Artikel Sosiologi kelas X kali ini akan membahas tentang penyimpangan sosial di sekolah yang terjadi terhadap Pak Joko, guru SMK di Kendal.
—
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Momentum perayaan Hari Guru ini seyogyanya harus menjadi evaluasi bagi semua pihak. Squad, kamu pernah membayangkan nggak gimana kalau di dunia ini nggak ada orang yang mau berprofesi sebagai guru? Untungnya, di Indonesia masih banyak orang yang dengan ikhlas melakukan usaha untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Yaa…meskipun kita sama-sama tahu bahwa masih jauh dari kategori sejahtera kehidupan para guru, khususnya guru honorer.
Nah, dalam rangka menyambut Hari Guru nanti, sangat disayangkan nih kalau di awal bulan ini (November 2018), ada kabar menyedihkan dari dunia pendidikan. Seorang guru Gambar Teknik Otomotif SMK NU 03 Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah ini mendadak viral di media sosial.
Yap, beliau ialah Pak Joko Susilo. Seorang guru yang viral videonya saat ia di-bully oleh beberapa siswanya. Kamu sudah nonton videonya belum? Kira-kira apa tanggapanmu? Siapa yang salah? Pak Joko Susilo atau murid-muridnya?
Sumber: ERMA MO via Youtube
Beberapa hari sejak kejadian tersebut, baik pihak sekolah dan Pak Joko Susilo sendiri sudah memberikan klarifikasi bahwa kejadian dalam video tersebut hanya sebuah bentuk candaan. Benarkah? Beberapa warganet malah menduga kalau Pak Joko diintimidasi oleh suatu pihak. Nggak sampai di situ Squad, beberapa
netizen
juga berkeyakinan bahwa tindakan murid-murid tersebut merupakan suatu bentuk penyimpangan sosial di sekolah.
Apakah pantas seorang murid bercanda seperti itu kepada guru? Coba lihat lagi potongan lirik lagu Hymne Guru di pembuka artikel ini. Apakah video viral tersebut relevan dengan isi dari lagu Hymne Guru?
Kalau kamu menganggap itu bukan sebuah candaan, berarti masuk ke ranah penyimpangan sosial Squad. Jika dilihat dari bentuk penyimpangan sosial, maka perilaku yang dilakukan oleh murid-murid Pak Joko tersebut masuk ke dalam bentuk penyimpangan sekunder dan penyimpangan kelompok.
Baca Juga:
Masalah Kependudukan dalam Permasalahan Sosial
“Penyimpangan sekunder? Berarti ada juga dong penyimpangan primer dan penyimpangan tersier?”
Inget Squad, kita lagi nggak belajar ekonomi lho. Penyimpangan sosial nggak sama dengan kebutuhan hidup manusia. Selain penyimpangan sekunder, memang ada juga penyimpangan primer.
Nah, tindakan bully yang dilakukan murid-murid kepada Pak Joko tersebut kira-kira masuk ke dalam kategori penyimpangan primer atau penyimpangan sekunder nih Squad? Kamu pasti bisa menjawabnya kan? Nah, sekarang kita lanjut yuk.
Murid-murid dari Pak Joko Susilo tersebut melakukan penyimpangan secara berkelompok. Penyimpangan ini memiliki dampak yang lebih luas dan kuat di masyarakat dibandingkan dengan penyimpangan yang dilakukan secara individual. Coba deh, kamu pikir, mana dampak yang lebih luas di masyarakat antara pelaku penyontek PR dengan pelaku pem-
bully
-an kepada Pak Joko?
Sebenarnya, penyimpangan sosial baik di sekolah atau di lingkungan masyarakat itu bisa dicegah asalkan faktor-faktor penyebabnya itu bisa diketahui. Paling nggak ada enam faktor penyebab penyimpangan sosial. Di artikel ini cuma dibahas secara singkat aja Squad. Kalau kamu mau tahu lebih lengkap, jelas, dan menarik bisa lihat di
ruangbelajar
ya.
1. Sosialisasi Tidak Sempurna
Jangan heran kalau sekarang ini ada anak umur 5 tahun yang sudah mulai menjadi perokok. Nggak perlu kaget lah Squad. Itu dikarenakan adanya kegagalan dalam proses pengalaman nilai dan norma secara utuh dan benar yang dilakukan pihak keluarga. Biasanya sih orang tuanya nggak mau memperhatikan perkembangan anaknya di rumah. Masa bodo gitu deh.
2. Sub Kebudayaan Menyimpang
Pernah nggak kamu diajak teman kamu bolos sekolah? Nah, itu salah satu contoh dari sub kebudayaan yang menyimpang. Artinya, penyimpangan yang dipelajari dari interaksi kelompok masyarakat yang membuat anggota kelompok masyarakat tersebut ikut melakukan kegiatan penyimpangan
3.
Labelling
“Dasar anak malas!”, ucap guru.
“Aaaa….anak malas…anak malas….”, teman-teman sekelasnya mengelu-elukan si A.
Pernah nemu kejadian kayak gitu nggak Squad? Itu namanya
labelling
atau labelisasi. Pemberian cap atau julukan yang membuat seseorang menjadi terbiasa melakukan tindakan menyimpang.
4. Permasalahan Ekonomi
Kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi kadang memaksa seseorang melakukan tindakan yang tidak mengindahkan norma yang berlaku. Maka, kalau di berita sering adanya penjambretan, pencurian, bahkan begal, bisa saja motif pelakunya ialah karena himpitan ekonomi.
5. Pelampiasan Rasa Kekecewaan
“Aku pokoknya mau mainan itu”
“Nanti ya, Ayah belum ada uang”
“Pokoknya aku mau mainan itu!”, si anak berteriak kepada ayahnya.
Hayooo ngaku siapa yang pernah begitu ke ayahnya? Buruan minta maaf deh. Kenapa? Itu salah satu bentuk penyimpangan Squad. Rasa kekecewaan bisa saja dikeluarkan dalam bentuk tindakan yang tidak memperhatikan norma-norma yang berlaku.
6. Perkembangan Teknologi
Di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini, semua informasi bisa menyebar dengan cepat. Ya seperti video Pak Joko yang ada di media sosial itu contohnya, langsung bisa disebarluaskan dan ditonton banyak pasang mata. Nah, yang ditakutkan ialah kalau remaja yang menonton video tersebut, kemudian diterapkan kepada guru di sekolahnya, itu yang bahaya. Makanya, tidak menutup kemungkinan kalau perkembangan teknologi juga ikut memilki andil dalam terjadinya penyimpangan sosial.
Apa tanggapan kamu Squad tentang kasus yang dialami Pak Joko?
Tulis di kolom komentar yuk biar kita bisa diskusi bareng.
Tentunya kita semua berharap ke depannya nanti tidak ada lagi perilaku yang bisa mencederai momentum Hari Guru di Indonesia. Selalu hormati guru kamu ya Squad. Ingatlah selalu pepatah “Guru pahlawan tanpa tanda jasa”. Guru yang menjadikan kamu bisa baca tulis dan menghitung sehingga nantinya cita-cita kamu bisa tercapai. Selamat Hari Guru untuk para guru di Indonesia.