Pola Keruangan Kota, Ciri-Ciri & Strukturnya | Geografi Kelas 12




pola keruangan kota





Tempat tinggal manusia umumnya terbagi menjadi dua macam permukiman, yakni desa dan kota. Di artikel

Geografi kelas 12

ini, mari kita pelajari tentang pola keruangan kota!









Halo, teman-teman! Apa yang pertama kali ada di benakmu ketika mendengar sebutan “kota”. Apakah kamu membayangkan gedung-gedung pencakar langit, suasana ramai, dan sibuk, serta segala sesuatu yang teknologinya maju? Jika iya, maka apa yang kamu bayangkan cukup akurat,

nih

!



Selain hal-hal tersebut, ada banyak cara dan istilah untuk menjelaskan apa itu kota, termasuk pola keruangan kota itu sendiri yang kita pelajari dalam pelajaran Geografi.

Nah

, sudah siap buat belajar hari ini?

Yuk

, simak terus, ya!



Pengertian Kota



Apa itu kota? Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial-ekonomi yang heterogen, dan kehidupan materialistis.



Kota juga dijelaskan oleh seorang arsitek dari Polandia bernama

Amos Rapoport

, sebagai suatu permukiman yang relatif

besar, padat, dan permanen

yang terdiri dari kelompok individu-individu

heterogen

dari segi sosial.



Selain dari pendapat ahli, Pemerintah Indonesia juga menjelaskan mengenai kota dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Kota dijelaskan sebagai kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.




Baca Juga:

Macam-Macam Perencanaan Tata Ruang dan Tujuannya



Ciri-Ciri Kota



Berbicara tentang segala sesuatu yang membedakan kota dengan wilayah lainnya, Kota juga memiliki ciri-ciri khusus,

nih

. Sama seperti
desa
, ada dua kategori besar untuk mengidentifikasi suatu wilayah sebagai kota, yakni ciri fisik dan ciri sosial.



ciri-ciri kota



Ciri Fisik Kota



Ciri fisik kota dapat dilihat dari fasilitas yang lazim ditemui di wilayahnya. Fasilitas tersebut berupa sarana yang menunjang kehidupan penduduknya. Beberapa contohnya, yakni:





  • a. Tempat parkir



    Sebagai sarana penunjang mobilitas penduduk yang memiliki alat transportasi pribadi.



  • b. Pusat keramaian



    Sebagai lokasi atau ruang bagi berkumpulnya warga-warga di kota. Tempat ini menjadi pusat kegiatan sosial atau acara baik formal maupun nonformal. Contohnya seperti alun-alun,

    mall

    , dan beberapa tempat unik untuk berkunjung



  • c. Sarana olahraga atau lapangan yang luas



    Tempat ini menjadi salah satu pusat kegiatan masyarakat untuk beraktivitas fisik maupun mengadakan acara besar yang membutuhkan ruang yang bisa menampung banyak orang.



  • d. Pasar induk



    Untuk menunjang kehidupan masyarakat kota mendapatkan bahan pangan atau kebutuhan rumah tangga mereka.



Tapi tentu saja satu hal yang harus diingat, seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, bisa jadi di masa depan, ciri-ciri kota bisa bertambah, atau justru malah berkurang.



Ciri Sosial Kota



Kemudian, kita bahas tentang ciri sosial kota. Jika ciri fisiknya menyangkut tentang fasilitas, ciri sosial berkaitan dengan nilai dan pelapisan sosial yang dianut masyarakat di perkotaan. Ciri sosial pada umumnya dilihat dari hal-hal sebagai berikut:





  • a. Jenis pekerjaan yang dijalani



    Di kota, cukup banyak dan beragam bidang pekerjaan, mulai dari pegawai kantor, aparatur sipil, dosen, dan peneliti, hingga pedagang serta pekerja serabutan. Pekerjaan yang memiliki kestabilan dan menentukan hajat hidup orang banyak biasanya akan mendapatkan tingkat sosial lebih tinggi dibanding yang lainnya.





  • b. Tingkat pendapatan



    Makin tinggi pendapatan seseorang, maka akan tinggi pula strata sosial yang mereka miliki.





  • c. Kepemilikan barang-barang yang unik


    dan mahal



    Hal ini juga menjadi tolok ukur yang menentukan lapisan sosial di kota. Kepemilikan benda yang dinilai unik dan tidak dimiliki orang banyak, karena faktor harga dan nilai yang tidak bisa dijangkau banyak orang, akan menentukan kasta sosial tertentu bagi pemiliknya.





  • d. Sistem kekerabatan



    Sistem ini berlandaskan pada kepentingan atau


    patembayan



    ,

    yang berarti antar individu memiliki ikatan sosial yang lemah, tidak saling mengenal orang di lingkungannya, nilai, norma, dan sikap menjadi kurang berperan dalam berinteraksi.





