RG Squad sudah tahu belum tentang
sejarah kerajaan maritim Hindu-Buddha
di Indonesia? Ada banyak hal menarik yang harus kalian tahu
lho
tentang sejarah kerajaan-kerajaan maritim Hindu-Buddha. Dengan memelajarinya, kalian bisa tahu seperti apa awal mula bangsa ini terbentuk, tentunya peristiwa-peristiwa pada masa itu sangat menentukan kehidupan bangsa Indonesia hari ini. Sekarang kita simak ya beberapa penjelasan di bawah ini.
Kerajaan Sriwijaya
Pada abad ke-7, muncul kerajaan yang berkembang begitu pesat di wilayah Sumatra, yaitu
Kerajaan Sriwijaya
. Awalnya Kerajaan Sriwijaya ini muncul setelah munculnya
kota-kota perdagangan
. Wilayah pantai timur Sumatra merupakan wilayah yang sangat ramai, hal ini dikarenakan wilayah tersebut menjadi salah satu jalur perdagangan.
Kerajaan Sriwijaya terletak di Sumatera Selatan tepatnya di Sungai Musi, Palembang.
Menurut Prasasti Kedukan Bukit,
raja Sriwijaya yang bernama
Dapunta Hyang,
berhasil menaklukkan daerah
Minangatamwan
yang diperkirakan saat ini adalah
daerah Jambi.
Letak Sriwijaya yang cukup strategis mendorong interaksi antara Sriwijaya dengan kerajaan di luar Nusantara, seperti kerajaan
Nalanda
dan kerajaan
Chola
dari India. Selain dengan India, Sriwijaya juga melakukan hubungan baik dengan
pedagang-pedagang dari Tiongkok
yang sering singgah. Perluasan daerah kekuasaan ini, mendorong perekonomian kerajaan menjadi maju.
Selain Dapunta Hyang, Sriwijaya pernah dipimpin oleh
Raja Balaputradewa
yang merupakan keturunan
Dinasti Syailendra
. Di bawah kepemimpinan Balaputradewa, Sriwijaya menjadi kerajaan yang sangat berjaya. Pada abad ke-7 M, kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai jalur perdagangan di
Selat Sunda, Selat Malaka, Selat Bangka, dan Laut Jawa.
Baca Juga:
Sejarah Kerajaan Maritim Hindu-Buddha (Kutai, Tarumanegara, Kalingga)
Seperti yang disebutkan dalam
Prasasti Ligor
yang ditemukan di Ligor, pangkalan kerajaan Sriwijaya berfungsi untuk
mengawasi perdagangan di Selat Malaka
. Hingga abad ke-8 M, kerajaan Sriwijaya berhasil
menguasai jalur perdagangan di Asia Tenggara
. Oleh karena kekuasaannya yang sangat luas, Sriwijaya menjadi
kerajaan maritim terbesar
di seluruh Asia Tenggara.
Walaupun kerajaan Sriwijaya merupakan pusat agama Buddha di luar India, Sriwijaya tidak memiliki peninggalan budaya berupa candi-candi atau archa dalam bidang kebudayaan. Kepercayaan kerajaan Sriwijaya merupakan
Buddha Mahayana
.
Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran mulai pada abad ke-13 M
, ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar seperti
kerajaan Siam
yang sama-sama menguasai jalur perdagangan. Selain itu, munculnya
kerajaan Singasari
yang ingin menyatukan wilayah Nusantara, mulai mengirim ekspedisi ke arah barat yang disebut
ekspedisi Pamalayu
. Aktifitas perdagangan juga sudah mulai berkurang, sehingga para pedagang menyeberang ke daerah
Tanah Genting Kra
. Kekuasaan Sriwijaya mulai berakhir karena munculnya
kerajaan Majapahit dan dihancurkan pada 1377 M.
Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram
merupakan salah satu kerajaan besar bercorak
Hindu-Buddha
di Jawa. Kerajaan Mataram diperkirakan berdiri selama 196 tahun dan memiliki 17 orang Raja.
Raja memiliki gelar khusus
seperti
narapati
yang berarti manusia yang memimpin
,
sri maharaja
yang berasal dari bahasa Sanskerta
,
rakai
dan
abhiseka
yang semuanya berasal dari India
.
Raja pertama Mataram
adalah
Ratu Sanjaya
.
