Konsep bilingual sudah mulai diterapkan sejak tahun 1800-an pada zaman Perang Dunia I, lho! Indonesia juga dianggap sebagai negara yang penduduknya paling banyak menerapkan bilingual dalam kehidupannya. Kok bisa?
—
Di era digital saat ini, mengajarkan anak untuk menguasai dua bahasa atau disebut dengan bilingual sudah menjadi hal lumrah. Ditambah lagi, banyak sekolah-sekolah yang juga menerapkan konsep pendidikan bilingual bagi murid-muridnya.
Manfaat menguasai bilingual bagi anak
bermacam-macam, seperti meningkatkan kepercayaan diri, memudahkan untuk belajar bahasa asing lain, dan masih banyak lagi.
Tapi, Ayah/Bunda tahu
nggak
sih gimana awal mula penerapan konsep bilingual? Ternyata, penerapan konsep bilingual ini sudah ada sejak tahun 1800-an,
lho!
Mari simak penjelasannya!
Sejarah Penerapan Konsep Bilingual
Banyak orang menganggap konsep bilingual baru mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an. Tapi, sebenarnya konsep bilingual sudah mulai diadopsi pada tahun 1839 di Amerika,
lho!
Mengutip dari
Rethinking Schools,
pada tahun tersebut, Ohio, Amerika, menjadi negara bagian pertama yang menerapkan konsep bilingual ke dalam peraturan pendidikan mereka. Bahasa yang diterapkan waktu itu adalah Jerman dan Inggris atas permintaan wali murid.
Ternyata, di awal abad ke-19, siswa imigran mendapat kesempatan untuk belajar dalam bahasa ibu mereka. Kebanyakan mereka merupakan imigran dari Jerman. Jadi, pada waktu itu pengajaran dalam bahasa Jerman menjadi hal umum, terutama di sekolah yang memiliki fokus keagaman.
Tidak lama kemudian, pada tahun 1847 disusul oleh Louisiana yang turut memberlakukan ketentuan yang sama untuk bahasa Perancis dan Inggris. Selanjutnya, pada tahun 1850, New Mexico juga menerapkan bahasa Spanyol dan Inggris dalam pendidikan mereka. Selain di Amerika, tren ini juga terjadi di negara-negara Eropa, seperti Norwegia, Italia, Polandia, dan Ceko.
Akhir abad ke-19, gelombang baru imigran Polandia, Slavia, Yunani, dan Italia menetap di kota-kota besar, sehingga pengajaran jadi berkembang lagi ke bahasa-bahasa mereka.
Pada pergantian abad ke-20, sebuah lembaga survei melaporkan setidaknya ada 600.000 siswa sekolah dasar yang menerima pelajaran dalam bahasa Jerman dan Inggris di Amerika. Selain diterapkan di sekolah-sekolah, konsep bilingual juga banyak diterapkan di pendidikan informal. Biasanya diselenggarakan oleh kelompok imigran atau agama tertentu.
Namun selama Perang Dunia I, muncul kekhawatiran akan hilangnya loyalitas penutur bahasa Inggris. Mereka takut jika nantinya warga imigran dari negara-negara lain akan menghilangkan bahasa Inggris sebagai bahasa utama mereka. Orang-orang yang tidak berbahasa Inggris sebagai bahasa pertama sering dianggap berpotensi tidak setia.
Bagi sebagian masyarakat, kemampuan bilingual atau mahir dalam menggunakan dua bahasa dianggap sesuatu yang negatif karena menurut mereka orang-orang bilingual adalah imigran problematik dan anak-anak hasil perkawinan campuran
(mix marriage).
Apalagi untuk negara-negara Barat. Mereka melihat fenomena ini sebagai hal yang bisa merusak superioritas ras mereka.
Oleh karena itu, akhirnya pada tahun 1925 pemerintah memberlakukan undang-undang pengajaran yang hanya boleh dilakukan dalam bahasa Inggris. Bahkan lebih ekstrimnya lagi ada yang melarang studi bahasa asing di kelas-kelas.
Selama tahun 1960-an, baru
deh
konsep pendidikan bilingual mulai bangkit lagi. Setelah berbagai program dibentuk, Undang-Undang Pendidikan Bilingual diusulkan. Undang-undang ini menjadi batu loncatan untuk memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua bahasa minoritas.
Baca Juga:
5 Tips Jitu Mengajarkan Dua Bahasa (Bilingual) pada Anak
Konsep Bilingual di Indonesia
Masyarakat Indonesia sebagian besar bisa disebut sebagai masyarakat bilingual
lho,
Ayah/Bunda.
