
  
 
Yuk, simak artikel ini untuk mengetahui alur atau proses praproduksi pada produk multimedia!
Anak Kelas 12 SMK Jurusan Multimedia
wajib baca, nih!
—
  
  
 
  Di situasi pandemi sekarang ini, sebagian besar aktivitas dilakukan di dalam rumah. Biasanya
  
   nih
  
  , untuk menghilangkan rasa bosan, kita suka mencari hiburan, mulai dari main sosmed, nge-
  
   game
  
  , baca buku atau komik, hingga nonton film.
  
   Nah
  
  ,
  
   kalo
  
  kamu, lebih suka melakukan apa
  
   nih
  
  , pas lagi bosan di rumah
  
   aja
  
  ?
 
  Ternyata,
  
   game
  
  , buku, komik, dan film merupakan contoh dari produk multimedia,
  
   lho
  
  . Bahkan, konten-konten yang ada di sosial media pun, baik itu gambar maupun video, juga termasuk produk multimedia.
  
   Hmm
  
  , kamu
  
   tau nggak nih
  
  , apa yang dimaksud dengan multimedia?
 
  Pengertian Multimedia
 
  Multimedia adalah
  gabungan dua unsur atau lebih media
  , seperti teks, gambar, grafik, animasi, audio, atau video
  menggunakan alat bantu (
  
   tools
  
  ) serta koneksi (link)
  , sehingga menghasilkan output tertentu, bisa berupa informasi menarik atau hal lainnya.
 
  
 
  
   Nah
  
  , jadi, selain sebagai hiburan, multimedia juga bisa digunakan untuk memberikan informasi kepada penggunanya, ya. Penggunaan multimedia ternyata lebih efektif
  
   loh
  
  dalam menyampaikan suatu informasi. Alasannya karena multimedia dapat merangsang beberapa indra manusia, seperti penglihatan, pendengaran, sampai penciuman.
 
  
 
  Dalam alur produksi produk multimedia, terbagi menjadi
  
   tiga tahapan
  
  , yaitu proses praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Ketiga alur tersebut, termasuk ke dalam Standar Operasional Prosedur (SOP).
  
   Nah
  
  ,
  
   SOP
  
  sendiri merupakan
  
   prosedur atau tahapan pekerjaan
  
  
   yang harus dilakukan
  
  
   sesuai dengan standar yang sudah ditentukan
  
  .
 
  Di artikel kali ini, kita akan membahas tentang alur praproduksi pada produk multimedia terlebih dahulu, ya. Jadi,
  
   stay tuned
  
  
   aja
  
  di
  ruangbaca
  untuk
  
   update
  
  -an materi selanjutnya.
 
  Mengenal Alur Praproduksi
 
  Oke, sebelumnya, ada yang sudah
  
   tau
  
  , apa itu praproduksi? Praproduksi atau sering disebut juga
  
   pre production
  
  merupakan
  tahap awal dari proses produksi.
  Di tahap ini, kita akan mempersiapkan segala macam hal yang akan diperlukan untuk proses produksi. Jadi,
  
   kalo
  
  diibaratkan
  
   nih
  
  , misalnya kamu ingin memasak sesuatu, maka tahap kamu membeli bahan-bahannya dan mempersiapkan peralatan masaknya, itu semua yang dimaksud dengan tahap praproduksi.
 
  
 
  Kenapa harus dipersiapkan secara matang? Alasannya karena tahap praproduksi memiliki peran penting terhadap kesuksesan atau kelancaran proses produksi. Oleh karena itu, tahap ini membutuhkan waktu yang lumayan panjang, dibandingkan dengan tahap produksi dan pascaproduksi. Hampir 70% dari kegiatan produksi produk multimedia itu dikerjakan di tahap praproduksi,
  
   lho
  
  .
 
  
 
  Tahapan Alur Praproduksi pada Produk Multimedia
 
  
   Nah
  
  , proses praproduksi ini terbagi menjadi sembilan tahapan.
  
   Waduh
  
  , banyak banget, ya! Kita akan membahas satu per satu setiap tahapannya secara rinci,
  
   nih
  
  .
  
   So
  
  , baca terus sampai habis, ya.
 
  1. Menentukan Ide dan Konsep
 
  Tahapan yang pertama adalah menentukan ide dan konsep. Ide merupakan
  
   gagasan awal
  
  yang nantinya akan direalisasikan ke produk yang ingin diproduksi. Ide dapat diperoleh dari mana
  
   aja
  
  , bisa dari imajinasi, hobi, pengalaman, buku, film, atau lingkungan sekitar. Dari ide ini, kita akan
  
   tau
  
  , produk seperti apa
  
   sih
  
  yang ingin kita produksi.
 