  • e. Mobilitas tinggi



    Masyarakat kota terkenal dengan kesibukan dan frekuensi berpindah tempat yang tinggi. Salah satunya karena struktur pola keruangan kota yang padat, membuat masyarakatnya aktif bepergian dari rumah menuju tempat lokasi kerja





  • f. Cara berpikir rasional



    Orang yang hidup di kota akan jauh lebih realistis dan berpandangan rasional, terlebih pada ekonomi. Maka dari itu, tak bisa dipungkiri bahwa tingkat penghasilan dan gaya hidup yang mewah menjadi sesuatu yang dikejar bagi penduduk kota.




Nah

, itu tadi beberapa ciri-ciri kota yang ditinjau dari bermacam aspek. Selanjutnya, kita akan membahas kota dari sisi pola keruangannya. Tetap semangat,

kan

?

Yuk

terus simak ya!



Baca Juga:
Mempelajari Pola Keruangan Desa dan Ciri-Cirinya



Teori Pola Keruangan Kota



Kita bisa mempelajari konsep keruangan kota melalui beberapa teori tentang struktur keruangannya. Setiap kota mempunyai keunikannya masing-masing, tergantung pada sektor utama yang menggerakkan aktivitas di kota tersebut. Ada kota yang terkenal kuat dalam bidang industri, ada yang unggul dalam bidang ekonomi kreatif, atau kuat dalam bidang pengolahan sumber dayanya.



Semua itu kembali lagi dari faktor fisik, misalnya morfologi dan faktor sosial, seperti integritas dan etos kerja masyarakatnya. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul teori-teori yang menjelaskan segala aspek keruangan dan struktur kota. Teori tersebut antara lain:



1. Teori Konsentris



teori konsentris




Ernest Burgess

, seorang sosiolog Kanada – Amerika, mengemukakan, teori ini menjelaskan mengenai struktur kota yang berkembang secara teratur, mulai dari bagian inti kota, hingga ke bagian pinggirannya. Dalam teori ini, pola ruang dari suatu kota makin meluas hingga menjauhi titik pusat kota. Zona yang terbentuk akibat pemekaran wilayah mirip sebuah gelang yang melingkar dengan pengelompokan daerah atas 5 zona, yakni:





  • a. Zona 1



    Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis atau

    Central Business District

    (CBD) yang termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan (

    civic center)






  • b. Zona 2



    Sebagai penunjang pusat kota atau zona peralihan. Umumnya terdapat banyak aktivitas perdagangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kota tersebut. Selain itu juga terdapat aktivitas industri pada zona ini.





  • c. Zona 3



    Khusus sebagai permukiman kelas pekerja atau buruh. Daerah tersebut dipilih sebagai tempat tinggal agar biaya transportasi pekerja tidak mahal ketika menuju zona 1 dan 2 untuk bekerja.





  • d. Zona 4



    Hampir sama dengan zona 3 sebagai tempat tinggal pekerja, tetapi perbedaannya ialah zona ini digunakan bagi pekerja kelas menengah. Pekerja kelas menengah yang dimaksud yakni profesional yang telah memiliki jabatan dan juga pendapatan yang lebih tinggi, sehingga mereka memilih untuk tinggal sedikit lebih jauh dari pusat kota, untuk menghindari kepadatan di zona 3.



  • e. Zona 5

    Permukiman bagi orang-orang yang menginginkan tempat tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota. Biasanya berisikan orang-orang yang memiliki jabatan serta pendapatan yang sangat tinggi. Zona ini merupakan permukiman dengan alamnya yang masih terbuka dan diselingi suasana perdesaan.



2. Teori Sektoral




teori sektoral



Dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1930, teori ini muncul sebagai pertentangan dari teori konsentris sebelumnya, yang menyatakan bahwa struktur keruangan kota tumbuh secara teratur, sedangkan teori sektoral menyatakan bahwa struktur keruangan kota tumbuh secara tidak teratur. Pertumbuhan kota tidak hanya dimulai dari bagian inti kota, tetapi dari wilayah sektoral-sektoral, yang kemudian menyebar ke sekitarnya.



Namun, seperti  teori sebelumnya, teori sektoral juga memiliki 5 jenis pengelompokan zona yang sama dengan teori konsentris. Perbedaan yang mendasar terletak pada tingkat perkembangan penduduk di kota, dan juga adanya aksesibilitas berupa jalur transportasi,sehingga membuatnya tumbuh tidak teratur.



3. Teori Inti Ganda




teori inti ganda



Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, selanjutnya dua orang ilmuwan geografi, bernama Edward Ullman dan C.D. Harris berpendapat bahwa sebuah kota, jauh lebih kompleks dari penggambaran dua teori sebelumnya mengenai kota.



