Sosok-sosok perempuan ini merupakan contoh Kartini masa kini yang berjuang di bidang pendidikan. Ada siapa aja, ya? Yuk, baca artikelnya berikut!
—
Hai,
guys
! Kamu pasti tahu kan, kalau hari ini adalah Hari Kartini?
Yap
, hari ini adalah hari kelahiran salah satu tokoh Pahlawan Kemerdekaan Nasional yaitu Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau biasa disingkat
R.A. Kartini
.
R.A. Kartini dikenal dengan bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” atau “
Door Duisternis tot Licht
”. Buku tersebut adalah kumpulan surat-surat yang dikirim R.A. Kartini pada teman-temannya di Belanda. R.A. Kartini dikenal dengan perjuangannya atas emansipasi wanita dan kepeduliannya pada pendidikan di Indonesia. Zaman dahulu, di Indonesia, wanita sama sekali tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan. Hanya laki-laki saja yang diperbolehkan untuk sekolah. Nah, atas perjuangan R.A. Kartini inilah sampai akhirnya wanita di Indonesia bisa mengenyam pendidikan hingga setinggi-tingginya.
Lalu, bagaimana dengan zaman sekarang? Apakah pendidikan di Indonesia tidak perlu diperjuangkan lagi?
Eits
, meskipun pendidikan di Indonesia saat ini sudah terus mengalami perkembangan, nyatanya, masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum bisa menikmati pendidikan yang layak, utamanya di daerah-daerah terpencil. Oleh karena itu, perjuangan untuk pendidikan Indonesia kini dilanjutkan oleh delapan sosok Kartini masa kini, yang akan kita bahas di artikel ini. Siapa saja, kira-kira? Yuk, kita bahas satu per satu!
1. Butet Manurung
Butet Manurung memiliki nama asli Saur Marlina Manurung, merupakan lulusan Sastra Indonesia dan Antropologi UNPAD. Butet dikenal sebagai salah satu pendiri
Sokola Rimba
, sekolah yang mengajarkan baca tulis kepada anak-anak Suku Anak Dalam di pedalaman Jambi.
Butet Manurung (Sumber: cozer.id)
Tujuan diadakannya Sokola Rimba adalah agar orang Rimba bisa melindungi diri mereka dari ketertindasan pihak luar. Misalnya seperti perusahaan yang mengubah lahan hutan menjadi lahan bisnis dan merugikan orang Rimba. Awalnya Butet sering mendapat penolakan karena orang Rimba menganggap pendidikan adalah budaya luar. Namun, Butet tidak menyerah dan terus mengajar hingga akhirnya pada tahun 2004 dianugerahi “
Heroes of Asia Award
2004″ oleh majalah Times.
Butet Manurung mengajar anak-anak Sokola Rimba (Sumber: ekadalanta.com)
Tahukah kamu, Butet menjadi guru bagi Suku Anak Dalam Jambi setelah sebelumnya bekerja menjadi pemandu wisata di Taman Nasional Ujung Kulon,
lho
. Kini, Butet tinggal di Australia namun tetap mengembangkan Sokola Rimba beserta tiga pendiri lainnya.
Baca juga:
Kartini Modern, 9 Profesi Pria yang Kini Mulai Digeluti Wanita
Pada tahun 2007, Butet menulis buku yang berjudul “Sokola Rimba: Pengalaman Belajar Bersama Orang Rimba”. Buku ini menceritakan pengalaman Butet selama mengajar di Sokola Rimba. Pengalaman Butet juga telah diangkat menjadi film,
lho
. Film tersebut disutradai oleh Riri Riza pada tahun 2013.
2. Veronica Colondam
Veronica Colondam adalah Founder & CEO YCAB
Foundation
, sebuah yayasan yang berfokus pada pengembangan generasi muda di bidang promosi kesehatan gaya hidup, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi. YCAB
Foundation
menggabungkan pendidikan dan ekonomi, salah satunya adalah memberikan pinjaman modal kepada orang tua untuk mendirikan usaha. Dengan harapan, orang tua tersebut mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk menempuh pendidikan. Hal ini dilatar belakangi oleh banyaknya anak muda Indonesia yang putus sekolah akibat kekurangan biaya.
Veronica saat acara HUT YCAB Foundation (Sumber: ycabfoundation.org)
Program lain yang dilakukan Veronica bersama YCAB
Foundation
adalah memberikan pelatihan kepada generasi muda. Sampai sekarang, sudah ada 3.303.237 anak muda yang dibantu. Salah satu contoh anak muda yang dibantu adalah Agung, anak muda yang dulunya dikeluarkan dari sekolah. Setelah mendapatkan pelatihan membatik, Agung kini menjadi seorang
entrepreneur
dan mampu memperkerjakan banyak orang.
3.