  
   Nah
  
  , setelah menemukan ide, kita bisa mengembangkannya menjadi sebuah konsep. Kita akan menentukan, seperti apa bentuk dan gaya pengemasan produk yang ingin kita buat, siapa
  
   aja
  
  target penontonnya, dan pesan apa yang ingin disampaikan.
 
  Baca Juga:
  Mempelajari Unsur dan Prinsip Dasar Desain Grafis
 
  Misalnya
  
   nih
  
  , kamu punya ide ingin membuat video
  
   mukbang
  
  (makan-makan).
  
   Nah
  
  , kamu harus tentukan dulu konsep videonya mau seperti apa. Apakah
  
   mukbang
  
  biasa di rumah,
  
   mukbang
  
  ke tempat makan, atau sambil ngevlog
  
   nih
  
  , misalnya jalan-jalan ke
  
   food festival
  
  . Pastinya, dari ketiga pilihan konsep tersebut, akan menghasilkan video yang berbeda, dari segi pengambilan gambar,
  
   background
  
  musik, kostum, dan lain sebagainya.
 
  Tentunya, ide dan konsep yang menarik akan menghasilkan produk yang menarik juga, ya.
 
  2. Membuat Naskah
 
  Selanjutnya, ada tahap pembuatan naskah. Tahap ini juga
  
   nggak
  
  kalah penting
  
   loh
  
  dari tahap sebelumnya. Pada pembuatan video atau film, naskah bisa dijadikan acuan dalam proses produksi. Tanpa adanya naskah, bisa-bisa, cerita yang ingin disampaikan
  
   nggak
  
  bisa tersusun dengan baik,
  
   nih
  
  .
 
  Naskah adalah
  bentuk tertulis dari gagasan atau ide
  yang menyangkut penggabungan antara suara dan gambar, sebagai
  pedoman dalam pembuatan film, sinetron atau program televisi.
  Beberapa pakar sinematografi mengatakan bahwa naskah itu adalah jiwa dan darah dari sebuah produk video. Wah, jadi apa ya kira-kira fungsi naskah itu?
 
  
 
  
   Nah
  
  , kamu harus
  
   tau
  
  juga, naskah ditulis secara bertahap, dimulai dari menentukan
  
   ide cerita
  
  .
  
   Hayo
  
  , masih ingat
  
   nggak
  
  , ide bisa diperoleh dari mana
  
   aja
  
  ? Setelah menentukan ide, maka perlu dilakukan riset.
  
   Riset
  
  ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi terkait cerita yang akan ditulis. Riset bisa dilakukan melalui internet, buku, wawancara, atau datang ke lokasi langsung yang nantinya akan digunakan sebagai latar tempat cerita.
 
  Setelah itu, langkah selanjutnya adalah membuat
  
   ringkasan cerita (sinopsis)
  
  . Sinopsis berisi garis besar jalan cerita, meliputi pengenalan karakter para tokoh, konflik cerita, klimaks, dan penyelesaian masalah.
  
   Nah
  
  , setelah mengetahui gambaran cerita secara garis besar, cerita mulai disusun berdasarkan urutan adegannya (
  
   scene
  
  ). Tahap ini disebut dengan pembuatan
  
   
    outline
   
  
  .
 
  Lalu, dari
  
   outline
  
  , akan dikembangkan lagi menjadi
  
   
    treatment
   
  
  , yaitu uraian mengenai segala urutan kejadian secara rinci, mulai dari kemunculan gambar, sampai berakhirnya cerita.
  
   Treatment
  
  biasanya digunakan saat membuat naskah film.
 
  
 
  
   Nah
  
  , setelah
  
   treatment
  
  tersusun dengan baik, maka langkah terakhir adalah membuat
  
   naskah
  
  . Naskah sendiri terbagi menjadi dua jenis
  
   nih
  
  , yaitu naskah 1 kolom (
  
   wide margin
  
  ) dan naskah 2 kolom.
 
  
 
  
   Kalo
  
  berikut ini, merupakan contoh naskah 2 kolom.
 
  
 
  3. Membentuk Tim Produksi
 
  Tahap yang ketiga adalah membentuk tim produksi. Seorang
  
   content creator
  
  mungkin
  
   aja
  
  bisa membuat karya seorang diri, tanpa bantuan tim. Tapi, hal itu tentu membutuhkan waktu dan usaha yang luar biasa, ya.
  