Gagasan utama dari teori inti ganda adalah inti atau pusat dari suatu kota tidak hanya berada di pusat atau tengah kota tersebut, tetapi  terdapat juga  inti lain yang terpisah. Inti-inti tersebut berkembang berdasarkan penggunaan lahannya yang fungsional. Selain itu, segi kekuatan ekonomi juga menjadi dasar pertimbangan. Teori ini yang kemudian disebut sebagai Teori Inti Ganda.



Teori inti ganda cukup berbeda dengan teori sebelumnya. Kompleksitas dari teori ini mengelompokkan sembilan zona dari struktur keruangannya, antara lain:





  • a. Zona 1



    Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis atau

    Central Business District

    (CBD) yang termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan (

    civic center)

    .





  • b. Zona 2



    Merupakan daerah yang banyak terdapat kegiatan grosir dan manufaktur ringan.





  • c. Zona 3



    Sebagai permukiman kelas bawah. Zona ini dipilih karena pekerja kelas bawah umumnya akan memilih tempat tinggal yang mendekati pusat kota untuk meminimalisir biaya transportasi.





  • d. Zona 4



    Permukiman kelas menengah. Daerah ini juga dekat dengan pusat kota, tetapi tata letaknya tidak begitu menjamur seperti daerah permukiman di zona 3





  • e. Zona 5



    Yakni permukiman kelas atas bagi orang-orang yang menginginkan tempat tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota.





  • f. Zona 6



    Daerah manufaktur berat. Zona ini umumnya terletak jauh dari permukiman atau pusat kota, agar tidak mengganggu kenyamanan akibat hasil polusi industri.





  • g. Zona 7



    Khusus bagi daerah pusat bisnis di luar kota. Umumnya terbentuk karena ada orang-orang yang memiliki kepentingan bisnis, tetapi tidak ingin melakukannya di pusat kota.





  • h. Zona 8



    Yakni permukiman di pinggiran kota (

    suburban

    )



  • i. Zona 9

    Yakni daerah penunjang kota, tetapi terletak di pinggiran kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah pinggiran kota (

    suburban

    )



Baca Juga:
Faktor dan Zona Interaksi Desa-Kota



4. Teori Poros




teori poros



Kemudian, teori selanjutnya menjelaskan bagaimana jalur transportasi berperan utama dalam memberikan pengaruh pada struktur ruang kota. Teori ini kemudian disebut sebagai teori poros. Teori ini dikemukakan oleh Babcock pada tahun 1960.



Mengapa jalur transportasi berperan utama? Karena mobilitas fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang sama dalam konfigurasi relief kota yang seragam. Selain itu, daerah yang dilalui transportasi akan mengalami perkembangan fisik yang lebih baik.



5. Teori Historis




teori historis



Kemudian yang terakhir, teori keruangan kota yang didasari atas nilai sejarah yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk kota tersebut. Teori ini dicetuskan oleh Alonso pada tahun 1964.



Perubahan tempat tinggal yang dimaksud, yakni masyarakat tertarik untuk membangun permukiman di pinggiran wilayah CBD (

Central Business District

) atau pusat kota karena wilayah CBD mengalami perubahan teknologi yang cepat di bidang transportasi dan komunikasi. Hal ini kemudian menjanjikan kenaikan standar hidup bagi penduduknya.



Baca Juga:
Memahami Pembangunan dan Pengembangan Wilayah



Struktur Keruangan Kota



Dalam pembahasan mengenai pertumbuhan kota, dapat dilihat dari bermacam sudut pandang untuk menilai bagaimana sebuah kota bertumbuh. Tolok ukur pertumbuhannya dinilai secara numerik dan fisik budaya kota tersebut.



1. Pertumbuhan Kota Numerik



Pertumbuhan Kota Numerik menurut

handout

Geografi Prof. Enok Maryani yakni mengelompokkan tingkat pertumbuhan kota berdasarkan jumlah populasi yang tinggal di suatu kota. Teori ini ditulis dalam

Handout

Geografi Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Enok Maryani.



Secara pembagian, berikut klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk:





  • a.

    Town


    atau setara kecamatan, yang memiliki penduduk berjumlah 1.000-2.500 jiwa. Contoh dari

    town

    yakni kota-kota kecil di kepulauan.





  • b.

    Small city


    , yakni kota kecil yang memiliki penduduk berjumlah 2.500-25.000 jiwa. Contoh dari

    small city

    yakni Kab. Tana Tidung, di Prov. Kalimantan Utara yang memiliki jumlah penduduk ±25.000 jiwa (2020).





  • c

    . Medium city


    yang merupakan kota sedang dengan penduduk berjumlah 25.000-200.000 jiwa. Contohnya, yakni Kota Subulussalam di Prov. NAD yang memiliki ±82.000 jiwa (2020).





