Artikel ini menjelaskan tentang pengertian serta bentuk-bentuk ketimpangan sosial.
—
Pernah
nggak sih
kamu melihat keadaan atau kondisi seperti gambar di atas? Ya, pemandangan yang sangat kontras sekali bukan? Jauh di belakang pemukiman kumuh tersebut terdapat gedung-gedung yang menjulang tinggi dengan megahnya. Kondisi yang sebenarnya sudah sangat umum terjadi di kota-kota besar di Indonesia, termasuk di ibu kota.
Nah
, fenomena ini bisa kita sebut dengan
ketimpangan sosial (kesenjangan sosial)
.
“Ketimpangan sosial merupakan keadaan yang terjadi karena adanya kesenjangan atau ketidakseimbangan akses untuk mendapat dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.”
Sumber daya ini mencakup kebutuhan primer, seperti pendidikan, kesehatan, tempat tinggal, peluang usaha dan kerja, serta kebutuhan sekunder, seperti sarana untuk mengembangkan usaha dan karir. Perlu kamu ketahui, ketimpangan sosial merupakan masalah sosial yang bersifat global (dapat terjadi di negara maju maupun berkembang). Ketimpangan sosial terjadi karena
beberapa faktor
dan mengakibatkan
berbagai macam dampak
, terutama di bidang ekonomi, politik, dan budaya.
Terdapat lima macam bentuk ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat, di antaranya sebagai berikut.
1. Ketimpangan antara desa dan kota
Ketimpangan sosial yang terjadi antara desa dan kota ternyata disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah
kondisi geografi dan tipologi desa yang kurang menguntungkan
. Hal ini menyebabkan
mata pencaharian masyarakat desa tidak memiliki banyak alternatif (pilihan)
seperti di perkotaan. Misalnya, masyarakat desa yang tinggal di wilayah sekitaran pegunungan, mereka akan bekerja sebagai petani atau pedagang. Alasannya karena hanya dari kebun atau sawah lah mereka bisa mendapatkan sesuatu untuk dimakan dan dijual.
Mayoritas mata pencaharian masyarakat desa adalah bertani. (sumber: fin.co.id)
Sementara itu,
program pembangunan masih terlalu fokus pada sektor industri di perkotaan
, sehingga sektor pertanian menjadi terpuruk dan terabaikan. Para petani dan pedagang hanya memperoleh keuntungan yang kecil dari hasil panen/barang dagangannya. Keuntungan yang kecil ini tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Akibatnya, angka kemiskinan di desa jauh lebih tinggi daripada di kota.
Selain itu, tidak adanya alternatif pekerjaan di desa juga menyebabkan banyak masyarakat desa yang memutuskan untuk mencari pekerjaan lain di kota, agar dapat menghasilkan pendapatan yang lebih besar.
2. Ketimpangan kualitas sumber daya manusia
Pendidikan berperan dalam pembangunan masyarakat
, terutama di bidang sumber daya manusia. Dengan pendidikan, seorang individu dapat meningkatkan status sosial dan kesejahteraan hidupnya. Sayangnya,
tidak semua masyarakat bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas
.
Masyarakat yang tinggal di kota-kota besar akan lebih mudah mendapatkan akses pendidikan yang bagus. Sebaliknya, masyarakat yang tinggal di daerah dengan infrastruktur dan jaringan komunikasi yang masih sangat terbatas pasti akan sulit untuk mendapatkannya. Tentunya,
kesenjangan ini akan mempengaruhi kualitas diri mereka masing-masing
.
Anak-anak yang tinggal di wilayah pedalaman masih sangat sulit mendapat akses pendidikan. (sumber: kesekolah.com)
Karena tidak bisa memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau terpelosok akan kalah saing dengan masyarakat yang tinggal di kota. Peluang mereka untuk mencari pekerjaan yang layak dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka juga akan semakin kecil.
Baca juga:
Masalah Ketimpangan Sosial di Bidang Pendidikan
3. Ketimpangan ekonomi antargolongan di masyarakat
Masih ingat dengan gambar di bagian pembuka artikel ini?
Nah
, situasi yang ada di gambar tersebut merupakan contoh dari ketimpangan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan ekonomi, di antaranya tidak meratanya hasil pembangunan antardaerah, serta menurunnya pendapatan perkapita akibat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi tanpa diimbangi dengan peningkatan produktivitas.
Ketidakmerataan pembangunan antardaerah menyebabkan beberapa masyarakat masih sangat sulit untuk mendapatkan pelayanan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, dan sanitasi.
Nah
, seperti yang sudah dijelaskan di poin sebelumnya, pendidikan mempengaruhi kualitas diri seseorang, baik dari segi wawasan maupun keterampilan.
Masyarakat yang kurang terampil akan terjebak pada pekerjaan yang upahnya rendah
. Akibatnya, mereka tidak bisa memperoleh hidup yang layak.