   Nah
  
  , dalam skala produksi produk multimedia yang lebih besar, seperti pembuatan film atau video klip, kita pasti membutuhkan sebuah tim produksi. Mustahil
  
   dong
  
  jika semua kegiatan produksi dikerjakan oleh satu orang
  
   aja
  
  . Iya,
  
   nggak
  
  ?
 
  Biasanya, tim atau kru produksi terbagi menjadi dua kelompok, yaitu tim kreatif dan tim teknis.
  
   Hmm
  
  , bedanya apa, ya? Oke, jadi,
  
   tim kreatif
  
  adalah tim yang bertanggung jawab untuk menghasilkan ide-ide menarik yang bisa memikat konsumen atau penonton. Sementara itu,
  
   tim teknis
  
  adalah tim yang bertanggung jawab dalam urusan teknis produksi.
  
   Nah
  
  , masing-masing tim terbagi lagi
  
   nih
  
  peran-perannya. Apa
  
   aja
  
  ya kira-kira?
  
   Yuk
  
  , perhatikan gambar berikut ini!
 
  
 
  4. Membuat Panduan Gambar
 
  Tahap berikutnya adalah membuat panduan gambar. Maksud panduan gambar itu gimana,
  
   sih
  
  ?
  
   Nah
  
  , gampangnya, panduan gambar bisa diartikan sebagai gambar-gambar yang dijadikan referensi atau contoh untuk memvisualisasikan suatu adegan. Misalnya
  
   nih
  
  , dalam sebuah cerita, terdapat adegan dengan latar “kantin sekolah saat jam istirahat”. Maka, panduan gambarnya bisa berupa kantin sekolah yang ramai dikunjungi siswa. Ada banyak siswa yang sedang makan, ngobrol, atau mengantri makanan. Kebayang, ya?
 
  
   Nah
  
  , dalam proses praproduksi, panduan gambar biasanya berupa
  
   storyboard
  
  .
  
   
    Storyboard
   
  
  sendiri adalah sketsa gambar yang disusun secara berurutan sesuai naskah cerita. Dengan
  
   storyboard
  
  , penulis cerita dapat membuat seseorang membayangkan alur cerita melalui gambar-gambar yang disajikan, sehingga dapat menghasilkan persepsi yang sama mengenai ide cerita yang ingin disampaikan penulis.
 
  
 
  
   Storyboard
  
  berisi informasi mengenai audio dan video. Pada bagian audio berisi tentang uraian audio yang akan digunakan. Uraian ini bisa berupa narasi, dialog, musik ilustrasi, atau
  
   sound effect
  
  . Sedangkan pada bagian video berisi tentang gambaran adegan dengan menyisipkan ilustrasi. Bisa juga diperjelas dengan menambahkan keterangan berupa teks dari adegan yang ingin diilustrasikan, disertai dengan
  
   shot
  
  dan
  
   angle
  
  yang digunakan.
 
  
 
  Oh iya, selain
  
   storyboard
  
  , ada juga media lain yang dapat digunakan sebagai panduan gambar,
  
   loh
  
  . Kamu bisa menggunakan
  
   floor plan
  
  .
  
   
    Floor plan
   
  
  ini bentuknya seperti denah yang menggambarkan posisi kamera dan pemain dari atas. Tentunya, dalam
  
   floor plan
  
  juga terdapat jenis-jenis
  
   shot
  
  dan
  
   angle
  
  yang akan digunakan.
 
  Selain itu, kamu juga bisa menggunakan
  
   
    photo board
   
  
  (papan foto). Bentuk
  
   photo board
  
  kurang lebih sama seperti
  
   storyboard
  
  . Bedanya,
  
   kalo
  
  
   photo board
  
  bukan berupa ilustrasi gambar, melainkan foto.
  
   Nah
  
  , kamu bisa mengambil beberapa foto yang dapat menggambarkan adegan dalam cerita.
 
  
 
  5. Membuat Jadwal Produksi
 
  Selanjutnya, kita masuk ke tahap pembuatan jadwal produksi (
  
   working schedule
  
  ).
  
   
    Working schedule
   
  
  merupakan jadwal tahapan kerja secara keseluruhan, mulai dari tahap praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi.
  
   Nah
  
  ,
  
   working schedule
  
  ini biasanya dibuat oleh seorang produser, berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh tim produksi dan target waktu yang harus dipenuhi.
 
  Kamu harus tau,
  
   working schedule
  
  penting sekali untuk dibuat. Kenapa begitu? Alasannya karena
  
   working schedule
  
  bisa digunakan sebagai laporan perkembangan, sehingga hasil kerja setiap tim produksi dapat terpantau. Hal ini, tentu bertujuan agar kegiatan produksi dapat berjalan sesuai waktunya, alias
  
   nggak
  
  molor. Jadi, dapat menghindari terjadinya pemborosan biaya.
 