Karina Nadila
Karina Nadila adalah seorang Putri Indonesia Pariwisata 2017. Karina aktif menjadi relawan di 1000 Guru, yaitu sebuah program untuk mengajar anak-anak yang berada di pelosok Indonesia. Pada tahun 2017 lalu, Karina bersama 1000 Guru mengunjungi pedalaman Oeki, Kolbano, NTT.
Karina bersama anak-anak di Oeki, Kolbano, NTT (Sumber: kompas.com)
Di tengah kesibukannya, Karina selalu berusaha menyisihkan waktu untuk mengajar anak-anak Sekolah Dasar, mengajak anak-anak bermain, dan saling berbagi inspirasi.
4. Ayu Kartika Dewi
Ayu Kartika Dewi merupakan
inisiator dan pendiri organisasi Sabang Merauke, yaitu organisasi yang menyelenggarakan program pertukaran pelajar antar daerah di Indonesia. Ayu sendiri merupakan
lulusan pascasarjana dari Duke University, Amerika Serikat.
Ayu Kartika Dewi (Sumber: liputan6.com)
Organisasi yang digagas Ayu ini dibangun pada 28 Oktober 2012, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Nama Sabang Merauke sendiri diambil dari akronim “Seribu Anak Bangsa Merantau untuk Kembali”. Seperti namanya, organisasi Sabang Merauke ini memfasilitasi
program pertukaran pelajar dengan tujuan untuk membuka cakrawala anak-anak Indonesia untuk memahami pentingnya pendidikan dan menanamkan nilai kebhinekaan. Melalui Sabang Merauke, Ayu berharap anak-anak Indonesia terus bersemangat dalam mengenyam pendidikan hingga ke luar negeri, kemudian kembali ke Indonesia untuk mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
Baca juga:
Kardinah dan Roekmini, Pahlawan Perempuan yang (hampir) Dilupakan
5. Najelaa Shihab
Najelaa merupakan sosok yang memiliki ketertarikan besar terhadap dunia pendidikan. Najelaa melihat pendidikan sebagai kekuatan utama yang dapat mempengaruhi masyarakat, tidak terkecuali di Indonesia.
Ketertarikannya ini membuat ia mempelajari ilmu psikologi yang berfokus pada pendidikan anak.
Najelaa Shihab (Sumber: parenting.dream.co.id)
Pada tahun 1999, Najelaa mendirikan Sekolah Cikal selagi ia mengenyam gelar master dalam bidang psikologi. Lokasi pertama Sekolah Cikal berada di wilayah Kemang, Jakarta. Saat ini, organisasi Sekolah Cikal yang dipelopori oleh Najelaa telah berdiri di delapan lokasi, termasuk satu lokasi yang didedikasikan khusus untuk guru. Selain itu, N
ajelaa juga mendirikan inibudi.org pada tahun 2012, yaitu sebuah situs yang menampilkan video pendidikan yang dibuat oleh guru dan juga siswa.
By the way
, ngomongin tentang video pendidikan, kamu udah tahu belum kalau di
ruangbelajar
, video-video belajarnya sudah dilengkapi dengan fitur
Adapto
yang bisa menyesuaikan dengan kemampuan belajarmu, lho! Yuk, cek sekarang!
6. Nila Tanzil
Kalau sosok yang satu ini, mungkin kamu pernah mendengar namanya, ya? Dulunya, Nila Tanzil telah lebih dulu dikenal sebagai seorang jurnalis dan presenter televisi. Kemudian, ia mengundurkan diri dari jabatannya dan memutuskan tinggal di Sumbawa. Di sana, Nila menemukan ide untuk membangun perpustakaan gratis bagi anak-anak daerah sekitar tempat tinggalnya, yang kemudian ia beri nama Taman Bacaan Pelangi.
Nila Tanzil (Sumber: fimela.com)
Melalui Taman Bacaan Pelangi, Nila ingin memberikan sumbangsih bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Lulusan pascasarjana di Belanda ini mendatangkan 2.000 buku yang dibawanya dari Jakarta untuk mengisi perpustakaan Taman Bacaan Pelangi. Kini, Nila telah memiliki lebih dari 30 taman bacaan yang tersebar di berbagai pulau di Indonesia, seperti Sumbawa, Flores, Maluku, Halmahera, dan Papua. Kisah inspiratif Nila tentang perjalanannya membangun taman bacaan ini bisa kamu temukan dalam bukunya yang berjudul “Lembar-Lembar Pelangi”.
7. Septi Peni Wulandani
Septi Peni Wulandani adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus ibu dari tiga anak. Awalnya, Septi memiliki keinginan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga yang lebih maju dan berkembang. Kemudian, ia mendirikan sebuah lembaga bernama Institut Ibu Profesional (IIP) untuk membantu ibu rumah tangga lainnya agar turut maju dan berkembang bersama.
Lembaga ini bertujuan untuk mencetak ibu rumah tangga tangguh yang bisa menjadi guru hebat bagi anak-anaknya. Menurut Septi, peran seorang ibu dalam keluarga sangatlah besar dan mampu menentukan kualitas keluarga, termasuk kualitas anak-anak yang nantinya akan tumbuh sebagai generasi penerus bangsa.