Pada masa pemerintahan Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno sedang sibuk melakukan perang dengan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya. Menurut
Prasasti Canggal, Raja Sanjaya adalah pendiri Mataram Kuno
. Ia pun membahas tentang Lingga, yang merupakan lambang dari Dewa Siwa. Sehingga, agama yang dianut pada masa itu adalah
Hindu Siwa
. Sedangkan dalam
Prasasti Balitung,
diceritakan nama-nama Raja yang memerintah saat masa
Kerajaan Dinasti Sanjaya
.
Setelah Raja Sanjaya meninggal, pemerintahan
Rakai Pikatan naik tahta
. Rakai Pikatan ingin menguasai seluruh wilayah Jawa Tengah, namun terhalang karena adanya Kerajaan Syailendra yang dipimpin oleh
Balaputradewa
. Untuk menyatukan kedua kerajaan ini, Rakai Pikatan meminang putri
Pramodhawardani
. Namun, Pramodhawardani tetap menyerahkan kekuasaannya kepada Balaputradewa. Sehingga memicu perang saudara antara dua kerajaan tersebut.
Setelah Balaputradewa dapat dikalahkan, ia lari ke
Sriwijaya
. Berdasarkan peninggalan yang berupa Istana Ratu Boko, kerajaan Syailendra terletak di daerah pegunungan. Dalam
Prasasti Ratu Boko 856 M
diceritakan tentang kekalahan Balaputradewa dalam perang saudara.
Setelah itu, pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Rakai Panangkaran. Dalam
Prasasti Kalasan,
Rakai Panagkaran diminta oleh Raja Wisnu untuk mendirikan
Candi Kalasan (Candi Buddha)
. Selama masa pemerintahan
Raja Indra
, ekspansi politik dijalankan untuk memperluas daerah hingga ke Selat Malaka. Kekuasaan kemudian diturunkan kepada Samaratungga. Pada masa pemerintahannya, dibangunlah
Candi Borobudur
. Nama Borobudur diperkirakan berasal dari kata
Bhumi Sambhara
yang artinya gunung dan
budhara
berarti raja.
Kerajaan Medang Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan
terletak di Jawa Timur, tepatnya di muara sungai Brantas. Kerajaan ini merupakan hasil pemindahan kerajaan
Mataram Kuno
akibat bencana alam gunung Merapi, dan yang mendirikan adalah
Mpu Sindok
. Selama masa pemerintahan Mpu Sindok, wilayah kekuasaan kerajaan Medang Kamulan meliputi hampir seluruh wilayah Jawa Timur, seperti Nganjuk bagian barat, Pasuruan bagian timur, Surabaya bagian utara, dan Malang bagian Selatan.
Mpu Sindok memiliki gelar
Sri Isyanatunggadewa
karena mendirikan Dinasti Isyana. Mpu Sindok merupakan keturunan dari
Dinasti Sanjaya
dari Mataram, namun karena desakan dari Sriwijaya, akhirnya Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur. Pada masa pemerintahan Mpu Sindok,
aktifitas perdagangan cukup tinggi di Jawa Timur.
Sampai masa pemerintahan
Dharmawangsa
, aktifitas perdagangan meluas sampai keluar daerah Jawa Timur.
Ada hal yang perlu kita teladani dari apa yang dilakukan oleh Mpu Sindok. Untuk bidang
sosial budayanya
,
Mpu Sindok mencontohkan bagaimana sikap toleransi
. Satu bentuk toleransinya adalah ketika Mpu Sinduk mengizinkan penyusunan
kitab Sanghyang Kamahayanikan
, yang merupakan
kitab suci agama Buddha
, padahal Mpu Sindok adalah penganut agama Hindu.
Ketiga kerajaan maritim Hindu-Buddha
ini memiliki corak kehidupan ekonomi yang tidak jauh berbeda, Squad. Kebanyakan masyarakatnya mengandalkan jalur perdagangan juga pertanian. Masing-masing juga memiliki peninggalan-peninggalan dengan corak Hindu-Buddha. Melalui peninggalan-peninggalannya, kita akhirnya memperoleh informasi dan pengetahuan tentang sejarah ketiga kerajaan maritim Hindu-Buddha ini.
Nah,
buat kamu yang ingin mengetahui banyak lagi pengetahuan
sejarah Indonesia
, kalian bisa belajar menggunakan
video animasi
di
ruangbelajar
. Dengan begitu, kalian bisa mendapat informasi dari tutor yang tentunya berpengalaman, dan juga kalian bisa menghemat waktu.
So
, cepat berlangganan ya.
Sumber Referensi
Wardaya. 2009. Cakrawala Sejarah 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Artikel diperbarui 18 November 2020