  
 
  6. Menentukan Peralatan Produksi
 
  Setelah itu, kita akan menentukan perlengkapan apa
  
   aja
  
  yang dibutuhkan untuk proses produksi nantinya. Tahap ini, harus dipikirkan baik-baik, ya. Jangan sampai, ketika proses syuting nanti, ada beberapa peralatan yang belum ada. Atau bahkan, ada perlengkapan yang seharusnya
  
   nggak
  
  terlalu dibutuhkan, tapi justru dibeli begitu
  
   aja
  
  .
  
   Kalo
  
  sudah begitu, proses produksi jadi akan terhambat dan biaya produksi juga
  
   nggak
  
  bisa dikeluarkan secara optimal,
  
   deh
  
  .
 
  
   Nah
  
  , berikut ini terdapat beberapa perlengkapan yang biasa digunakan dalam proses produksi audio video.
 
  
 
  7. Mencari Pemain dan Lokasi
 
  Selain menentukan perlengkapan produksi, kita juga perlu mencari pemain dan lokasi untuk keperluan syuting nanti,
  
   nih
  
  . Kamu pasti pernah mendengar istilah
  
   casting
  
  ,
  
   kan
  
  ?
  
   
    Casting
   
  
  adalah proses pemilihan pemain atau aktor untuk memerankan sebuah karakter pada cerita.
  
   Nah
  
  , di tahap sebelumnya
  
   kan
  
  kita sudah membuat naskah,
  
   tuh
  
  . Dari naskah tersebut, bisa kita bedah, karakter apa
  
   aja sih
  
  yang dibutuhkan.
 
  Dalam produksi film, sebelum melakukan
  
   casting
  
  , sutradara dan penulis naskah biasanya akan memformulasikan atau menyusun 3 dimensi tokoh. Jadi, masing-masing tokoh penting dalam cerita akan dibedah (
  
   breakdown
  
  ) 3 dimensi tokohnya. Tujuannya, agar si tokoh atau pemain dapat lebih menghayati peran yang dimainkan.
  
   Nah
  
  , 3 dimensi tokoh ini meliputi segi fisiologis, psikologis, dan sosiologis.
 
  
 
  Proses
  
   casting
  
  biasanya dilakukan melalui dua cara, yaitu
  
   screen test
  
  atau audisi terbuka (
  
   open casting
  
  ). Pada
  
   
    screen test
   
  
  , biasanya sutradara sudah memiliki pandangan, siapa
  
   aja
  
  orang yang cocok untuk memerankan karakter dalam cerita. Kemudian, sutradara dan
  
   casting director
  
  akan mengundang orang yang dianggap cocok tersebut untuk melakukan uji kecocokan, dengan memberikan naskah dan meminta orang tersebut untuk memerankan satu atau dua adegan.
 
  Sementara itu, pada
  
   
    open casting
   
  
  , cara pemilihan pemain dilakukan dengan mengadakan audisi secara terbuka. Jadi, siapa
  
   aja
  
  bisa mengikuti audisi tersebut.
  
   Nah
  
  , informasi
  
   open casting
  
  ini biasanya akan disebarkan melalui sosial media. Sama halnya dengan
  
   screen test
  
  , sutradara dan
  
   casting director
  
  akan memberikan naskah pada peserta dan memintanya untuk memerankan beberapa adegan.
  
   Hayo
  
  , siapa yang pernah coba ikut
  
   open casting
  
  ?
 
  Baca Juga:
  Cara Kerja DHCP Server & Client
 
  Dalam proses
  
   casting
  
  , akan dilakukan perekaman. Dari hasil rekaman tersebut, nantinya akan dipilih, siapa
  
   aja
  
  yang paling cocok untuk menjadi pemain.
 
  Oh iya, jika proses pemilihan pemain disebut dengan
  
   casting
  
  , maka proses pencarian lokasi bisa kita sebut dengan istilah
  
   hunting location
  
  .
  
   
    Hunting location
   
  
  ini bertujuan untuk mencari lokasi syuting yang pas dan dapat menginterpretasikan kebutuhan set dalam naskah.
  