Tingginya pertumbuhan penduduk
juga membuat masyarakat semakin
sulit untuk mendapat pekerjaan
. Hal ini diperparah dengan pengaruh urbanisasi yang menyebabkan tidak meratanya persebaran penduduk. Banyak masyarakat desa yang memutuskan untuk mencari pekerjaan di kota dengan harapan bisa memperbaiki ekonomi mereka. Namun, banyaknya pesaing dari kota dan keterbatasan keterampilan yang dimiliki membuat mereka jadi tersingkir. Kondisi terburuknya, mereka tidak memperoleh pekerjaan (pengangguran) dan bernasib lebih buruk dari sebelumnya.
Gelandangan dan pengemis muncul karena rendahnya pendidikan dan keterampilan pada diri seseorang. (sumber: idnews.co.id)
4. Ketimpangan penyebaran aset di kalangan swasta
Aset
dapat diartikan sebagai kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Kekayaan ini bisa berupa benda (bangunan, alat/mesin produksi, uang tunai, dsb) atau hak kuasa (hak paten, merek dagang,
goodwill
, dsb).
Kepemilikan aset di antara badan-badan usaha di Indonesia masih sangat terpusat pada usaha skala besar
. Padahal, sebagian besar tenaga kerja Indonesia bekerja di usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Tentunya, ketimpangan penyebaran aset ini akan
menyebabkan usaha-usaha kecil dan menengah sulit untuk berkembang
. Bahkan, tidak sedikit dari usaha-usaha tersebut yang harus bangkrut karena minimnya aset dan tidak adanya modal.
Banyak usaha kecil yang gulung tikar karena tidak ada modal dan aset. (sumber: nasional.repbulika.co.id)
5. Ketimpangan antarwilayah dan subwilayah dengan konsentrasi ekonomi yang berpusat pada wilayah perkotaan
Pernahkah kamu pergi ke suatu daerah yang fasilitasnya masih sangat terbatas. Misalnya, daerah yang sulit mendapat sinyal telepon/internet, penerangan, air bersih, transportasi umum, bahkan jasa antar jemput online pun belum ada. Sementara kamu yang tinggal di daerah yang sudah mudah mendapatkan akses-akses tersebut, pasti akan merasa kesusahan karena harus menghadapi keadaan yang tidak biasa. Biasanya, daerah-daerah yang letaknya sangat terpelosok lah yang masih minim akan infrastruktur dan jaringan.
Selain itu, pernahkah kamu memperhatikan juga, umumnya di daerah perkotaan pasti banyak dibangun gedung-gedung yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Sebaliknya, di daerah terpencil, sekolah dan rumah sakit pun masih sangat jarang ditemui.
Nah
, perbedaan-perbedaan ini merupakan contoh dari ketimpangan antar wilayah dan subwilayah sebagai akibat dari pembangunan ekonomi antar wilayah yang tidak merata.
Gedung-gedung tinggi yang hanya bisa dijumpai di kota-kota besar. (sumber: id.wikipedia.org)
Sebenarnya, pembangunan yang tidak merata ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya
perbedaan kondisi geografis serta sumber daya alam dan manusia yang dimiliki oleh masing-masing wilayah
. Akibatnya, kemampuan suatu daerah dalam membangun pertumbuhan ekonomi wilayahnya juga berbeda-beda.
Nah
, itu lah penjelasan mengenai bentuk-bentuk ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Secara umum, ketimpangan sosial tidak selalu menimbulkan dampak negatif, melainkan juga dampak positif. Ketimpangan sosial dapat mendorong pemerintah daerah untuk selalu melakukan perubahan yang dapat meningkatkan pertumbuhan wilayahnya. Selain itu, ketimpangan sosial juga dapat memotivasi masyarakat untuk bisa hidup lebih baik.
Oke, selesai sudah pembahasan kita kali ini. Kamu bisa belajar lebih dalam lagi terkait materi ketimpangan sosial di
ruangbelajar
. Belajar jauh lebih asik dan menyenangkan karena dipandu oleh para Master Teacher terbaik.
Sumber Referensi:
Suhardi. Sunarti, S. (2009) Sosiologi untuk SMA/MA kelas XII Program IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sumber Foto:
Foto ‘Bercocok tanam’. [Daring]. Tautan: https://fin.co.id/2020/05/18/ruu-cipta-kerja-solusi-untuk-petani/ (Diakses: 27 November 2020)
Foto ‘Ketimpangan Kualitas SDM’. [Daring]. Tautan: http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/berita/anak-daerah-terpencil-terhambat-sekolah-karena-tidak-bisa-bahasa-indonesia.html (Diakses: 27 November 2020)
Foto ‘Gelandangan’. [Daring]. Tautan: https://idnews.co.id/bulan-puasa-pengemis-serbu-jakarta/ (Diakses: 27 November 2020)
Foto ‘UMKM Tanah Liat’ [Daring]. Tautan: https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/14/04/06/ekonomi/mikro/13/06/24/mowppm-ribuan-ukm-sukabumi-terkendala-kemasan-produk (Diakses: 27 November 2020)
Foto ‘ Gedung Tinggi’ [Daring]. Tautan: https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_bangunan_tertinggi_di_Jakarta (Diakses: 27 November 2020)
Artikel diperbaharui pada 27 November 2020