Septi Peni Wulandani (Sumber: antaranews.com)
Melalui IIP, Septi menerapkan tahapan-tahapan belajar bagi para ibu, di antaranya yaitu Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif, dan Bunda Salehah. IIP pertama kali dibangun pada tahun 2011 di kediaman Septi di Salatiga.
Baca juga:
Fakta Laksamana Malahayati, Srikandi dari Tanah Rencong
Hingga saat ini, anggota IIP sudah tersebar di 40 kota di Indonesia. Bahkan, ada juga anggota yang berasal dari negara lain, seperti Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Mesir, dan Dubai. Selain mendirikan IIP, Septi juga menggagas konsep belajar Jarimatika dan Abaca-Baca. Kedua konsep belajar ini merupakan metode belajar matematika dan membaca yang dinilai lebih praktis dan mudah untuk diterapkan pada anak.
8. Emmanuella Mila
Di tengah dunia digital yang semakin modern ini, tentunya sudah tidak banyak orang tua yang masih mendongeng untuk anak-anaknya. Padahal, mendongeng itu sangat banyak manfaatnya, lho! Mendongeng bukan sekedar sarana yang berguna sebagai pengantar tidur saja, tapi juga berguna sebagai sarana belajar bagi anak, terutama
untuk mengembangkan
imajinasi dan kreativitas anak.
Karena prihatin dengan kondisi ini, Emmanuella Mila akhirnya mencetuskan ide untuk mendirikan Rumah Dongeng Pelangi, sebuah komunitas bagi siapapun yang tertarik dengan dunia dongeng. Ibu yang satu ini memang gemar mendongengkan cerita untuk anaknya di rumah. Dari kegiatan mendongeng itu, anak Mila menjadi lebih cepat menangkap pembicaraan orang lain, mempunyai kosakata yang lebih banyak, serta memiliki ketertarikan tinggi terhadap buku. Nah, Mila ingin hasil ini juga bisa dirasakan oleh anak-anak lainnya.
Emmanuella Mila (Sumber: jawapos.com)
Mila mendirikan Rumah Dongeng Pelangi sejak April 2010. Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh Rumah Dongeng Pelangi yaitu Dongeng
Charity
, kegiatan penggalangan dana bagi anak-anak panti asuhan, sekolah kolong, dan keluarga prasejahtera, yang tentunya diisi dengan mendongeng. Selain itu, Rumah Dongeng Pelangi juga memiliki program pendampingan bagi guru-guru pendidikan anak usia dini (PAUD), agar menggunakan dongeng sebagai metode belajar anak di sekolah. Melalui Rumah Dongeng Pelangi, Mila ingin masyarakat Indonesia memiliki kecintaan terhadap dongeng.
Delapan sosok Kartini masa kini tadi adalah sedikit dari banyak sosok perempuan lainnya yang juga
peduli pada pendidikan di Indonesia
. Semoga cerita mereka bisa menginspirasi kamu untuk turut menjadi Kartini masa kini, ya! Jangan lupa untuk selalu giat belajar bersama video animasi lengkap di
ruangbelajar
!
Sumber Gambar:
Gambar ‘Butet Manurung’ [Daring]. Tautan: https://ekadalanta.com/2020/08/05/butet-manurung-kita-harus-belajar-dari-masyarakat-adat/ (Diakses: 20 April 2022)
Gambar ‘Ayu Kartika Dewi’ [Daring]. Tautan: https://www.liputan6.com/news/read/4116473/profil-ayu-kartika-dewi-pendiri-lembaga-sabang-merauke-yang-jadi-stafsus-jokowi (Diakses: 20 April 2022)
Gambar ‘Najelaa Shihab’ [Daring]. Tautan: https://parenting.dream.co.id/ibu-dan-anak/najelaa-shihab-ajak-guru-indonesia-ciptakan-siswa-bercita-cita-tinggi-190705c.html (Diakses: 20 April 2022)
Gambar ‘Nila Tanzil’ [Daring]. Tautan: https://www.fimela.com/fimelahood/read/3853098/belajar-berbagi-kebaikan-dari-buku-karya-nila-tanzil-the-art-of-giving-back (Diakses: 20 April 2022)
Gambar ‘Septi Peni Wulandani’ [Daring]. Tautan: https://www.antaranews.com/berita/751528/facebook-beri-penghargaan-kepada-dua-pemimpin-komunitas-wanita-indonesia (Diakses: 20 April 2022)
Gambar ‘Emmanuella Mila’ [Daring]. Tautan: https://www.jawapos.com/features/28/05/2017/emmanuella-mila-bangun-pendidikan-karakter-lewat-dongeng/ (Diakses: 20 April 2022)
Artikel ini pertama kali ditulis oleh Chairunnisya Tisa dan telah diperbarui oleh Kenya Swawikanti pada 20 April 2022.