  • d

    . Large city


    atau kota besar yang bertumbuh seiring dengan bertambahnya penduduk dan fasilitas. Kota ini memiliki populasi dalam rentang 100.000 hingga 800.000 jiwa. Contoh dari

    large city

    yakni Kota Banjarmasin di Prov. Kalimantan Selatan dengan jumlah penduduk ±700.000 jiwa (2018).





  • e

    . Metropolis,


    merupakan kota besar yang terus berkembang hingga memiliki populasi melebihi 800.000 jiwa, Contoh dari kota ini adalah Kota Malang di Jawa Timur yang memiliki penduduk ±887.000 jiwa (2017).





  • f

    . Megalopolis


    kota ini tidak jauh berbeda dari kota metropolis, memiliki penduduk kurang lebih 5.000.000 -10.000.000 jiwa, tetapi jumlahnya tidak melebihi 10 juta jiwa penduduk. Kota ini tergolong maju dan sebagai pusat dari kota-kota satelit lainnya. Kota ini tercermin pada Kota Surabaya dengan populasi sebanyak ±2,87 juta jiwa (2020).



  • g

    . Ecumenopolis


    , kota terbesar dari skala jumlah penduduk. Kota ini bisa disebut sebagai kota-kota terpadat di dunia dan memiliki jumlah penduduk di atas 10 juta jiwa. Contohnya, seperti Kota Beijing di Tiongkok dengan populasi ±21,5 juta jiwa (2018).



pertumbuhan kota numerik



2. Pertumbuhan Fisik dan Budaya





  • a. Tahap



    Eopolis



    ,

    tahapan pertumbuhan kota yang pertama ini, dicirikan dengan terbentuknya benih kota, yakni perkampungan. Wilayah ini masih mencirikan kehidupan perdesaan, tetapi sudah condong menjadi sebuah kota. Kegiatan masyarakat masih terfokus pada sektor pertanian, pertambangan, perkebunan, dan perikanan.





  • b. Tahap



    Polis


    , pada tahapan ini, ciri utamanya yakni tumbuhnya pengaruh industri yang belum begitu besar, dan masyarakatnya lebih cenderung untuk membuka produksi kecil-kecilan (

    home industry).






  • c. Tahap



    Metropolis



    , s

    etelah tahapan

    polis

    mulai menampakkan pertumbuhan, lalu masuk kedalam tahapan

    metropolis

    yang dapat dilihat berdasarkan struktur ruang kota yang sudah berkembang dan cukup besar. Kota ini juga sudah memiliki pengaruh bagi wilayah sekitarnya dan memunculkan

    kota satelit

    atau kota-kota penyangga yang berada di sekitar kota

    metropolis

    .





  • d. Tahap



    Megapolis



    ,

    tak berbeda jauh dengan tahapan

    metropolis

    , pada

    megapolis

    , dicirikan perilaku penduduknya rata-rata

    materialistis

    dan

    sistem birokrasinya

    mulai rancu akibat jumlah penduduk yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yang kompleks.





  • e. Tahap



    Tyranopolis



    ,

    hal ini menjadi awal mula kemunduran sebuah kota, ditandai dengan angka kriminalitas yang naik dan kondisi perdagangan yang menurun.



  • f. Tahap



    Necropolis,


    yang berarti tahap kehancuran. Kota dinilai hancur dan ditinggalkan penduduknya akibat kekacauan. Beberapa faktor yang memicu tahapan ini antara lain kelaparan, perang, bencana, atau sistem tata kota yang buruk. Salah satu contoh kota ini adalah Kota Pripyat (Pryp’yat’
    )
    di Ukraina, yang ditinggalkan penduduknya akibat bencana ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl pada tahun 1986.



kota pripyat



Ternyata, banyak yang dipelajari dari pola keruangan kota, ya! Menurutmu bagaimana? Masih ingin belajar lebih banyak lagi? Boleh

banget!


Yuk

, cobain download dan belajar bareng

Master Teacher

di ruangbelajar! Ada fitur konsep kilat yang bisa membantu kamu mempelajari ringkasan, dan juga video Adapto yang bisa menyesuaikan kemampuanmu menerima materi! Ayo, gabung belajar di
ruangbelajar
,

yuk!




Referensi:



S. Sharma. 4 Theoretical Explanations of Morphological Pattern of a City (with diagram) [Daring] Tautan: https://www.yourarticlelibrary.com/geography/geographical-theories/4-theoretical-explanations-of-morphological-pattern-of-a-city-with-diagram/40001 (diakses 1 Desember 2021)




Sumber foto:



Timm Suess,  Wikimedia Commons Switzerland, [Daring] tautan: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Swimming_Pool_Hall_4_Pripyat.jpg (diakses 30 November 2021)




Artikel ini telah diperbarui oleh Adya Rosyada Yonas pada 2 Desember 2022.



LihatTutupKomentar