Kok
bisa? Karenaaaa…. Kebanyakan bahasa pertama yang digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah bahasa ibu
(mother tongue)
mereka atau bahasa daerah.
Biasanya, setelah masuk masa sekolah, pembelajaran disampaikan menggunakan bahasa Indonesia.
Nah,
dari situlah mereka dianggap sebagai bilingual karena menguasai dua bahasa, yaitu bahasa ibu atau bahasa daerah sebagai bahasa pertama dan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua.
Namun, bagi masyarakat yang sulit mendapatkan akses informasi dan pendidikan, pengembangan bahasa Indonesia mereka kurang mendapat dukungan. Hal ini yang menyebabkan mereka cenderung hanya menggunakan satu bahasa, yaitu bahasa daerah/bahasa ibu.
Sementara itu, masyarakat yang memiliki akses informasi dan pendidikan lebih baik, mereka mendapat dorongan yang positif dalam belajar bahasa Indonesia. Bahkan, bagi masyarakat yang memiliki akses terhadap pendidikan yang lebih tinggi dan berkualitas, mereka juga belajar beberapa bahasa asing (multilingual). Biasanya, mereka juga cenderung menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan, bagi masyarakat yang memiliki akses terhadap pendidikan yang lebih tinggi, mereka juga belajar bahasa asing atau disebut sebagai multilingual. Biasanya, mereka memposisikan bahasa asing lebih utama dari bahasa Indonesia.
Baca Juga:
Yuk Simak 7 Tips Mudah Belajar Bahasa Baru!
Negara yang Menerapkan Konsep Bilingual
Ternyata ada lho Ayah/Bunda, negara-negara yang menerapkan bilingual dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka bahkan menjadikan dua bahasa sekaligus sebagai bahasa resminya. Berikut 10 negara yang memiliki bahasa dua bahasa resmi:
1. Finlandia: menggunakan bahasa resmi bahasa Finlandia dan bahasa Swedia.
2. Kanada: menggunakan bahasa resmi bahasa Inggris dan bahasa Prancis.
3. Hong Kong: menggunakan bahasa resmi bahasa Mandarin dan bahasa Inggris.
4. Kazakhstan: menggunakan bahasa resmi bahasa Kazakh dan bahasa Rusia.
5. Luksemburg: menggunakan bahasa resmi bahasa Prancis dan bahasa Jerman.
6. Filipina: menggunakan bahasa resmi bahasa Tagalog dan bahasa Inggris.
7. Turki: menggunakan bahasa resmi bahasa Turki dan Arab.
8. Ceko: menggunakan bahasa resmi bahasa Ceko dan bahasa Slovakia.
9. Siprus: menggunakan bahasa resmi bahasa Yunani dan bahasa Turki.
10. Kamerun: menggunakan bahasa resmi bahasa Prancis dan Inggris.
Itu tadi sejarah dan penerapan bilingual di Indonesia dan berbagai negara. Ternyata bilingual sudah mulai diterapkan sejak abad ke-19 dan semakin populer di era digital seperti saat ini. Menarik bukan?
Ayah/Bunda juga bisa mengembangkan kemampuan buah hati sejak dini untuk menguasai bahasa-bahasa asing ditemani oleh
Kursus Ruangguru for Kids
! Di sana, Ayah/Bunda bisa mengasah kemampuan berpikir kritis dan potensi anak dalam belajar membaca, menulis, dan berhitung (Calistung), Matematika, Bahasa Inggris, dan Sains. Supaya lebih seru lagi, coba juga metode
Live Teaching
interaktif yang tersedia dalam program nasional dan internasional yang dikhususkan untuk anak usia 4–8 tahun.
Referensi:
Rethinking Schools. (2020). History of Bilingual Education. Diakses dari
https://rethinkingschools.org/articles/history-of-bilingual-education/
pada 22 Agustus 2022
Rouman, Maggie. The History of Bilingual Education. Diakses dari
https://study.com/academy/lesson/the-history-of-bilingual-education.html
pada 23 Agustus 2022
Izzak, Arif. (2009). Bilingualisme dalam Perspektif Pengembangan Bahasa Indonesia. Mabasan: Vol. 3 No. 1
Gration, Elizabeth. (2022). Bilingualism in 2022: US, UK & Global Statistics. Diakses dari
https://preply.com/en/blog/bilingualism-statistics/
pada 25 agustus 2022