   Eits
  
  ! Mencari lokasi syuting
  
   nggak
  
  bisa dilakukan sembarangan, ya. Kamu perlu memperhatikan beberapa hal, di antaranya sebagai berikut:
 
  
 
  
   Nah
  
  , setelah lokasi sudah
  
   fix nih
  
  , maka tim produksi akan mengunjungi lokasi tersebut. Proses ini disebut dengan
  
   
    reece
   
  
  , yaitu proses mengunjungi lokasi yang sudah siap secara
  
   look
  
  ,
  
   mood
  
  , dan administrasi. Pada proses ini, kita
  
   nggak
  
  cuma lihat-lihat
  
   aja
  
  , tapi juga menentukan hal-hal teknis di lapangan, seperti menentukan
  
   blocking
  
  dan penempatan adegan, menentukan teknis kamera dan
  
   lighting
  
  , memperhatikan adanya gangguan suara, serta menentukan
  
   layout set
  
  dan properti.
 
  Jangan lupa juga untuk mengambil beberapa foto dan video saat proses
  
   hunting location
  
  dan
  
   reece
  
  , ya. Kamu juga perlu mengecek keadaan lokasi sesuai waktu pada adegan. Misalnya
  
   nih
  
  , ada adegan yang berlangsung pada malam hari, maka kamu harus melihat lokasi di malam hari juga, untuk mendapat gambaran keadaan sebenarnya.
 
  8. Merinci Anggaran Biaya Produksi
 
  Oke, kita masuk ke tahap selanjutnya ya, yaitu merinci anggaran biaya produksi (
  
   breakdown budget
  
  ).
  
   
    Breakdown budget
   
  
  adalah rincian keseluruhan dana yang digunakan untuk proses produksi. Masing-masing departemen pada tim produksi akan membuat rencana anggaran biaya, mulai dari proses praproduksi sampai pascaproduksi. Kemudian, rencana anggaran biaya tersebut akan disusun menjadi
  
   breakdown budget
  
  oleh produser.
 
  
 
  Oh iya, kamu
  
   nggak
  
  perlu khawatir
  
   nih
  
  jika
  
   breakdown budget
  
  yang sudah kamu susun,
  
   nggak
  
  sesuai dengan kondisi di lapangan nanti. Pada dasarnya,
  
   breakdown budget
  
  hanyalah sebuah perkiraan. Artinya, bisa
  
   aja
  
  , di situasi
  
   real
  
  , akan terjadi pembengkakan biaya produksi.
  
   Nah
  
  , jika mengalami kondisi seperti itu, kamu bisa berdiskusi dengan tim untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik.
 
  9. Melakukan
  
   Reading
  
  dan
  
   Rehearsal
  
 
  Akhirnya, sampai juga pada tahap terakhir dalam proses praproduksi produk multimedia
  
   nih
  
  , yaitu melakukan
  
   reading
  
  dan
  
   rehearsal
  
  . Setelah naskah sudah siap dan para pemain sudah ditentukan, maka saatnya untuk melakukan
  
   
    reading
   
  
  , yaitu proses pengarahan para pemain sesuai dengan konsep dan skenario dari sutradara.
  
   Reading
  
  dilakukan secara bersama-sama dengan membaca skenario sesuai dengan porsi perannya masing-masing yang dibimbing oleh sutradara.
  
   Reading
  
  penting sekali dilakukan oleh para pemeran agar dapat mendalami karakter yang dimainkan.
 
  
 
  Setelah melakukan
  
   reading
  
  , maka langkah selanjutnya adalah latihan (
  
   rehearsal
  
  ).
  
   Latihan
  
  ini, dilakukan baik dalam bentuk pengolahan emosi dan dialog, maupun latihan
  
   blocking
  
  pemain dan kamera. Sutradara biasanya akan mengarahkan para aktor saat melakukan
  
   rehearsal
  
  . Di tahap
  
   rehearsal
  
  ini juga, penata gambar bisa merancang
  
   angle
  
  dan pergerakan kamera. Tapi,
  
   nggak
  
  semua adegan akan dilatih dalam
  
   rehearsal
  
  , ya. Hanya adegan-adegan yang dirasa sulit atau adegan yang melibatkan banyak dialog
  
   aja
  
  .
 
  Oke, selesai sudah materi kita kali ini.
  
   Wah
  
  , banyak juga ya yang dibahas.
  
   Nah
  
  , supaya kamu
  
   nggak
  
  lupa dengan alur atau proses praproduksi yang sudah dijelaskan di atas tadi, di bawah ini ada rangkumannya,
  
   nih
  
  .
 
  
 
  Kamu juga bisa mempelajari materi ini dengan lebih dalam lagi di salah satu
  produk ruangguru
  yang bernama
  ruangbelajar
  , ya. Tentunya, dipandu dengan Master Teacher yang membuat kamu langsung paham terhadap materi.
  
   So
  
  , akhir kata, terus semangat belajar dan #HidupkanMimpimu!
 
  
   Artikel ini telah diperbarui pada 3 Agustus 2022.