Sehingga memanfaatkan kekuasaan dan wewenangnya untuk kepentingan dirinya sendiri. Inilah yang menyebabkan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) tidak bisa dihindari. Sikap eksklusif ini merupakan kebalikan dari sikap inklusif.



Perbedaan Sikap Inklusif dan Eksklusif



Akibat dari sikap eksklusif inilah, kekayaan yang seharusnya dimanfaatkan secara merata untuk masyarakat, malah dipakai untuk memperkaya dirinya dan kelompoknya. Jadilah orang yang kaya akan semakin kaya, orang yang miskin akan semakin miskin.





5. Adanya Bias Akibat Globalisasi



Kerasa banget kan ya pengaruh globalisasi ini bikin berbagai pekerjaan manusia dimudahkan, terutama karena teknologi. Ternyata untuk menjalankan teknologi itu, dibutuhkan orang-orang yang punya pengetahuan atau keterampilan tertentu untuk bisa terlibat dalam produksi.



Nah dari kebutuhan itu, akibatnya terjadi bias nih dengan mereka yang gak punya keterampilan. Gak sedikit juga yang merasakan ketimpangan keterampilan (

skills

), penghasilan, perlindungan kerja, dan kesejahteraan antara pekerja terampil dan tidak terampil.



Nah sekarang udah tahu kan faktor-faktor penyebab ketimpangan sosial di era globalisasi? Oiya, Kalau kamu pengen metode belajar yang lebih asyik, kamu bisa menonton video belajar yang ada di
ruangbelajar
ya. Dengan memahami penyebab ketimpangan sosial di era globalisasi, semoga kita bisa memahami dan tergerak untuk memperbaiki ketimpangan agar terwujudnya kesejahteraan.




Referensi:



Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

E-Modul 2018 Direktorat Pembinaan SMA : Ketimpangan Sosial Sebagai Dampak Perubahan Sosial Ditengah Globalisasi.

2018. [Daring]. Tautan:
http://repositori.kemdikbud.go.id/19432/1/Kelas%20XII_Sosiologi_KD%203.3.pdf
(Diakses pada 15 Februari 2021).



Herman.

APJII : Pengguna Internet di Indonesia Capai 1967 Juta.

2020. [Daring]. Tautan:
https://www.beritasatu.com/digital/696577/apjii-pengguna-internet-di-indonesia-capai-1967-juta
(Diakses pada 3 Maret 2021).



LihatTutupKomentar