Perlukah kita selalu mendahulukan kesenangan orang lain, tanpa memikirkan diri sendiri? Melalui buku ini, kamu akan mendapatkan jawabannya. Tertarik untuk membaca? Simak review berikut ini dulu, yuk!
—
Menyenangkan hati dan pikiran orang lain adalah upaya menciptakan keakraban dalam berhubungan sosial. Tidak jarang, kita membantu orang-orang yang memiliki kedekatan pribadi—keluarga, kolega kerja, tetangga—sebagai wujud solidaritas. Bermula dari permintaan yang sifatnya kecil hingga memaksa melakukan hal-hal menyebalkan. Lama-kelamaan, kita memprioritaskan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Perilaku itu disebut
people-pleaser
. Tidak ada yang salah menyenangkan orang lain, tapi jika dilakukan dalam jangka panjang akan berdampak pada kesehatan mental.
Perilaku fase
people-pleaser
cenderung membuat seseorang sulit mengenal jati diri. Rasa takut dijauhi dan rasa bersalah terngiang dalam pikiran. Ironisnya, mendapatkan pengakuan dari orang lain menjadi sebuah kebiasaan sulit untuk dilepaskan. Dalam buku ini, Sarah Knight mencoba menghentikan perilaku ini dengan tidak ambil pusing pada urusan orang lain. Melalui pengalamannya, Sarah membagikan cara untuk berfokus pada diri sendiri.
Pada awal buku, Sarah menyampaikan cara tidak ambil pusing bisa dicapai dengan melakukan Metode Not Sorry. Apa saja yang perlu dipersiapkan menjalankan metode itu antara lain: Seseorang harus peduli terhadap diri sendiri, berani mengatakan tidak, berani melepaskan diri dari pikiran negatif, dan mengurangi sampah pikiran. Kedengarannya egois, bahkan dapat menyinggung perasaan orang lain. Tapi itu semua demi menciptakan momen lebih berharga bagi orang disekitar (hal. 19-20).
Memutuskan untuk tidak ambil pusing harus dimulai dengan memisahkan hal yang kita peduli dan hal yang tidak diambil pusing. Memilah hal yang membebani dan hal yang membuat senang akan memudahkan kita menentukan mana yang harus diperhatikan dan mana yang harus tidak diambil pusing. Bila perlu, membuat catatan akan memudahkan daftar panjang yang telah kita telusuri. Kemudian mengambil sikap menjalani kehidupan tidak ambil pusing dengan menciptakan batasan yang kita buat. Tentu dapat meluangkan waktu, tenaga, dan uang pada sesuatu yang berharga menciptakan kedamaian dan kebebasan baik diri dan orang lain.
Baca Juga:
Resensi Buku Her Name Is … Karya Cho Nam Joo
Apakah dengan sikap tidak ambil pusing pada kehidupan orang lain artinya kita harus terus menyinggung perasaan mereka? Lewat tulisannya, Sarah menjelaskan bahwa tak ada orang yang ingin dianggap jahat karena tidak peduli pada pikiran orang lain. Tapi, apabila pikiran itu sudah amat menyebalkan bagi diri sendiri, kita memiliki hak untuk menolak secara sopan tanpa melibatkan emosi. Bersikap jujur dan menyampaikan dengan sopan perbedaan pandangan jauh lebih baik untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
Kebebasan berpendapat sering kita temui dalam segala aktivitas yang kita lakukan. Media sosial menjadi wadah kebebasan berekspresi yang paling populer digunakan dalam berinteraksi. Seringkali menyampaikan perbedaan pendapat atas suatu kebijakan dalam politik menjadi adu debat yang tujuannya memaksakan kehendak. Jika tidak setuju atau mengkritik kebijakan, sentimen negatif menjadi jawaban yang tentu saling menyinggung perasaan. Wujud ekspresi harus disuarakan dengan cara bermartabat sesuai etika sopan santun yang berlaku.
Melalui 220 halaman buku ini, Sarah Knight mengingatkan pembaca agar fokus memberikan perhatian pada hal-hal yang dapat dikendalikan daripada hal-hal di luar kendali. Dalam tulisannya, Sarah mengajak pembaca berfokus membebaskan diri untuk peduli pada hal-hal yang memiliki kualitas lebih baik serta lebih tinggi, yang berujung pada kebahagiaan (hal. 180).
Buku yang telah diterjemahkan ke dalam lima belas bahasa ini menyuguhkan kiat-kiat praktis dengan gaya bahasa lugas. Sarah seolah-olah mengajak pembaca aktif berdiskusi dengan menyertakan kolom khusus catatan yang harus di isi di setiap bab buku. Bagi yang sedang berjuang untuk menjadi “diri-sendiri”, buku ini bisa menjadi pegangan agar menemukan bagian diri yang hilang. Berani mengambil sikap tidak ambil pusing adalah awal menjalani kehidupan normal di tengah kebisingan yang mencoba meretas kebahagiaan diri.
Buku
Keajaiban Yang Mengubah Hidup Dari Bersikap Tidak Ambil Pusing
memberi inspirasi menuju pencerahan. Menjalani kehidupan yang penuh stres karena selalu mendengar orang lain sangat membebani pikiran yang berujung pada tindakan merusak diri. Semakin sering melatih prinsip dalam buku ini membuat kita peka dan menghindari orang-orang yang membenci kita, orang-orang yang berusaha memanfaatkan sisi kebaikan untuk sekadar menguntungkan diri mereka.
Baca Juga:
Resensi Buku Sapiens di Ujung Tanduk Karya Iqbal Aji Daryono
Tentang Peresensi
Arwin Andrew adalah nama pena dari Andrew Ramos. Lahir di Tenggarong, Februari 1998. Beberapa karya tulisan terbit di media cetak maupun media daring. Bisa dihubungi melalui Instagram: @arwin_andreww.
—
Ruangguru membuka kesempatan untuk kamu yang suka menulis cerpen dan resensi buku untuk diterbitkan di ruangbaca, lho!
Setiap minggunya, akan ada karya cerpen dan resensi buku
yang dipublikasikan. Kamu bisa
baca karya resensi buku menarik lainnya di sini
, ya. Yuk, kirimkan karyamu juga! Simak syarat dan ketentuannya
di artikel ini
. Kami tunggu ya~